Kalian berdua

2.1K 205 6
                                    

"Ciel, sungguh--aku benar-benar senang sekali. Aku akan menjadi ayah, terlebih lagi kau mengandung dua anak kembar." Sebastian menyatukan keningnya dengan kening Ciel. Ciel menggangguk dan tersenyum senang.

"Aku membayangkan betapa sulitnya membedakan anak kita yang mempunyai wajah serupa nanti." Sebastian terkekeh, Ciel mendengus geli. Betul juga, dokter bilang calon bayi mereka kembar.

"Ekhem--maaf." Dokter menyela, mereka berdua sweetdrop. Dokter duduk dihadapan mereka dan membawa beberapa lembar cetak USG.

"Tapi aku rasa kembar yang kalian maksud bukan itu, yang kumaksud adalah gendernya. Mereka kembar laki-laki bukan berarti wajah mereka serupa tapi aku tidak tahu juga karena untuk wajahnya tidak terlalu jelas." Dokter menjelaskan kepada Ciel dan Sebastian, sepertinya mereka sudah salah paham mengenai kata kembar.

"Ahh begitu.." Sebastian menunduk kecewa, Ciel cengengesan. Sebastian mungkin berharap sekali bahwa anak mereka benar-benar kembar nantinya. Dokter menyerahkan lembar USG kepada mereka berdua sambil berkata," Tapi aku entah kenapa mempunyai perasaan kuat terhadap calon anak kalian, ya-- walaupun bukan aku yang mengandung atau aku yang mempunyai hak atas anak kalian. Tapi kurasa---mereka akan mirip dengan kalian berdua nantinya." Dokter menunjuk Ciel dan Sebastian secara bergantian. Sebastian mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Mirip--kami?" Dokter mengangguk dan bergumam, dilihatnya Ciel. Ciel juga mengangguk dan paham sambil memegangi perutnya sejenak.

"Aku juga merasa begitu, mereka akan mirip dengan kita berdua nantinya. Tapi aku tidak yakin dengan sikap dan sifatnya--" pikir Ciel, dokter mengangguk lagi menyetujui apa yang Ciel katakan.

"Karena Ciel yang mengandung, memang sepatutnya Ciel merasakan sesuatu dan mempunyai keyakinan kuat terhadap hal apapun tentang anak kalian." tukas dokter sambip menuliskan sesuatu dan memberi stempel lalu menyerahkannya kepada Sebastian.

"Ini, resep obat dan suplemen supaya mereka selalu sehat dan terjaga. Ambil obatnya di apoteker, jaga dia baik-baik, oke. Datanglah lagi di waktu berikutnya, Earl. Jaga kondisimu baik-baik, jangan terlalu membebani diri dan pikiranmu, semua akan baik-baik saja." Dokter menghampiri Ciel dan merangkul bahunya. Ciel mengangguk dan tersenyum, begitu juga dengan Sebastian dia mengangguk dan memapah Ciel dengan hati-hati.

Meskipun baru empat bulan kandungan Ciel, sudah bisa Sebastian lihat Ciel mulai susah berjalan. Perutnya yang mendekati tambun membuat Ciel berjalan seperti pinguin yang kadang membuat Sebastian gemas sendiri. Sebastian iba melihat Ciel seperti itu.

"Ciel--kugendong ya-- itu pasti sangat berat. Ayolah--aku tak bisa melihatmu berjalan seperti itu." Tawar Sebastian sambil berhenti sejenak, Ciel menggelengkan kepalanya lalu berjalan mendahului Sebastian.

"Kebanyakan omega lebih egois dan memegang kuat keinginan dari biasanya, biasakan ini Sebastian. Kontrol emosimu, jaga dan awasi dia baik-baik, mereka adalah calon keluarga impianmu, calon ayah." Dokter menepuk pundak Sebastian berkali-kali, Sebastian mengangguk lalu menatap Ciel yang berjalan sudah sedikit jauh darinya.

"Ciel, hati-hati, honey. Perhatikan langkahmu." Sebastian memperlebar langkahnya menyusul Ciel. Ciel memberikan death glare kepada Sebastian.

"Ssyuuh~~ ini tempat umum. Kau memalukan sekali."
.
.
.

Beberapa jam kemudian setelah mereka pulang dari rumah sakit, Sebastian sudah berkali-kali menghela nafas berat betapa susahnya dia membujuk Wifey nya untuk minum obat yang dianjurkan dokter tadi.

"Ayolah, Ciel ini juga demi anak kita agar selalu sehat." Sebastian masih berusaha membujuk Ciel, berharap Ciel meminum obat dan suplemennya.

"Aku bilang tidak mau ya tidak mau!" Ciel menolak, menggeleng dan berkata tegas dengan kalimat yang sama kepada Sebastian. Sebastian memejamkan matanya, Ciel sudah makan walaupun tidak habis setidaknya dia mengisi nutrisi untuk mereka berdua.

"Kenapa? Dokter bilang kalian berdua harus mendapatkan suplemen dan nutrisi yang baik. Percayalah aku akan menunjukkan caranya bagaimana kau meminum obatnya agar rasa pahitnya tidak terasa." Sebastian mengelus puncak kepala Ciel dengan lembut.

"Bagaimana?" Ciel bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Sebastian bangkit dari sisi tempat tidur sambil berkata,"Kau tunggu sini sebentar." Lalu berdiri menuju keluar kamar, tak lama dia kembali dengan kedua mata yang menyipit juga senyum yang melebar.

Sebastian membuka obatnya satu persatu, juga sesuai petunjuk yang diberi tahu. Menyerahkannya kepada Ciel dan menyuruh Ciel untuk meminumnya.

Ciel benar-benar ragu dan sedikit mengulur waktu agar mempunyai keberanian untuk meminumnya, tak lama kemudian dia meminum obat dan meneguk air untuk membantu obat tablet itu masuk.

"Huaa-- pahit-"Ciel mengeluh sambil menjulurkan lidahnya,"Sebastian ini--"

"Hmphh--" Ciel membelalakan kedua matanya, bibirnya dan bibir Sebastian sudah menyatu, mungkin karena pahit Ciel menyesap bibir dan lidah Sebastian juga menjilatnya.

"Manis." Ciel mengecap bibirnya sendiri, bahkan jejak rasa manis bibir Sebastian membekas dibibirnya.

"Bagaimana? Sudah tidak pahit lagi kan?" Tanya Sebastian, Ciel mengangguk.

"Lain kali kalau minum sesuatu yang pahit, lihatlah diriku, pasti semuanya menjadi manis."

.
.
.
.

Huaa uda lama😢😢😢aku baru up ini dua pasutri aowkwok:"3 pen cepet2 end yalord..

TBC or End? Ku end kan aja lah ya.

12-10-2020 : 11.35 PM








MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang