Extra Part 🔞

1.9K 144 12
                                    

- Gairah adalah perasaan alami, yang kadang mengaburkan pikiran akibat hawa nafsu, menyesatkan naluri untuk bertindak semaunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Gairah adalah perasaan alami, yang kadang mengaburkan pikiran akibat hawa nafsu, menyesatkan naluri untuk bertindak semaunya.-

***

"Ayah... Papa ..." Michel dan Citian berteriak. Bocah berumur sama-sama enam tahun celingak-celinguk mencari kedua orang tuanya.

"Ugh! Papa ....Huaaaa!" Citian menangis, Ayah dan Papanya tidak ada dirumah sebesar ini. Michel menenangkan Citian sambil memeluk dan mencium pipinya.

"Cup ... Cup ... Citian jangan menangis. Cel bantu Citian cari Mama." Satu anak Sebastian dan Ciel ini kekeuh memanggil Papanya dengan sebutan Mama meski Ciel beberapa kali menolak dipanggil dengan sebutan itu.

Namanya juga anak kecil, mana mengerti meski Ciel gemas tidak ingin dipanggil begitu? Berbeda dengan Citian, dia memang dari awal bisa bicara memanggil Ciel dengan sebutan Papa.

"Kenapa dipanggil Mama? Papa tidak suka dipanggil begitu, Icel..." Dengan logat agak cadel, Citian protes. Michel mengabaikan omongan anak itu dan terus menarik tangan Citian yang ia gandeng.

"Nah! Ketemu..." Citian menunjuk Ciel yang sedang berada di pangkuan Sebastian lurus, mereka sedang duduk di depan meja makan yang tertutup kain panjang. Jadi hanya setengah badan mereka saja yang terlihat.

"Mama/ Papa!" Teriak Citian dan Michel bersamaan, Sebastian menghentikan mereka dengan tangannya. Mendekap tubuh Ciel yang gemetaran dan memeluk tubuh kekar Sebastian erat-erat.

"Papa sedang sakit flu, kalian jangan dekat-dekat, ya... Ada virus, nanti tertular." Dusta Sebastian. Sebenarnya itu tidak benar, mau tahu apa kebenarannya? Ciel mencubit dada bidang Sebastian karena kebohongannya.

Citian dan Michel yang polos pun hanya mengerjap lucu melihat Papanya yang sedang kurang sehat.

"Mama sakit?" Tanya Citian murung dengan wajah tembam nya menggemaskan. Michel menggangguk dan menarik Citian untuk kembali ke kamar dan bermain lagi.

"Biarkan Mama istirahat, main saja lagi dengan Icel. Jika Mama sembuh nanti bisa menemani kita lagi. Ayo, jangan ganggu Mama dan Papa." Sebelum pergi, Michel dan Citian menoleh, memperhatikan Ciel dan Sebastian yang terhalang meja makan. Sebastian tersenyum dengan sudut bibir yang berkedut, begitu juga dengan Ciel yang berada di pangkuan mantan iblis itu.

"Ka- kalian ke kamar saja duluan ya... Papa mau minum obat dulu, setelah selesai Papa menyusul." Dengan tubuh yang masih gemetar Ciel berbicara lembut kepada anak-anaknya. Mereka mendengarkan, akhirnya ... Icel menarik Citian untuk buru-buru masuk kamar dan kembali bermain robot katanya.

Ciel menghela nafas panjang, lalu melempar tatapan mata yang menyeramkan dan mengomel.

"Apa yang kau lakukan, sialan?! Mereka itu masih kecil, kau mau mempertontonkan adegan tak senonoh ini didepan mereka? Bagaimana jika yang lain datang? Kau akan beralasan apa kepada-- Ahh!"

Ciel membekap mulutnya sendiri, desahan itu lebih kencang dan terdengar menggairahkan ketika Sebastian menghentak Ciel lebih dalam.

"S- Sebastian ..." Ciel mencengkram baju kemeja itu kuat-kuat, Sebastian menyunggingkan seringainya dan berbisik tepat pada telinga omeganya itu.

"Kita lanjut?"

Readers! Ditanya Sebas-chan, tuh! Lanjut ga katanya? Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Readers! Ditanya Sebas-chan, tuh! Lanjut ga katanya? Hehe... Ketemu lagi... See you next chap, semua akan Kuu -san revisi ketika kelarr.. Biar enak dibaca, semoga.

25-08-2021
13:40 pm

MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang