Ingin

2K 180 1
                                    

Setelah berhasil membujuk dan meyakinkan Ciel untuk meminum obatnya, Ciel tertidur. Sebastian tenang, jika Ciel sudah meminum obat dan suplemennya, Sebastian bisa bekerja dengan tenang berkutat dengan beberapa file dan dokumen diruang kerjanya.

"Nghh--" Sebastian merenggangkan otot-otot tubuhnya, merentangkan tangannya kesana kemari. Inilah resikonya jika dia memilih meninggalkan kodratnya yaitu seorang iblis dan sekarang menetap didunia yang fana. Dia cukup bahagia, dia dari awal sudah menerima dan siap untuk apapun itu. Menjadi pemegang beberapa perusahaan Phantom dan meng- handle nya.

Bisa dibilang Sebastian ini cukup tangkap dan mahir, baru saja dia dibimbing oleh Ciel serta Madam Red untuk menjadi pemegang perusahaan Phantom yang lain, Sebastian sudah secepat ini menguasai segala yang diajarkan oleh mereka. Sebastian melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Sudah waktunya Sebastian tidur, semua file dan dokumen sudah dia tangani hingga semuanya beres.

Sebastian berdiri dari kursi putarnya yang beroda lalu meninggalkan ruang kerjanya dan menuju kamar dimana seseorang yang dia yakin masih tertidur lelap saat ini.

Cklek

Sebastian tertegun, ah--perkiraannya salah. Dia mencari tombol lampu kamar dan menyalakan, Sebastian terkekeh

"Kau hampir membuatku terkejut." Ujar Sebastian sambil menghampiri Ciel yang duduk menatap jendela. Ciel menoleh kebelakang lalu kembali menatap jendela.

"Hantu mana yang mempunyai nyali masuk kekamar mantan seorang iblis, eh?" Ciel mengejek, Sebastian menyeringai dan menimpali." Hantu mana juga yang berani masuk kekamar seseorang yang bahkan berani memerintah iblis, hmm?" Sebastian duduk disebelah Ciel lalu membawa Ciel kedalam dekapannya.

"Kenapa terbangun?" Sebastian bertanya lembut sambil mengusap punggung Ciel yang mungil, Sebastian menatap perut Ciel yang mulai melembung lalu mengelusnya. Sesaat kemudian Sebastian berlutut dan mencium perut Ciel dibalik baju tidur yang biasa Ciel kenakan.

"Apa karena mereka? Kalian ingin apa, hmm? Jangan menyusahkan mom didalam sana, okey." Sebastian bermonolog dengan perut Ciel dan mengecupnya sesekali.

"Kenapa harus mom?" Ciel berdiri sambil bertanya dengan nada sedikit tidak terima, Sebastian tersenyum manis kedua matanya menyipit.

"Aneh jika aku yang dipanggil, mom bukan?" Sebastian memeluk Ciel dan membenamkan wajahnya di perut Ciel. Sebastian menggesek-gesekkan wajahnya keperut Ciel lalu mendongak menatap Ciel dalam.

Ciel yang merasa ditatap begitu memalingkan wajah meronanya.

"Ciel, aku tahu kau terbangun seperti ini pasti menginginkan sesuatu bukan?" Tanya Sebastian, Ciel menoleh menatap Sebastian sekilas lalu memalingkan wajahnya lagi.

"Eumm--" gumam Ciel singkat dan gugup sambil mengangguk. Sebastian berdiri menjulang dihadapan Ciel lalu menggendongnya ke ranjang setelahnya mendudukan Ciel kepangkuannya. Mereka kini saling berhadapan. Sebastian melihat Ciel yang mengaitkan kedua tangannya ke leher Sebastian, entah kenapa Ciel jadi manja semenjak pulang dari periksa kandungannya. Biasanya apapun yang dilakukan Sebastian yang membuatnya merona, Ciel akan sensitif atau memberontak. Tapi ini--

Sebastian melihat Ciel yang menduduk sambil menggigit bibir bawahnya erat-erat.

"Honey?" Sebastian mengapit dagu Ciel membuat wajahnya mendongak dan menatap Sebastian. Ciel menggeleng.

"Ingin apa? Makan? Minum? Kau bisa meminta apapun dariku selagi--"

"Aku ingin dirimu." Ciel mencicit malu dan menundukkan wajahnya lagi, tak hanya itu. Karena saking malunya dia menyembunyikan wajahnya diantara leher dan bahu Sebastian.

"Ya?"

"Aku--" Ciel meremas erat kuat cengkeramannya di punggung Sebastian. "Aku ingin dirimu, Sebastian." Ciel mengulangi apa yang menjadi keinginannya.

"Hmm?" Sebastian bergumam dengan nada yang seperti bertanya. Ciel berdecih dan memandang Sebastian.

"Apa kau tak mengerti?! Aku---ingin bercinta--denganmu." Ciel menutup wajahnya dengan lengan kanannya. Sebastian mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Tidak." Jawab Sebastian singkat setelah dia dibuat sedikit linglung oleh mate nya ini. Ciel menggertakkan giginya sambil menatap Sebastian sinis.

Pada umumnya hormon kepada orang yang sedang mengandung lebih tinggi dari biasanya termasuk rasa nafsu, emosi dan hasratnya.

"Kenapa?!" Ciel bertanya dengan nada tinggi, Sebastian menghela nafas dan menyentil dahi omega dipangkuannya ini.

"Kenapa? Kau tanya? Ciel sayang-- kandunganmu masih rentan dan bahkan mereka juga belum lahir. Aku takut akan terjadi apa-apa dengan kandunganmu, honey." Sebastian memeluk Ciel dan mengecup pipinya sayang.

"Bisakah kau mengganti permintaanmu? Aku tidak dapat mengabulkan untuk yang satu itu."ujar Sebastian sambil melepaskan pelukannya. Ciel menggeleng, " Aku memang hanya menginginkan itu, tapi aku juga takut itu akan melukai anak kita. "Ciel menunduk kecewa.

"Nanti kita datang kesana lagi, Okey? Kita konsultasikan itu kepada dokter. Aku tidak tahu sebenarnya dengan kandunganmu yang masih muda, bercinta itu diperbolehkan atau tidak. Karena aku belum terlalu tahu banyak mengenai dunia ini." Sebastian menggendong dan merebahkan tubuh Ciel lalu menyelimuti tubuhnya.

"J-jangan itu memalukan~~" Ciel menarik baju Sebastian dengan wajah blush nya. Sebastian terkekeh dan ikut berbaring disamping Ciel.

"Kenapa? Jujur saja--" Sebastian memeluk Ciel dan menelusupkan tangannya nakal dibalik piyama tidur Ciel.

"Kau yang sedang mengandung seperti ini, kau lebih merangsang dibanding biasanya. Aku juga menginginkan dirimu--"

.
.
.
.
.
.

TBC or END?

16-10-2020 :10. 01 am








MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang