You know what

1.4K 190 5
                                    

Mereka berdua meninggalkan koridor tanpa menghiraukan teriakan Sean yang mencak-mencak marah.

"Alana!" Teriak Sean. Cowok itu mencoba menggapai tangan Alana, tapi langsung di tepis Vraka.

"Apaan sih bisa gak gausah pegang-pegang," sinis nya.

"Apaan sih! Gue panggil Alana! Sejak kapan nama lo jadi Alana hah!" Seru Sean galak.

"Suka-suka gue lah, toh bocah nya juga sains-sains aja," balas Vraka santai.

"Mending lo balik ke sekolahan lo sana! Ngapain sih lo disini kurang kerjaan tau gak!" Sindir Sean.

"Buta mata lo?! Gue ada kerjaan, nih jinakin banteng ngamuk," ucap Vraka menyenggol pelan lengan Alana.

"Dari pada lo, ketua osis kok kayak bencong. Lemah gemulai gitu," sindir nya.

Sean mengepalkan tangannya erat, kuku-kuku laki-laki itu menancap pada telapak tangan sampai mengeluarkan sedikit darah.

"Heh! Bukan gue yang gak bisa atur dia," Sean menunjuk Alana dengan dagu nya. "Tapi dia aja yang gak bisa di atur, sekolah tapi gak pernah masuk kelas," sinis nya.

"Hellow?! What the hell, gue gak suruh lo atur gue kali, lo siapa bokap gue?!" Sahut Alana sinis.

"Tau tuh, gak usah muter-muter kayak gangsing bisa gak?" Tanya Vraka.

"Ka-

"Udah cukup!" Potong Edgar, laki-laki itu menggendong Hellena yang tak sadarkan diri.

"Sean, besok aja keruang BK nya. Gue mau bawa Lena ke rumah sakit dulu, dan lo Alana pulang sekarang gue bakal bilang masalah ini ke ayah!" Titah Edgar tajam, dengan sengaja dia sedikit menyenggol pundak Alana saat melewati nya.

"Santai dong, mau lo laporan sama presiden ya oke" ucap Alana malas, dia sedikit terhuyung ke samping untung saja menabrak dada bidang Vraka.

Tangan nya bergerak mengusap-usap belakangan kepala, "sakit oe."

"Ayok lah Ka, ngapain disini. Cus kuy cabut kita cari es teh panas," ajak Alana, menyeret lengan baju Vraka.

"Lo bakal kena hukuman berkali-kali lipat kalau pergi Al, selain kejadian ini lo masih punya masalah lain," peringat Sean.

Alana mengentikan langkah nya, melirik sekilas kebelakang tanpa minat. "Apa aja sih yang udah gue lakuin? Kayak nya lo dendam banget sama gue."

Sean terseyum miring, mulai menyebutkan satu-persatu masalah Alana.

"Satu, lo udah berani nipu gue jadi anak murid baru. Dua lo berpakaian bebas. Tiga lo sering bolos. Empat lo ikut tawuran anak ips," sebut Sean.

Alana mendengus, "banyak bener udah kayak undang-undang, tapi perasaan gak sebanyak itu deh?"

"Itu menurut lo," sindir Sean.

"Soal nipu jadi murid baru itu gue akui ya karna emang ada masalah di jalan,"

"Kalau soal pakaian, lo liat kan? Gue pakek jilbab, gak buta kan? Ya kali gue lo suruh pakai rok span ketat kayak chili-chili disini? Terus gunanya gue nutup aurat buat apa? Pensos?" Cecar Alana, mengapresiasikan masalah nya.

"Tapi bukannya rambut itu mahkota wanita ya? Ngapain pakek jilbab?" Sahut salah satu siswi yang masih di sana.

Spontan Alana menoleh, tatapannya jatuh pada gadis yang bersandar di tembok dengan pakaian kurang bahannya jangan lupakan bagian dada!

"Tapi hijab adalah tahta, buat apa punya mahkota kalau gak punya singgasana?" Tanya balik Alana.

"Pantes aja lo ngomong gitu, dada aja di pamerin sana sini. Tar kalau di gerpe katanya cowok bajingan, lagian ini sekolah bukan club malam," sindir Alana tepat mengenai ulu hati gadis itu, seketika senyuman angkuh di wajah nya hilang di gantikan wajah merah padam malu.

Vraka AtmajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang