VC

1.4K 202 19
                                    

Hening.... ruang tamu benar-benar tak ada suara sedikitpun, Devian yang sibuk dengan ponsel nya, Abraham yang terus memperhatikan Alana dan Alana yang berkeringat dingin karna terus di perhatikan.

"Hekm ngomong-ngomong kakek ada perlu apa kesini?" Tanya Alana basa-basi.

"Sebenarnya kedatangan kakek hanya ingin mengantar kan undangan pernikahan-

"Gilak, kakek mau nikah lagi! Yang bener aja. Devian aja belum punya doi," sahut Devian kaget, laki-laki itu melototi kakek nya.

Bugh...

"Lo bisa gak diem dulu kalau ada orang tua ngomong, jangan di sela bego!" Bisik Alana geram, tangan gadis itu terangkat memukul punggung Devian kencang.

"Sakit Al, santai dong! Gue kan cuman tanya!" Balas Devian, dia mengusap-usap punggung nya yang terasa panas.

"Lagian nenek masih idup bego! Otak lo otak udang ya!" Ucap Alana, mereka berdua saling melempar lirikan tajam.

Abraham tersenyum tipis melihat interaksi mereka berdua, Alana benar-benar mirip dengan putri kesayangannya seperti pinang di belah dua.

"Lanjutin kek, jangan peduliin nih anak setan!" Sinis Alana.

"Berarti lo adik setan dong?" Tanya Devian julit.

Mendengar ucapan kakak nya gadis itu hanya melirik sekilas, "lanjut kek."

Abraham mengangguk," kakek ke sini nganterin undangan pernikahan anak ustad Malik. Dan kalian di undang oleh beliau."

"Oalah," ucap Devian dan Alana serempak, mereka mengagguk-anggukan kepala paham.

"Kapan?" Tanya mereka serempak.

"Lusa, karna tak terlalu jauh mungkin kita berangkat siang," jawab Abraham.

Alana mengagguk-anggukan kepalanya,"em.. mereka diajak?"

Mendengar itu Abraham mendengus tak suka, "heh! Seharusnya tidak usah! Namun mereka juga di undang oleh Malik, benar-benar menjengkelkan."

Alana dan Devian hanya tersenyum tipis menanggapi itu, "siapa aja yang ikut?" Tanya Devian.

"Kakek dan keluarga ini saja, paman dan nenek mu tidak bisa ikut. Kau tahu kan bibi mu sedang mengandung besar," jelas Abraham.

"Kira-kira cewek atau cowok ya," gumam Alana yang masih di dengan mereka.

"Semoga aja cowok terus ganteng... Kayak gue," balas Devian percaya diri.

"Najis! Amit-amit jabang babu kalau sampai mirip monyet kayak lo!" Sahut Alana geli.

"Dari pada cewek, terus kayak lo lagi! Udah bandel, jelek, idup lagi!" Sarkas Devian.

"Wih ngajak perang lo!" Ucap Alana, gadis itu melemparkan bantal sofa pada Devian.

"Apaan sih!" Jerit Devian, lalu membalas lemparan bantal Alana. Dan terjadilah adu lempar pada mereka berdua.

Ting ting ting

Bunyi ponsel Alana memberhentikan pertengkaran mereka, Alana melirik Devian sinis begitu juga dengan laki-laki itu.

"Awas lo!" Ancam Alana galak.

"Apa!" Ucap Devian nyolot.

"Kakek nginep sini aja ya... Deketan lewat sini soal nya," ucap Alana memohon gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali.

Abraham terkekeh kecil melihat kelakuan Alana, tangan kekar laki-laki itu terangkat mengusap kepala cucunya lembut.

"Iya, kakek juga ragu ninggalin kamu sama mereka. Apa lagi kakak mu tak membela sedikit pun," sindir nya melirik sekilas Devian.

Vraka AtmajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang