Born We Child

2.4K 169 21
                                    


An : btw aku minta sarannya dong:) setelah My lord kuresmi status complated kalian setuju atau up gak kata kalian:) mau buat cerita BL Alan sama elen:) gimana? /duagh./ cerita yang lain aja masih belum kelar:)

"Putar balik mobilnya."Teriak Sebastian kepada sopir pengemudi yang mengantarnya ke perusahaan, namun mendengar kabar yang membuat Sebastian campur aduk seperti sekarang, akhirnya mereka putar arah dan kembali ke mansion.

"Tunggu, aku. Ciel honey~~"wajah Sebastian panik, tatapannya khawatir lurus menatap kedepan, kedua tangannya juga mengepal erat.

Karena sopir dituntut untuk selalu meningkatkan kecepatan mengendaranya, akhirnya Sebastian sudah di mansion tidak butuh waktu lama dan sampai dengan selamat.

Bruk.

"CIEL!" Sebastian membuka pintu mansion kasar dan melihat Bard yang susah payah menggendong Ciel berbadan dua, mereka semua sedang berada di anak tangga. Sebastian membuka jas dan melempar tas kantor juga jas nya asal ke sofa empuk ruang tengah.

Menghampiri Bard segera, untuk mengambil alih membawa Ciel yang tengah merintih kesakitan.

"Seb--astian..." Ciel meremas baju bagian depan Sebastian. Sebastian tidak tega melihat Ciel begini, dia hanya mengangguk dan mengatakan,"Sst,, tenang saja~~aku ada disini."

Sebastian melihat Meirin, Finny, Bard dan Tanaka -san yang bersama Ciel.

"Meirin dan Finny, tolong siapkan segala keperluannya seperti baju-baju tuan muda dan perlengkapan bayinya. Kalian mengerti bukan?" Dengan tergesa-gesa Sebastian memerintahkan.

Ah ya, Sebastian sudah membeli segala perlengkapan untuk calon kedua anaknya itu saat beberapa minggu setelah pemeriksaan USG.

"Lalu, Bard dan aku kerumah sakit membawa tuan muda, Tanaka san nanti menyusul bersama Meirin dan Finny membawa keperluan. Tolong, okey." Sementara Sebastian memerintahkan, Bard secepat kilat sudah berada dihadapan Sebastian dengan mobil lalu membantu Ciel masuk kedalam mobil dengan hati-hati.

Bard duduk dikursi kemudi, membawa Sebastian dan Ciel kerumah sakit, sementara yang lainnya menyusul setelah semua yang Sebastian suruh siap.

"Enggh--Sebastian..Sakit..."

Ciel merintih, wajahnya penuh peluh. Sebastian mengangguk, dia mengerti itu sakit namun dia tidak dapat merasakan dia hanya bisa menenangkan Ciel dan meyakinkannya.

"Semua baik-baik saja, sebentar lagi kita sampai, oke." Ujar Sebastian selembut mungkin, sesekali dia mengecup kening Ciel.

Tak lama kemudian mereka sampai didepan rumah sakit dimana Ciel sering memeriksa kandungannya disana, Bard membuka pintu membantu Sebastian dan berteriak.

"Siapa saja, darurat. Tolong." Teriak Bard setelah Ciel turun dari mobil dan berada digendongan Sebastian.

Perawat disana dengan sigap membantu Ciel menggunakan kursi roda, beruntung ruang bersalin berada di lantai bawah.

"Mate nya diharapkan masuk untuk menemaninya, saya akan memanggil dokter." Kata perawat lalu berjalan sedikit tergesa-gesa. Perawat satunya membawa Ciel ke dalam ruangan dan membantu Ciel berbaring di ranjang.

"Sebastian...Hiks,,, Aku takut."

"Hey.. hey, kalian akan baik-baik saja. Berpikir positif, sayang." Sebastian mengusap tangan Ciel lembut. Tak lama dokter dan perawat datang dan memeriksa Ciel lalu menggeleng menatap Sebastian.

"Maaf, bisakah aku bicara denganmu sebentar?" Dokter menghampiri Sebastian, Sebastian menatap Ciel meminta izin, Ciel mengangguk lemah.

Sebastian dan Dokter keluar ruangan.

MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang