Ha-Shain (13)

133 14 0
                                        

"Lo udah gak bisa seenak nya sama gue, Habib! Kita bukan lagi anak-anak yang harus sebebas itu, mulai sekarang jangan lagi nginep dirumah gue, masuk kamar gue sembarangan juga gak boleh, apapun yang menyangkut kita berdua pokok nya gak boleh lagi semau nya. Paham gak?"

Shaina melipat tangan sambil melihat reaksi pemuda itu tapi dia dengan santai makan nasi padang, tidak menanggapi ocehan Shaina yang sudah panjang lebar mengulangi hal yang sama. Habib bosan mendengar omelan gadis itu sejak satu jam lalu.

"Iya ah gue dengar. Lo pikir gue budek? Udah kan ngomel nya? Kayak emak-emak lo, cerewet". Balas Habib dengan muka songong yang membuat Shaina menarik nafas sebal.

"Gembel gak tahu diri lo, ngeselin banget."

"Gue capek banget, Shain. Minggu depan wisuda, lo harus datang sama Hagne. Gak bisa nolak karena gue udah pesan empat kursi buat kalian".

Shaina tidak mengerti jalan pikiran Habib, dia baru saja meminta agar lelaki itu jangan bertindak semau nya lagi tapi lihat sekarang.

"Gak mau, gue males. Lagian siapa sih gue? Keluarga bukan, sepupu enggak, pacar jauh." Gadis itu mau bangkit dari tempat nya tapi Habib lebih dulu menarik lengan nya dan membawa Shaina duduk ke pangkuan.

"Lo gila?" Shaina bicara sarkas, kembali mendorong Habib agar melepaskan nya tapi nihil. Ia masih duduk diatas lelaki itu.

"Jawab iya dulu baru gue turunin, kenapa sih susah banget lo nurut sama gue?" Shaina berdecak.
"Kenapa gue harus nurut sama lo? Lo bahkan bukan siapa-siapa, lepas!" Habib semakin mengeratkan tangan nya dipinggang Shaina, tak mau memberi kesempatan pada perempuan itu untuk lari.

"Jangan harap sebelum lo jawab iya". Shaina memukuli bahu Habib, ia bahkan menggigit pundak lelaki itu karena kesal. "Gue bilang lepas ya lepas, lepas gak?!"

Dia masih saja meronta tapi Habib masih bersikap seolah tak terjadi apa-apa, ia menyuapkan nasi terakhir kedalam mulut tanpa terganggu oleh pukulan Shaina yang tidak terasa apa-apa.

"HABIB LEPAS GAK?! Gue kesel ih, kaki gue sakit". Shaina berbohong dan Habih tahu itu, ada waktu tertentu dimana ia akan melihat ekspresi kesakitan dari Shaina dan dia sangat hafal.

"Jawab iya, gue lepasin".

"Fine, gue datang ke wisuda lo. Puas? Sekarang lepas".

Shaina merasa lega saat Habib membiarkannya turun dari pangkuan tapi belum juga menjauh, tangan kekar lelaki itu kembali meraih nya. Kali ini tidak sebatas merengkuh tubuh mungil Shaina melainkan juga menarik wajah gadis itu dan mencium bibir nya.

"Mmphh." Shaina berontak sekuat tenaga tapi tak berhasil, Habib menciumnya lagi dan ini mendadak sekali hingga dia tak bisa mengelak. Shaina terbuai, ia juga sudah berhenti meronta dan mengikuti pergerakan bibir lelaki itu yang masih melumat habis milik nya. Rasa rendang dan pedas dari mulut Habib membuat nya terlena, Shaina tenggelam dalam debaran jantung dan juga ciuman mereka.

"HABIB! SHAINA! KALIAN NGAPAIN?!"

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang