Positif

898 100 3
                                    

Amora menjatuhkan benda yang pegang dengan tangan bergemetar hebat.

Menatap tak percaya pantulan dirinya di cermin.
Sedetik kemudian dia tertawa sumbang.

"Gak, gak mungkin kan!" Gumam amora.

Tangan Amora menjambak rambut nya pelan, mencoba menyadarkan dirinya.

"Gak mungkin," gumam nya lagi.

"Gak mungkin! Gak mungkin gue hamil!" Teriak amora.

Pagi tadi tiba-tiba saja amora berinisiatif membeli tes pack untuk berjaga-jaga, dan teryata hasil nya.. positif.

Amora meneteskan air matanya dia takut dia panik, "gak mungkin kan."

Menyentuh perut nya yang masih rata dengan tangan bergetar.

"Gak mungkin ada kan?" Tanya amora pada dirinya sendiri.

Tertawa lirih.

Tubuh amora merosot jatuh ke lantai kamar mandi gadis itu merutuki dirinya.

"Lo jahat ndi, lo jahat!" Gumam nya.

Amora berteriak sekeras mungkin di dalam kamar mandi, hingga suara nya terdengar sampai ke bi wati yang berada di lantai bawah.

Bi wati yang mendengar teriakkan manjakan segera berlari keatas dengan gusar.

"Non! Non mora, kenapa non!" Teriak bi wati sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Amora tak mendengarkan teriakan bi wati gadis itu masih menangis meraung-raung.

Bi wati yang panik nekat mendobrak pintu kamar mandi, satu dua kali tidak dapat terbuka. Akhir dia ingat dengan kunci cadangan.

Segera mencari kunci itu dan membuka pintu kamar mandi.

"Astagfirullah! Non mora!" Teriak bi wati panik melihat keadaan amora yang sangat mengenaskan.

Bi wati duduk di depan Amora dan menyentuh tubuh gadis itu tapi dengan kasar di tepis oleh amora.

"Gak! Jangan sentuh gue, gue kotor- gue kotor!" Teriak amora histeris.

Bi wati ikut menangis melihat keadaan amora matanya tak sengaja melirik tes pack yang tergeletak di lantai.

Mata bi wati melebar kaget, "non.. astagfirullah."

Bi wati menatap amora dengan tatapan tak percaya yang jelas tatapan itu semakin membuat amora histeris.

"Astagfirullah non, ayok kita keluar dulu jangan kayak gini non.. kasian," ucap bi wati memelas.

Amora menggeleng keras memeluk dirinya sendiri dengan tangan gemetar.

"Mora kotor bi, mora kotor," ucap amora.

Bi wati menggeleng keras," istighfar non gak boleh ngomong kayak gitu."

"Andi jahat bi!" Teriak amora.

Bi wati memeluk tubuh amora dengan erat walaupun berkali-kali di dorong keras oleh amora.

"Istighfar non," ucap bi wati.

Lama bi wati memeluk tubuh amora hingga amora berangsur-angsur tenang, masih dengan sesenggukan amora meletakkan kepalanya di pundak bi wati.

"Andi jahat bi, amora kotor," gumam amora.

Bi wati mengusap-usap punggung amora dengan halus," iya non, ayok kita keluar dulu. Badan non mora dingin banget."

Amora mengagguk patuh, bi wati memapah tubuh lemas amora keluar kamar mandi. Meletakkan tubuh mungil itu di ranjang dengan hati-hati.

Vraka AtmajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang