Habib melihat jam tangan yang menunjukkan pukul lima sore, setelah melakukan kesalahan dengan bercinta bersama Shanum lalu memilih tidak menemui Shaina, pria itu akhirnya muncul didepan butik milik Rani. Ia memarkirkan kendaraan didekat gerobak gorengan, bersandar disana dengan pose menawan membuat beberapa gadis yang lewat berbisik. Usia bertambah membuat penampilan Habib semakin keren, hidung mancung nya sungguh menggiurkan, apalagi mata tajam yang dimiliki oleh nya sering kali membuat para perempuan merasa diintai. Rambut ikal nya dibiarkan berantakan, kemeja putih yang sengaja dibuka kancing atas, celana selutut menampilkan kaki jenjang milik nya yang sekali lagi mampu mengalihkan fokus.
Belum ada tanda-tanda kemunculan Shaina, dia tidak masalah menunggu selama apapun asalkan bisa bertemu gadis itu. Jika pria lain mungkin akan sulit melupakan kegiatan panas mereka bersama perempuan, maka Habib sangat mudah mengenyahkan bayangan Shanum dari kepala nya. Dia tidak membutuhkan ingatan tentang keganasan gadis itu diranjang, Habib hanya perlu mengingat wajah Shaina. Tepat jam setengah enam sore akhirnya Shaina keluar dari butik, dia membantu kakak menutup pintu dan membawa beberapa barang untuk diletakkan dalam mobil. Habib tak melihat si pemilik butik, kemarin pagi juga, orang kaya selalu bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Engkau pun begitu, Habib Abimanyu!
Shaina tidak sadar dia diperhatikan oleh seseorang, saat ia hendak pergi baru Habib menghampirinya.
"Mau kemana? Gak lihat gue udah disini." Sebetulnya Shaina sudah tahu kedatangan Habib sejak tadi, tapi berpura-pura tak melihat. Dia masih enggan bicara dengan si brengsek ini.
"Gimana pelayanan Shanum? Kayak nya lo benar-benar dibikin puas sama dia, sampai lupa jemput gue kemarin". Selama ini Shaina mungkin berpikir jika papa dan Shaka adalah orang yang tidak pernah basa-basi, begitupun ia sendiri. Blak-blakan!
Habib terdiam seribu bahasa, matanya menatap lurus wajah Shaina yang seolah tak menunjukkan reaksi kecewa.
"Lo gak marah?" Selain bajingan, Habib adalah pria tolol yang mengeluarkan pertanyaan konyol seperti ini disaat ketahuan berkhianat.
"Lo mau gue marah?"
"Gue serius, Shain."
"Gue lebih serius, kenapa gue harus marah? Lo menikmati apa yang kalian lakuin, gue ngerasa gak ada hak buat marah. Karena menurut gue, semua orang berhak mencari kesenangan".
Habib meraih tangan gadis itu, menariknya sampai kedalam mobil dan menyuruh Shaina duduk didepan.
"Gue gak mau duduk disini!" Shaina menampilkan wajah garang, ia berniat pindah kebelakang dengan melewati celah jalan tengah. Tapi ditahan oleh lelaki itu.
"Disini, Shain. Gue mau lo duduk didepan, sebelah gue." Shaina bergerak melepaskan tangan lelaki itu yang menahan tubuhnya tapi gagal.
"Nyebelin lo! Gak cukup mengkhianati gue sama cewek murahan kayak Shanum, sekarang lo maksa gue duduk disini. Gue gak mau, brengsek!" Tukang gorengan yang melihat mereka hanya bisa tersenyum diam-diam, mengira kalau Habib sedang memaksa Shaina melakukan sesuatu yang mesum. Cih! Gak sudi ya mang!
Menyerah karena tak bisa melepaskan diri, akhirnya Shaina kembali ke posisi semula dengan Habib yang masih berdiri diluar mobil sambil memegang tubuhnya.
"Lo emang brengsek! Lebih gak berguna dari Shaka, nyebelin banget". Shaina mengatur nafasnya yang memburu karena kelakuan mereka yang seperti anak kecil. Habib mengulas senyum memasangkan sabuk pengaman lalu menutup pintu tempat Shaina duduk. Masuk ke sebelahnya, mereka akhirnya berada didalam mobil.
"Gue gak berguna dikeadaan tertentu, Shain. Gak semua hal dalam diri gue bisa berguna". Pria menjawab dengan nada santai, didalam hati dia merasa bersalah tapi tak mau larut terlalu dalam. Ia percaya Shaina bukan gadis lemah yang gampang mengambil keputusan secara sepihak, apalagi disaat mereka sudah membuat komitmen. Meskipun begitu, Habib berjanji pada diri sendiri kalau yang kemarin adalah terakhir kali dia menyentuh Shanum.
"Lo ngomong kayak gini, bikin ngeri. Berapa kali Shanum bikin lo klimaks? Ngelihat dia yang dengan percaya diri bilang ke gue kalo kalian bercinta, gue yakin dia lonte yang berpengalaman". Habib terkekeh mendengar nada kesal dari suara Shaina, gadisnya memang berbeda dari yang lain. Itulah kenapa Habib tidak ingin Shaina dimiliki orang, disaat perempuan diluar sana akan menangis atau marah, Shaina justru menanyakan seberapa hebat jalang itu melayani nafsu kekasihnya.
"Gue lebih suka lo yang lakuin nya. Gue sayang sama lo, Shain. Mungkin tindakan gue waktu itu sudah kelewatan, tapi sekarang gue janji gak akan nyentuh lo lebih dari sana. Gue gak mau merusak lo cuma untuk menuhi hasrat setan dalam diri gue".
"Omongan lo kayak cowok suci, najis! Kalo emang begitu, terus ngapain lo nyentuh Shanum?"
"Bukan gue yang pertama, lo harus tahu itu. Cuma memberikan apa yang dia mau, just sex not making love".

KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (COMPLETED)
Chick-LitCover by : Pinterest (Edit by Me) Author note : NO CHILDREN (21+) Sedang Revisi (◍•ᴗ•◍)❤ Start : 1 Agustus 2021 End : 10 Agustus 2021