Ha-Shain (43)

129 14 0
                                    

Habib baru selesai mengambil sertifikat dikampus ketika Shanum mengejarnya sampai diparkiran dan menumpang pada lelaki itu untuk mengantarkan ke rumah sewa yang akan dijadikannya sebagai tempat tinggal, Shanum sudah diterima kerja disalah satu firma hukum dan jarak nya jauh dari rumah maka dia memutuskan untuk menyewa satu rumah, tentu saja atas izin orangtuanya.

Habib keberatan, tapi karena langit terlihat sedang tak bersahabat maka ia menyuruh agar Shanum segera masuk ke mobil. Mereka tidak bicara, tidak diliputi keheningan juga karena Habib menyalakan lagu melalui ponsel nya. Mereka belum jauh dari kampus saat tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras, rintikny begitu besar seperti hendak memecahkan kaca mobil. Habib tidak bisa melaju cepat kalau seperti ini, maka dia menurunkan kecepatan menjadi sangat lambat.

Ia melirik ke kaca spion untuk melihat kendaraan dibelakang mereka, sesekali ikut bersenandung mengikuti lagu yang berputar. Shanum memainkan ponsel, tak lama kemudian menyimpan kembali benda itu dalam tas.

Habib mengikuti petunjuk arah yang disampaikan oleh google mencari rumah yang dimaksud Shanum, tidak sulit karena lokasinya masih berada dipertengahan kota tapi bukan kawasan komplek. Mereka berhenti di garasi rumah, Habib menunggu gadis itu keluar tapi tidak ada pergerakan sama sekali. Ia menoleh kepada Shanum, memberikan pandangan bingung.

"Kenapa belum turun?" Shanum mungkin akan dicap wanita tidak tahu malu, atau mungkin tidak waras tapi dia tak akan membuat semua nya menjadi mudah bagi Habib. Shaina harus merasakan kekecewaan yang dia alami karena tahu pria yang mencintainya bermain api dengan orang yang salah, meski hanya Shanum yang menganggap hal itu tapi tetap saja ia yakin kalau Shaina bukan orang yang mudah memaafkan jika dikhianati.

Shanum melompat kecil dari tempat duduk kepangkuan Habib, dress yang dia kenakan tersingkap menampilkan celana dalam berwarna merah menyala. Habib tidak bereaksi seperti apa yang kita pikirkan, dia hanya diam memandang wajah menggoda Shanum. Gadis itu menggerakkan pinggulnya, menggesekkan kemaluan mereka sambil mendesah pelan. Ia tahu seperti apa gairah Habib, wajah boleh sadis tapi nafsu lelaki itu sangat besar. Dia tidak bisa meluluhkan hati, tapi jangan sebut namanya Shanum jika tak mampu membuat milik lelaki itu mengeras. Apa yang dilakukan Shanum benar-benar tidak masuk akal, Habib tahu ia sedang digoda tapi yang dilakukan Shanum juga sulit untuk dihentikan. Ia menahan pinggang gadis lalu ikut menggerakkan nya, sesuatu yang sejak tadi terus menerima rangsangan seperti ini pun mulai menunjukkan perubahan.

"Aku emang gak bisa ngambil hati kamu, tapi kamu gak bisa menolak kenyataan kalo aku adalah orang pertama yang menyentuh nya". Dia dengan wajah penuh gairah membisikkan kata-kata itu ditelinga Habib, menjilat daun telinga lelaki dengan sangat basah hingga terdengar umpatan kasar keluar dari mulut Habib.

"Kamu memang liar, Shanum. Kamu tahu ini gak akan berakhir dengan cepat, shit!"

Habib sudah tidak tahan lagi dengan yang mereka lakuka sekarang, dia mencium Shanum tanpa menunggu reaksi gadis itu. Panas, bergairah dan menggebu adalah kata yang pantas untuk menggambarkan bagaimana hawa didalam mobil ini menguar. Shanum meremas rambut pria, membalas belitan lidah hingga liur mereka membasahi pinggiran bibir. Dia telah berubah menjadi wanita panas yang siap dimangsa oleh predator nafsu. Shanum menghisap lidah Habib, mereka melakukan nya secara bergantian. Tak membiarkan tangan menganggur Habib mulai meremas dada gadis itu, ukurannya memang lebih kecil dari milik Shaina tapi cukup memuaskan Habib kala mereka bercinta. Ini bukan yang pertama mereka lakukan, selama kedua insan itu saling mengenal mungkin sudah puluhan kali seks yang panas terjadi. Habib brengsek? Tidak, dia hanya mengikuti permainan Shanum yang ingin menjebak nya. Mungkin yang telah mereka lalui masih berhasil Habib lewati, tapi siapa yang tahu kalau kali ini akan sedikit berbeda.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang