Chapter 21

2.9K 298 6
                                    

Ps : maafnya atas keterlambatan aku untuk meng up cerita ini:" ada kendala yang yah:"3 aku juga mau ngucapin makasih buat readers yang udah vote dan kasih aku support buat ceritaku yang gaje lewat komen^-^ youre all is my mood booster guys :*

Haik..Haik..Hello Readers, how are you? Okey, Happy Reading👉👈

Ciel POV's

"Harus sejauh apa aku membuat jarak denganmu agar dirimu bisa nyaman?" Sebastian berkata padaku dengan nada yang tidak nyaman ditelingaku lalu berjalan melewatiku begitu saja. Aku tetap terpaku di tempat, untuk detik setelah itu aku tak berani menoleh, memanggil atau sekedar menanyakan apa maksud dari perkataannya.

Ah, aku baru ingat. Saat di kereta tadi akulah yang mengatakan menjauh dan jangan mengangguku. Tapi, bukan ini yang ku maksud, dia sepertinya salah paham apa yang kukatakan. Perbuatannya benar-benar mengangguku tapi bukan menjauh seperti ini yang--

"Huft..." aku menghela nafas, cara bicaraku yang seperti ini selalu membuat orang salah paham. Ini salahku, aku harus membuatnya paham dan tahu apa arti dari semua perkataanku. Aku akan membicarakannya nanti.

.
.
.
.
.
.

"Lepaskan, ini bukan salahku." Setelah si hitam itu meninggalkanku mematung dan membuatku kesana kemari mencarinya, akhirnya aku bersamanya. Kami berdua sedang melihat proses introgasi dari dua orang penjaga penyimpanan perhiasan kerajaan.

"Kudengar salah satu perhiasan, mata berlian kerajaan hilang. Aku heran, banyak penjaga dan orang yang tersangkut paut dengan ruang penyimpanan perhiasan disini, yang terintrogasi hanya dua orang?" Aku melipat kedua tanganku, bicara pada dua orang yang sedang ditahan. Kedua tangannya tertahan oleh pengawal kebelakang.

"Karena dari semua penjaga mereka yang mencurigakan. Aon penjaga luar dan Ion penjaga dalam tidak mau mengaku sejak tadi." Salah satu dari kami berbicara tegas.

"Entah ini salah Aon yang ceroboh tertidur di pos penjagaan atau Ion yang tidak mau mengaku menyeludupkan mata berlian untuk dirinya sendiri." Uin, sejauh ini dia masih anggota algojo di kerajaan, dia terkadang bisa menjadi hakim yang ulung.

Aku meneliti, jika tak ada bukti aku juga sangat bingung bagaimana bisa kami mengetahui.

"Aku sering melihat Ion keluar masuk kedalam ruangan dengan pandangan yang mencurigakan." Aon membuka mulut, Ion yang merasa namanya disebut dalam penjelasan tersebut menentang.

"Aku mengontrol ruangan yang tak terjaga karena kau asik tertidur, Aon."

Baik, salah satu dari mereka tidak ada yang mau mengaku. Mana bisa, bahkan pencuri memang sejak dulu tidak ada yang ingin mengakui kesalahannya.

"Suruh mereka berlutut. Ikat kedua tangan mereka dibelakang dan tutup kedua mata mereka dengan kain." Sebastian memecah kerisuhan tuduh menuduh itu. Aku menatapnya yang menatap Aon dan Ion yang saling melirik. Pengawal lain yang hadir mengikat kedua tangan mereka berdua dibelakang dan menutup kedua mata mereka.

Kulihat pelayan disampingku ini mengukir garis senyum dibibirnya, aku makin bingung. Sekarang Aon dan Ion berlutut dihadapanku dengan tangan diikat dan mata tertutup.

Sebastian berjalan kearah pengawal yang memegang tameng dan juga pedangnya. Sebastian mengambil pedang dari salah satu pengawal dan berkata sesuatu yang tak bisa kudengar apa yang dia katakan lalu kembali disampingku.

Sebastian memutar-mutar pedang kesana kemari lalu menyeringai, aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku. Aku hanya perlu melihat kali ini apa yang akan dilakukannya. Butler hitam itu kini berjalan berdiri dibelakang Ion dan Aon menyuruh pengawal yang menahan mereka untuk menyingkir.

Sret...

Trang.

Sebastian mengeluarkan pedang berkilau yang lancip lalu menggesekkanya ke aspal jalanan, membuat suara besi pedang yang berdecit bergesekan dengan aspal.

"Aku sudah memegang sebuah pedang, aku tahu siapa yang jujur dan siapa yang berbohong." Katanya percaya diri sambil memainkan pedang. Hah? Kau pikir siapa dirimu? Justru aku sendiri disini bingung siapa yang mencuri berlian diantara mereka berdua.

Tapi ini menarik, aku penasaran apakah dia bisa menemukan pelakunya. Aku tersenyum remeh kepadanya dan dia kini berjalan mendekat kearahku sambil menggoreskan ujung pedang yang lancip bersentuhan dengan aspal yang membuat suara bising.

"Tuan, apa kau mau bertaruh denganku?" Aku menaikkan sebelah alisku, aneh. Dia diam padaku sejak turun dari kereta dan sekarang mengajakku bertarung.

"Apa?"

"Jika aku bisa menemukan pelaku dari salah satunya, kau harus mengatakan kepadaku sejujur-jujurnya kepadaku apa yang sedang terjadi kepadamu dan aku juga akan mengajukan permintaan. Tapi kalau aku tidak bisa menemukannya---"

"Berhenti menganggu dan menjauh." Dengar, apa apaan itu. Konyol sekali kan? Haruskah aku jujur apa yang kurasakan, kupikir dia tak perlu tahu dan sudah kuyakin dia tak akan peduli.

"Kau sangat ingin aku menjauh,ya?" Sebastian memasang wajahnya murung, dia menghela nafas lalu tersenyum.

"Lihat saja nanti, jawaban dari taruhan ini adalah ketika insiden ini selesai dan salah satunya didalam sel penjara." Sebastian berkata dan berjalan kembali sambil memasukkan pedangnya ke tempat dan berdiri dibelakang Aon dan Ion.

"Huh, kau tidak akan bisa menemukannya." Aku memutar bola mataku, bahkan Uin saja hanya mendapat mereka yang saling menuduh disini. Tanpa tahu siapa orang tak mampu mana yang mengambil berlian kerajaan.

"Aku benar-benar mengetahui siapa yang mencurinya. Jujur padaku maka aku akan mengampuninya, yang tidak merasa bersalah tidak perlu takut, karena aku TAHU siapa yang pengecut disini. Jika tidak ada yang mengaku aku akan memenggal orang yang kutahu dialah yang bersalah." Sebastian menyentakkan suatu kata disana.

Aku melihat Ion dan Aon, keduanya sangat panik. Aku mulai menebak-nebak dan mengaitkan sesuatu seperti. Ion dan Aon bekerja sama, namun salah satunya tidak ingin ketahuan atau Ion mungkin saja Aon yang mencurinya. Entahlah.

"MENGAKU."Sebastian membentak, membuat semua yang ada disini menoleh padanya. Hening, tak ada yang mengajukan penjelasan ataupun angkat bicara. Aku terkejut, selama bersamanya aku belum pernah mendengarnya bicara sekeras seperti ini.

"Baiklah." Sebastian mengangguk sambil mengenggam pedang hendak menariknya keluar.







♥MY LORD!♥

Wah wah makin sini makin gajelas:"3 aku serasa ingin menggantung dan tak berniat buat finish:"3 ck.

Hallo readers^-^ apa kabarnya kalian semua? Aku sangat berharap kalian baik-baik saja😊 Bagaimana ceritanya? Author minta maaf dengan segala hal yang ga jelas dalam cerita ini seperti : membosankan, melantur kemana-mana, typo bertebaran, sangat keluar dari karakter, tidak sesuai harapan readers, kosakata, peletakkan tanda baca lalu penulisan yang tidak jelas,terlalu baku atau kaku dan kekurangan lainnya mohon dimaafkan author juga manusia :"3.

Kalau memang banyak yang berbeda sifat characternya mungkin itu emang murni ide author^^ XDmaaf kalau characternya OOC(out of character) atau berbeda sifat dari karakter aslinya. Aku sendiri butuh mood dan support dari kalian untuk melanjutkan ini😯apa kalian bersedia sebagai sukarelawan yang dermawan?

Mungkin readers masih paham sopan santun dan tata kramanya^^ jika berkenan sampaikan support dan kritik yang baik😄

Vote, dan coment ya^^terimakasih😄arigatou
Salam sayang dan hangat untuk readers, keluarga dan yang lainnya^^ dari KumaUsagi😊💙

*¤Character anime Kuroshitsuji by : Yana sensei. Jika ada character Kuroshitsuji yang tidak dikenal itu memang karakterku¤

Mianhe, gomen ne, im sorry, maafkan saye, dan saya minta maaf. Ceritanya makin kesini makin aneh. Emang itu yang ada dipikiranku. So aku nulis disini itu hanya mengkhayal sendiri dan membuat kumpulan hingga jadi satu cerita. Gitu:"3

28-06-2020 :12.36 PM

MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang