Ha-Shain (3)

223 17 0
                                    

Aku tahu bahwa semua orang memiliki ketakutan mereka sendiri, tapi tidak semua orang mampu mengendalikan ketakutan itu. Apalagi aku yang hanya manusia pemalas, pencinta kasur, mengontrol agar tidak mengalami syok karena melihat kerumunan itu sangat sulit kulakukan. Terima kasih karena aku masih bisa menenangkan kepala ku yang terus memutar kejadian itu, hal pertama yang aku inginkan saat berada ditengah banyak orang adalah berlari sejauh mungkin dan menghilang.

Disinilah aku berada, duduk sendirian didalam mobil dengan nafas yang terasa kian sesak. Aku tahu kalau rasa takut ini pasti akan membuatku semakin merasa buruk, tangan kanan ku gemetar dan juga perutku semakin sakit. Ini adalah efek yang setiap kali aku rasakan saat takut, mengikuti anjuran bu RT untuk berkonsultasi pada mereka yang ahli adalah pilihan bagus hanya saja aku tidak siap berbagi cerita suram itu, apalagi untuk mengenang bagaimana kisah sedih itu membelenggu ku hingga saat ini.

Aku memejamkan mata untuk mengusir rasa takut itu, berharap fase ini akan segera berlalu sampai suara ketukan membuatku membuka mata secara mendadak dan melihat wajah Habib. Ia menempelkan wajah dikaca mobil yang, aku memang tidak memiliki potensi penyakit jantung tapi kalau seperti ini ingin rasanya aku menendang burung Habib agar berhenti melakukan nya.

"Kalo aja negara ini gak punya hukum, mungkin gue udah mutilasi lo dari dulu!" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku, lutut ku lemas dan itu sangat terasa sekali. Habib tertawa, ia membuka pintu dan menyuruhku bergeser. Melihatnya duduk disebelahku dengan membawa tiga paper bag, pasti dia sudah menemukan kado untuk ibu nya. Aroma yang menguar juga membuatku bisa menebak kalau lelaki ini sudah membelikan ku makanan, aku lapar tapi telapak tangan ku masih dingin dan aku tidak suka Habib tahu apa yang kurasakan.

"Lo mau makan disini atau pulang dulu?" Tanya sambil meletakkan barang bawaan nya ke jok depan, kemudian melihatku dengan pandangan bertanya. Sebenarnya aku ingin pulang dulu, tapi perutku dengan lancang berbunyi yang artinya aku memerlukan makanan penunjang sebagai penyambung kehidupan dan kewarasan.

"Makan dulu, suapin ya".

Inilah yang sering membuat orang-orang salah dalam menerka hubungan kami, karena sikap manjaku pada Habib yang melebihi anak kecil. Apalagi saat dengan terbuka nya Habib memperlakukan ku dengan penuh kelembutan, aku sangat menyukainya.

"Manja banget". Katanya cukup pelan tapi bisa ku dengar, aku hanya bisa tersenyum.

Tubuhku masih belum bisa diajak kerja sama, jadi aku membutuhkan seorang yang bisa dihandalkan dalam segala keadaan.

Habib mengeluarkan hamburger, membukanya lalu menyuapkan perlahan. Biasanya setelah makan aku akan merasa lebih baik, jadi kalau sebisa mungkin aku makan dengan pelan. Percaya atau tidak, makan bisa mengalihkan kekhawatiran ku pada semua hal. Seakan rasa makanan yang ku makan bisa menyatu dengan semua kegundahan yang ada dalam hati, meski pun aku sangat suka makan tapi bersyukur kepada Tuhan karena tubuhku bukanlah tipe yang mudah berisi.

Aku tidak berniat membuka pembicaraan sampai acara makan ini selesai, Habib juga memberiku minum dan membereskan semua sisa makanan dan keluar mobil membuangnya. Aku sudah lama tahu kenapa dia memiliki banyak penggemar, bukan hanya karena sikapnya yang baik pada semua orang tapi memang karena Habib itu orang yang peka. Selesai dengan semua urusan makan minum, ia kembali duduk didepan dan menyalakan mesin kendaraan. Aku juga sudah tidak sabar untuk segera rebahan di kasur kesayangan ku, seolah dia sedang berbisik menyebut nama ku saat ini, rasa empuk dan kehangatan yang selalu membuat ku jatuh cinta pada ranjang sungguh sangat besar.

Butuh waktu satu jam untuk sampai kerumah, karena ini menjelang petang maka kendaraan cukup ramai memenuhi jalan.

"Bib, coba deh lo tekan tombol itu. Siapa tau ada suara nya". Habib menatapku dari kaca spion namun tak mengatakan apapun, ia mengerti maksud ku jadi hanya melakukan apa yang aku suruh. Setelah dia menekan tombol itu, akhirnya suara Charlie Puth terdengar.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang