Drama putri salju 1

1K 144 11
                                    

Sehari sebelum chapter 40

"Hah! Gue yang jadi putri salju!"

Teriakan Vraka menggema di kelas XII  sontak teman-teman sekelasnya menutup telinga mereka masing-masing.

"Apaan gak jelas banget! Gak pokok nya gue gak mau! Curang lo pada!" Teriak Vraka lagi dengan melempar gulungan kertas kecil yang bertuliskan perannya dalam drama.

"Lagian kenapa pakek buat drama segala sih! Kita kan mau ujian!" Bentak Vraka emosi.

Mereka semua hanya diam tak ada yang berani menjawab, bahkan Farel hanya duduk manis tanpa mengucap apapun.

"Gausah bikin drama-drama segala! Nyusahin tau gak!" Ucap Vraka kesal.

Vida selaku ketua kelas menggebrak meja marah.

"Lo pikir cuman lo doang yang gak terima soal drama ini, iya?!" Bentak nya emosi.

Mereka serentak menoleh Vida kaget, sebelumnya tidak ada yang pernah menanggapi jika Vraka marah-marah sendiri.

"Lo berani sama gue? Udah mulai ngelawan lo semua!" Bentak Vraka menatap tajam Vida.

"Gue bakal ikuti drama murahan ini asal bukan gue yang jadi cewek nya!" Ucap nya lagi.

"Ini semua demi lo bego! Kalau nilai bahasa Inggris lo gak di bawah KKM lo boleh milih peran semau lo!"

"Mau lo jadi pangeran kek kodok kek kurcaci kek terserah! Tapi karna nilai lo yang jelek itu! Lo harus dapet peran yang seenggaknya menonjol!" Teriak Vida emosi dengan menunjuk-nunjuk Vraka geram.

"Lo sadar dong! Posisi lo itu kayak gimana!" Bentak Vida lagi.

Mereka melebarkan matanya kaget, sontak teman Vida menarik lengan gadis itu agar menjauh dari hadapan Vraka.

"Udah-udah tenang Vida," ucap Ningsih teman Vida.

"Gak bisa gitu ning! Gedek gue dengernya, seenak nya banget dia! Kita semua juga perlu belajar dan gak bikin drama gak jelas ini!" Ucap Vida yang masih tersulut emosi.

Melihat situasi mulai memanas, Farel berdiri dari duduk nya. Menepuk pundak Vraka agar tenang.

"Udah-udah apaan sih, kayak anak kecil tau gak. Lo juga ka, bisa lah di omongin baik-baik," tegur Farel.

"Ini juga karna emang nilai lo rendah," ucap Farel tanpa canggung.

"Tuh! Dengerin!" Sinis Vida.

Vraka mengepalkan tangannya geram, menatap nyalang perempuan di hadapannya itu.

Farel menoleh kearah Vida dengan gelengan kecil di kepalanya dia menjawab.

"Lo juga Vida, nilai lo juga ada yang rendah. Bukan cuman lo sama Vraka, drama ini buat nutupi nilai kita semua yang rendah termasuk gue," ucap Farel.

"Udah, sana minta maaf ka," ucap Farel pada Vraka.

Vraka terdiam sejenak menatap Vida dengan mata elang nya, tapi setelah itu dia mengulurkan tangannya.

"Sorry, gue gak bermaksud kayak yang lo pikirin," ucap Vraka cetus.

Vida menepis uluran tangan Vraka dengan kasar, menghentakkan kakinya lalu pergi keluar kelas.

Melihat kepergian Vida yang di ikuti temannya, Vraka merasa tak enak dengan apa yang dia lakukan.

"Sorry guys, gue gak bermaksud kayak gitu," ucap Vraka pada semua teman sekelasnya.

"Iya ka, its oke. Tapi lain kali intonasi suara lo jangan berlebihan. Vida bela-belain buat drama kayak gini buat nutupi nilai kita semua yang rendah," tutur Nathan si sekertaris kelas.

Vraka AtmajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang