Ha-Shain (18)

126 13 0
                                    

"Iya aku sudah lama tak nampak itu perempuan, sudah ada kerja kah dia? Rindu pula aku dengan anak itu". Wanita dengan tubuh berisi itu mengobrol dengan Aisyah, Shaka tidak henti tertawa melihat bu Jeki yang cerewet. Orang yang sedang dia bicarakan adalah Shaina, gadis itu pun masih belum menampakkan batang hidung.

"Enggak kok bu, Shaina masih dirumah aja. Itu anak nya". Tunjuk Aisyah kearah pintu, Shaina masih memakai piyama nya yang kemarin menandakan kalau gadis itu tidak mandi. Pemalas memang sudah menjadi darah daging dalam diri Shaina.

"Mana dia? Hei Shaina, kemana saja kau hah? Aku pikir kau sudah kerja jauh, tak nampak engkau dirumah si romlah arisan bulan ini". Shaina mendekati mama dan bu Jeki menyalami wanita itu dan tersenyum ramah.

"Lagi sibuk ngurusin rumah bu, arisan nya siapa yang narik? Bukan bu Jeki kah?" Perempuan itu memainkan gelang ditangan nya, tatapan nya seolah memberi kode pada Shaina. Secara tidak langsung ia menunjukkan pada gadis itu bahwa nama nya lah yang keluar, emas yang dipakai di tangan nya cukup banyak. Shaina mengerti maksud bu Jeki maka dia tertawa.

"Wah akhirnya narik juga. Gelang nya bagus bu, aku jadi mau juga narik. Butuh uang buat makan seblak". Shaina bicara asal, kalau diturutkan ia tak masalah jika nama nya paling akhir keluar. Namun raut wajah bu Jeki langsung berubah.

"Ish. Kalau Cuma mau makan seblak, aku pun ada uang lah untuk kau gadis. Ambil ini, kau jajan seblak sepuas nya sampai kenyang lalu pergi tidur." Bu Jeki mengeluarkan uang lima lembar dengan nilai bulat dan hal itu membuat Shaka hendak melayangkan protes. Meski pun dia tidak terlalu akrab dengan bu Jeki tapi tetap saja ia juga ingin diberi uang jajan.

"Loh loh apaan nih, kok Cuma kak Shain aja? Shaka gak dapet nih?" tanpa rasa malu ia mendekatkan diri pada Shaina hendak menyentuh uang kakak nya namun langsung ditepis gadis itu.,

"Enak aja. Minta sama papa sono, ini khusus pemberian bunda Jeki sayang. Iyakan bun?" Shaina memang pintar mengambil hati ibu-ibu komplek maka dari itu Jekina suka memberi nya uang secara Cuma-Cuma, padahal kalau di setiap acara arisan beliau termasuk orang yang pelit namun dengan Shaina ia bisa se-royal ini.


"Iya iya, itu untuk dia. Kau ambil ini saja". Sekali lagi ia mengeluarkan uang dengan jumlah yang sama, tidak ada ekspresi terpaksa diwajah beliau. Yang ada senyuman tulus dari hati, bu Jeki tidak memiliki anak dari pernikahan nya jadi wajar kalau ia sangat menyayangi Shaina. Dulu Shaina selalu bermain di halaman rumah nya, tidak ada anak yang mau main dengan gadis itu tapi bu Jeki menerima dia dan banyak membelikann mainan untuk Shaina kecil. Sampai sekarang dia sudah memasuki usia setengah abad, Jekina lebih suka menghabiskan uang dengan belanja dan mengoleksi emas. Apalagi keluarga beliau juga termasuk berada, suami nya pensiunan TNI juga memiliki usaha rumah makan. Uang bukan lah masalah. Ada kisah sedih juga dibalik kehidupan glamor bu Jeki, yang nama nya berumah tangga pasti ingin lengkap dengan kehadiran buah hati tapi sepeerti nya beliau belum diizinkan menjadi seorang ibu. Walau pun begitu suami beliau masih tetap setia, tidak peduli sejauh apa jarak yang terbentang saat masih bertugas beliau akan tetap pulang. Shaina memeluk bu Jeki sebagai ucapan terima kasih, beliau tertawa senang. Aisyah ikut senang akan pemandangan didepan mata, baru kali ini ia bisa merasakan kebahagiaan sesunguuh nya tanpa berpura-pura. Waktu akan terus berjalan. Dia sudah melewati badai, dan selamat dari guncangan maka berjalan ditengah hujan gerimis bukan lagi ketakutan bagi nya. Setiap orang punya jalan sendiri untuk mendapat kebahagiaan mereka. Dan disini lah kebahagiaan Aisyah berada, mendapatkan dua anak tiri yang menghibur diri nya.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang