"Tunggu disini, jangan kemana-mana. Gue mau ambil tas sama hp, ketinggalan diloker." Habib menyuruh Shaina untuk diam ditempat nya berdiri sembari mengusap pipi gadis itu, memberikan tatapan berat hati untuk meninggalkan Shaina namun ponsel adalah benda pribadi yang tidak bisa ia tinggalkan.
"Jangan lama, gue takut diculik cowok ganteng. Kampus lo ternyata banyak yang cakep ya, ada bule juga". Kata Shaina dengan wajah polos dan tak bersalah, Habib mencubit pipi gadis itu gemas.
"Jaga mata lo, Shaina. Gue gak mau ada korban karena mata lo yang jelalatan". Shaina menepis tangan lelaki itu dari wajah nya, kemudian menyuruj agar habib cepat pergi mengambil barang yang tinggal. Shaina mungkin sulit untuk berkomunikasi dengan orang asing, tapi dia bisa mengingat sesuatu dengan tajam tanpa harus mengulang. Contoh nya saat Habib berlari menuju sebuah pintu, Shaina tahu kalau disana tempat Habin meninggalkan ponsel nya. Ia berdiri dengan tenang sambil melihat keadaan sekitar yang masih ramai, Shaina pikir akan ada sesi foto bersama teman-teman atau keluarga tapi ternyata tidak. Mungkin Habib sengaja melewatkan itu karena Shaina yang sudah tidak sabar untuk makan somay, tadi juga sempat ada beberapa gadis meminta foto bersama tapi dengan alasan ada pekerjaan mendadak Habib menolak itu semua. Shanum juga berpamitan untuk menemui teman-teman sejurusan nya yang melakukan acara perpisahan. Ia sungguh tidak tahu bagaimana jika Shaina menyetujui tawaran mama tiri nya untuk ikut belajar bekerja dibutik salah satu teman dekat nya, sangat menggiurkan karena disana ia bisa belajar gratis untuk mendesain baju. Shaina tak memikirkan gaji, dia hanya mau mencari pengalihan. Kalau disuruh memilih dia masih betah dirumah saja, namun beberapa bulan lagi ia sudah menginjak usia dua satu yang artinya Shaina bukan lagi anak belasan tahun. Dia harus belajar mandiri, meski terpaksa Shaina juga ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia memiliki bakat terpendam. Selain tidur, makan, Shaina juga bisa membuat desain baju yang bagus.
Ia melirik jam tangan, sudah hampir setengah jam dan Habin masih belum menunjukkan tanda-tanda akan muncul. Shaina akan memberikan sepuluh menit lagi untuk menunggu, jika tidak ia akan menyusul pemuda itu. Ia menoleh kearah pintu diujung sana yang tadi dimasuki oleh sahabat nya itu, memperhatikan nya dan baru sadar kalau tidak ada orang yang keluar masuk dari sana. Shaina tidak bisa membaca tulisan yang tertera diatas pintu karena posisi yang cukup jauh.Gadis itu menghela nafas lalu melangkah dengan penuh paksaan, sebenarnya menunggu bukan sesuatu yang membosankan bagi Shaina namun sekarang dia bukan dirumah apalagi dikamar, ia berada ditengah kampus Habib yang jelas tidak ada satu pun manusia dikenalnya selain pemuda itu. Satu lagi Shanum, jadi dua orang yang dia kenal. Setiba nya didepan pintu, ia melihat tulisan dipintu yang memberi tahu jika ini ruangan dimana semua loker mahasiswa terletak.
Shania tidak bisa mengintip, apalagi menerawang kedalam karena pintu dihadapan nya memang tak mempunyai celah sedikit pun. Jadi dengan perlahan ia memutar knop, pintu terbuka dengan pelan. Shaina mungkin menyesali niatnya yang hendak menyusul Habib kesini, karena saat pintu terbuka penampakan didepan mata sungguh membuat gadis itu sangat syok.
"Sha-shaina".
Shaina tidak tahu siapa yang menyebut nama nya, tapi karena denyutan dalam kepala dan dada membuat gadis itu memalingkan wajah.
"Lo berdua nekad banget mesum disini, kalo dilihat orang bisa jadi masalah." Dengan santai dan berhasil menutupi perasaan campur aduk milik nya, Shaina berpaling meninggalkan mereka berdua yang sama sekali tak menyangka akan ketahuan. Apalagi orang yang menangkap basah itu Shaina.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (COMPLETED)
Chick-LitCover by : Pinterest (Edit by Me) Author note : NO CHILDREN (21+) Sedang Revisi (◍•ᴗ•◍)❤ Start : 1 Agustus 2021 End : 10 Agustus 2021