Chapter 27

3.1K 282 27
                                    


Note: Kumohon readers yang lain😢😢aku butuh sarannya macam cerita ga jelas salah taro tanda baca atau gimana huee banyak yang silent readers ternyata:') tapi gapapa keep strong and fighting aja meskipun gaada yang baca aku bisa menikmati karya buat aku sendiri koo...

Ps : Aaa😢😢😢hontou gomennasai banyak-banyak ne.. aku..😢😢aku banyak sekali dan bejibun tugas jadi maafkan yang lama sekali buat up ya meskipun kuyakin yang minat bacanya sedikit sih:" huhuhu😢 makasih ya para readers yang mau koment support baca dan vote aku terharu sama kalian yang lakuin itu semua untuk cerita absurdku😭😭😭rasanya mau ku hug satu satu😚

Haik..Haik..Hello Readers, how are you? Okey, Happy Reading👉👈

Pagi yang indah hari ini, udara yang segar, pemandangan kerajaan yang indah bila terbangun dan melihat suasana dari loteng. Suara burung yang berkicau, terkadang beberapa dari mereka masuk dan bertengger di sisi loteng. Cahaya silau matahari masuk menerangi ruangan yang ditempati oleh dua mahluk yang berbeda kasta itu. Salah satunya masih terlelap diranjang king size dengan tubuh yang masih berbalut selimut.

Tok..tok..tok..

Sebastian yang sudah berpakaian rapi dan bangun sejak tadi menghampiri pintu dan membukanya lalu menutupnya lagi.

"Maaf, ada apa ya?"

"Anoo-- kalian berdua diundang sarapan oleh Yang Mulia." Pelayan itu berkata dengan sopan, sebastian menggangguk dan tersenyum. "Baiklah kami akan segera kesana." Pelayan itu mengangguk dan membungkuk sopan lalu pamit permisi. Sebastian membuka pintu, kembali memasuki kamar.

"Tuan, sudah saatnya untuk bangun. Yang Mulia mengundang untuk sarapan, lebih baik jangan membuatnya menunggu." Sebastian menyibak selinut yang digunakan Ciel sehingga Ciel dalam keadaan full naked sekarang.

"Huaa---" Ciel menyilang kedua tangan menutupi tubuhnya, Sebastian terkikik melihat reaksi tuannya yang seperti itu. Ciel mendecih lalu memberi Sebastian death glare, Sebastian mengangkat kedua bahunya dan berjalan kearah lemari. Dia tak takut dengan ancaman apapun dari Ciel.

Ciel kembali menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya lalu duduk mengumpulkan nyawanya, dia respect terkejut saat selimut digunakan disibak oleh butler nya dan sekujur tubuhnya merasa dingin.

"Bersiaplah tuan, aku sedang menyiapkan pakaianmu." Kata Sebastian tanpa menoleh ataupun menatap Ciel.

"Hmm.." Ciel bergumam dan mengangguk sebagai jawabannya. "Hah? Pakaian? Kapan kau membawa pakaian gantiku? Aku tak menyadari saat kau mempersiapkannya, kau kan tidak membawa koper." Ciel spontan menoleh, Sebastian kan selalu berada disisi juga selalu disampingnya dimanapun dia berada, sejak kapan Sebastian siap mengenai pakaian gantinya. Sebastian hanya menggeleng dan tersenyum.

"Ya, kau tak menyadarinya." Sebastian berjalan menghampiri Ciel yang masih enggan berjalan untuk bersiap-siap. Dia masih termenung dengan selimut yang menghangati badannya di pinggir ranjang.

"Kenapa belum bersiap juga? Apa kau ingin ku mandikan? Atau kau ingin itu, hmm?" Sebastian suka sekali menggoda Ciel, terlebih lagi pagi hari pasti tuannya ini sensitif dan gampang sekali marah, Sebastian terkikik. Selama bersamanya Sebastian memang sesekali melontarkan godaan atau ejekan yang membuat si Phantomhive itu jengkel.

Benar saja, dahi Ciel mengedut dan muncul perempatan di dahinya itulah ciri-ciri jika earl sedang kesal ataupun marah.

"Sialan kau, aku bisa sendiri." Ciel melepas selimutnya dan berlari kearah kamar mandi dengan secepat kilat tanpa memperhatikan Sebastian yang err...

"Sial, masih pagi begini." Sebastian memalingkan wajahnya yang memerah, ternyata dia sempat melihat earl yang telanjang berlarian.

///awowkwok tegang lagi ya Bas... muehehehe///
.
.
.
.
.

MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang