Fakta anak kedua 2

1.4K 201 7
                                    

Orang tua itu kaget dengan ucapan Alana yang kurang sopan, namun tak ayal dia sangat senang dengan keberanian cucu nya.

"Alana ini kakek nak, maaf ya baru datang sekarang," ucap orang itu yang ternyata adalah kakek Alana dari pihak ibu.

Alana terhenyak, memijat pangkal hidung nya pelan. "Duduk kek."

Mereka kembali pada tempat masing-masing di tambah Abraham kakek Alana, si pengusaha sukses dengan berbagai bidang.

Empat pengikut paru baya itu menjauh dari tempat kramat itu, tak ingin mendengar satu patah kata pun dari pembicaraan mereka.

"Jadi apa yang terjadi disini?" Tanya Abraham memecah keheningan.

"Biasahlah, orang sok polos! Lagi main drama menyediakan, dan orang bodoh yang termakan umpan nya," jawab Alana sarkas.

Salsa mengeraskan rahang mendengar hinaan Alana, ini yang sangat dia benci dari keluarga gadis kecil itu. Sifat sombong dan angkuh nya benar-benar mendominasi.

"Alana ibu hanya minta kamu minta maaf pada Hellena itu saja, apakah sulit?" Tanya Salsa geram.

"Tidak jika saya tak bersalah, jika anda ingin mendengar kata maaf dari saya maka mintalah anak anda mengatakan yang sebenarnya nya. Simpel dan adil," balas Alana tenang, apalagi ada kakek yang sangat membela nya ini, hahaha semakin menjadi saja dirinya.

"Alana ayah tak akan meneruskan masalah ini jika kamu mint maaf pada Hellena," ucap Wisnu mencoba sabar di hadapan mertua inya itu.

"Bagaimana pun juga dia kakak mu," lanjut nya.

"Saya tak mempunyai kakak haram seperti nya, apalagi anak hasil perselingkuhan anda," ucap Alana dingin.

Deg!

Satu hal yang paling tak di sukai Wisnu, adalah mengungkit-ungkit masalah ini.

"Alana! Bicara mu itu sungguh tak mengerti sopan-santun," ucap Edgar keras, ekor mata laki-laki itu melihat Abraham mencoba mencari perhatian kakek nya itu, namun tatapan dingin yang dia dapat kan.

"Edgar-Edgar sekarang gue tanya, harus dari mana gue dapet sopan-santun kalau ayah gue aja gak pernah ajarin itu?" Tanya Alana sinis.

Mereka terdiam tak ada sepatah kata pun yang bisa menjawab pertanyaan Alana.

"Lo gak usah belain tuh anak haram, kalau lo sendiri aja anak pungut," hina Alana.

Edgar melotot marah, laki-laki itu menatap tajam gadis di depannya.

"Punya bukti apa lo, sampai bisa bilang gue anak pungut?!" Tanya Edgar sinis.

Wisnu melebarkan matanya, ia tak ingin mereka mengetahui rahasia yang selama ini dia simpan rapat-rapat.

"Satu! Lo dan anak haram ini gak pernah di ajak untuk pertemuan keluarga besar Robertson karna apa? Karna dalam sejarah Robertson gak boleh ada satupun orang asing di pertemuan itu. Itu bukti pertama kalau lo dan dia cuman orang asing,"

"Bukti kedua lo sama gue cuman beda satu tahun! Dan jelas-jelas gak mungkin ibu gue lahirin anak dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan gue sama Devian berjangka tiga tahun,"

"Kalau lo kurang percaya lo bisa tanya kakek, mumpung orang nya disini." Jelas Alana tenang.

Edgar menoleh kearah Abraham sorot mata laki-laki itu berharap jika yang di katakan Alana adalah sebuah kebohongan belaka.

"Yang di ucapkan Alan semuanya benar, dan jika saja putri ku tak di hamili oleh laki-laki bajingan itu. Tak akan pernah ku serahkan dia pada nya,"

"Tapi itu tak berarti aku tak menginginkan kehadiran Alana dan Devian, hanya mereka berdua lah yang sah menjadi cucu ku. Cucu Abraham Robertson," jelas Abraham tenang.

"Ayah! Kita sudah sepakat untuk tidak mengungkit-ungkit masalah ini! Kenapa anda selalu ikut campur dalam masalah keluarga saya!" Teriak Wisnu marah.

"Wisnu! Saya tak pernah melakukan kesepakatan apapun itu dengan mu, dan kamu pikir saya akan diam saja ketika cucu perempuan satu-satunya Robertson di perlakukan seperi ini?" Tanya Abraham sarkas.

Edgar berdiri dari duduk nya, laki-laki itu berlari keluar rumah dengan malu. Tak menyangka jika dirinya hanyalah seenggok sampah tak berguna dan dengan beraninya mengotori berlian seperti Alana.

"Bodoh," gumam nya, menyeka air mata kasar.

"Edgar! Tunggu kau mau kemana!" Teriak Wisnu, tapi di abaikan oleh laki-laki itu.

"Ayah liat! Apa yang sudah anda perbuat hah!" Bentak Wisnu.

Plak!

"Berani nya orang rendahan seperti mu berteriak pada ku!" Geram Abraham.

Alana membuka mulut nya kecil melihat itu, mengerjakan matanya kagum dengan kakek nya itu.

"Aku mengizinkan mu membawa putri ku bersama mu! Aku mengizinkan dia hidup susah payah dengan mu! Kau tahu! Dia adalah berlian ku, yang bahkan hidup nya tak pernah kekurangan apapun!"

"Tapi dengan lancangnya kau sakiti hatinya! Bahkan dia meninggal dengan keadaan tak utuh! Ingat Wisnu jantung putri ku berada di gundik mu itu!"

"Kamu dengan segala kekayaan mu itu bahkan tak bisa membahagiakan satu putri ku! Apakah kau lupa! Bagaimana dia berkeliling menjual kue hanya untuk uang recehan yang bahkan tak berguna untuk ku!?"

"Dia membujuk ku dengan air mata yang tak pernah ku izinkan keluar, memohon kepada ku hanya untuk laki-laki seperti mu!"

"Wisnu! Jika saja kau dan berbuat brengsek mu itu tak mengotori putri ku! Sudah jelas hidupnya akan bahagia bersama laki-laki itu!  Bukan laki-laki tak tahu malu seperti mu!"

"Hidup mu susah dengan siapa? Namun saat kau berada di puncak kau melupakan itu semua! Kau melupakan bagaimana menderita nya putri ku berkeliling sambil mengandung anak mu!"

Abraham benar-benar mengeluarkan semua uneg-uneg nya, pria paru baya itu sangat marah dengan kelakuan Wisnu.

"Dan sekarang dengan lancangnya kau mengangkat tangan pada cucu ku!? Diaman janji suci mu di hadapan ku waktu itu?!" Teriak Abraham.

Mendengar itu Alana terkekeh sinis, berdiri dari duduk nya menatap mereka dengan dingin.

"Heh! Tak kusangka kau lebih bajingan dari apa yang ku kira, apakah masi pantas kau sebut dirimu ayah?" Tanya Alana sinis.

Wisnu terdiam mematung, ucapan mertuanya benar-benar menusuk ulu hati. Ya dimana dia saat istri nya berjuang melahirkan buah cinta pertama nya?

Jika saja waktu bisa di putar, dia tak ingin menyakiti hati istri kecil nya. Wisnu meneteskan air mata menunduk sedalam-dalamnya tak berani mengangkat kepala di depan anak-anak nya.

Bahkan setelah kematian istrinya dia dengan terang-terangan membawa gundik yang sudah mengandung anak nya.

"Tau gak, dulu Alana pengen banget di usap kepalanya sama ayah. Pengen banget ngerasain apa yang di rasain Hellena. Tapi sekarang semua itu gak guna! Dan gak akan pernah ada artinya dimata saya," seketika expresi Alana berubah di akhir kalimat.

Hellena dan Salsa saling memeluk satu sama lain, duduk di bawah tekanan dua orang itu benar-benar menakutkan. Jantung Salsa berdetak dua lali lipat begitu juga dengan Hellena.

Awal dari pembicaraan mana dan berakhir di mana benar-benar mengejutkan.

"Sudah cukup! Kurasa jika kau mempunyai otak kau akan mencerna ucapan ku Wisnu," ucap Abraham dingin.

"Enyah dari hadapan ku, bawa gundik dan anak mu itu!" Titah nya.

Dengan cepat Wisnu menyeret lengan Salsa dan Hellena segera pergi tanpa di minta dua kali lagi.

Vraka AtmajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang