Chapter 08

6.5K 616 21
                                    

Digigit☆

Haik..Haik..Hello Readers, how are you? Okey, Happy Reading👉👈

Ciel POV's

Huaaa... Heat sialan... Benar-benar menyebalkan. Terus saja aku selalu merutuki masa puber itu ketika saat terjadi sesuatu. Memang benar kan? Pelecehanku terjadi karena heat ku dan feromonku menguar lalu menyebar menarik alpha dan beta sialan dipelelangan. Lalu sekarang? Bahkan lebih parahnya, aku sudah terpuaskan. Bajingan untuk diriku.

"Nah, ayo Tuan Muda. Finny bilang sarapan sudah siap. Ayo berpakaian, kau bisa menungguku beberapa menit disana. Aku akan merapihkan bekas ini dulu. Oke." Sialan, Sebastian sengaja mengungkit kejadian tadi dengan menekankan sebuah kata padaku. Butler menyebalkan. Kali ini aku merutukki pelayanku juga.

:v (Tunggu sebentar, yang kurang ahlak siapa ya? Kan situ yang gamau obat penunda heat terus minta sebastian tadi:v )

Aku menggeleng, semuanya terkehendak karena keinginanku. Heat dan Sebastian tidak bisa disalahkan untuk hal ini, aku yang menggeleng tidak ingin minum obat dan menginginkan Sebastian. Ya, itu benar tak ada yang salah disini kecuali aku yang dengan bodohnya tak bisa menahan hasratku.

"Sudah selesai." Sebastian membentangkan selimut dan merapihkannya lalu berjalan padaku yang termenung duduk disofa. Dia mengambil baju kebesaranku lalu membantuku memakainya. Aku merampasnya.

"Aku bisa pakai sendiri." Kataku ketus dan berjalan menuju cermin lemari. Sebelumnya aku melihat Sebastian mengangkat bahu lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan air bekas mandiku tadi dari bak mandi. Aku juga mengangkat bahuku, biarkan dia disitu selagi aku memakai baju dengan tenang.

Aku menatap pantulan diriku dicermin dengan handuk yang kulilitkan sebatas pinggang sampai lutut. Lalu mengambil kemeja putih dan memakainya, mengancingkan kancing bajuku satu persatu, serta merapihkan kerahnya.

Sampai tatapanku berhenti pada satu wilayah. Leherku. Sekitar 5-7 tanda kissmark terpatri disana. Aku melotot, mataku yang bertanda kontrak dari Sebastian terlihat seram sekarang ketika aku membelalakannya.

"SEBASTIAN!!" Teriakku, apa-apaan ini? Bagaimana bisa dia seenaknya memberiku tanda sebanyak ini, ups. Aku membekap mulutku, teriak seperti itu juga akan mengundang butler yang lain mengapa aku meneriakkan nama Sebastian. Tak lama si empu nama keluar dengan santainya dari kamar mandi.

"Ya ampun. Kenapa? Kau bisakah kutinggal sebentar? Aku sedang membersihkan bekas mandimu tadi." Lihat, dengan santainya dia bertanya kenapa sambil berkacak pinggang. Cukup. Entah dia sengaja tidak tahu apa kesalahannya atau memang tidak tahu kenapa aku meneriakan namanya, yang pasti aku cukup kesal dengannya.

"Sialan kau!" Aku melemparkan jas biru kebesaranku tepat pada wajahnya yang datar dan menyebalkan itu. Dia mengambilnya lalu menyampirkannya dibahu.

"Oh, jadi? Kau ingin aku memakaikannya begitu?" Dia berjalan pelan kearahku sambil mengatakan begitu. Dia. Dia benar-benar menyebalkan, sungguh aku jengah sekarang kepadanya. Dia masih berjalan kearahku pelan, bahkan sekarang dia menyunggingkan senyumnya sambil mengibas-kibaskan jas yang kulempar tadi.

"Jangan begitu, jas nya jadi kusut. Kau bisa menungguku selesaikan? Tidak perlu berteriak tidak sabaran begitu."

SET.

Aku menganga, mataku terbelalak dan nafasku mengap-mengap. Setelah dia berjalan pelan kearahku lalu berkata menjengkelkan dia melesat dan sudah ada dibelakangku. Jas yang kulempar juga kini sudah rapih dan sudah berada ditubuhku sekarang.

"Nah, sudah. Sekarang tinggal yang lain." Sebastian menduduki ku disofa, dia mengambil aksesoris ku yang lain lalu memakaikannya.

"Ayo sarapan." Sebastian berjalan lebih dahulu membuka pintu untukku, dengan congkaknya aku berjalan melewatinya yang membungkuk lalu menyeringai kearahku.
.
.
.
.
.

MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang