"Iya, tapi ini buat kebaikan Nanda juga," jawab Puspita pada suara di seberang sana. "Pokoknya kita lihat beberapa tahun kedepan, Nanda bisa berubah atau enggak."
"Kalau gak berubah ya kita cari rencana lain," jawabnya lagi.
"Mau sampai kapan Nanda kebiasaan bergantung sama kamu terus kaya gini?" Suara Puspita melemah, menyiapkan diri untuk mengatakan hal yang mungkin membuat seseorang di balik telepon itu juga ikut bersedih. Nadanya mulai memberat. "Semakin lama waktu yang Nanda habiskan untuk berubah, semakin lama juga kalian bisa bertemu lagi."
"Hai, Ma."
Terdengar salam lembut diiringi dengan suara derap langkah yang begitu lemah, layaknya seseorang yang tak punya semangat untuk hidup lagi. Ya Nanda sedang bersedih, bahkan untuk tersenyum saja dia merasa tak mampu.
"Ya udah kalo gitu, besok kita telepon lagi. Nanda udah pulang dari sekolah." Puspita berbisik, lalu memutus telepon sepihak.
"Hai juga sayang," balas Puspita sembari tersenyum. "Gimana hari ini sekolahnya?" Puspita mencium puncak kepala Nanda, lalu membelai rambutnya dengan lembut.
"Udah deh, Ma. Aku udah gak mau sekolah lagi," gerutu Nanda.
"Namanya juga baru hari pertama, sayang. Beberapa hari kedepan pasti menyenangkan." Puspita mencoba untuk meyakinkan Nanda, meskipun dirinya sendiri tidak yakin.
"Kalo gitu Mama aja yang ke sekolah besok." Nanda membanting tasnya ke sembarang tempat. "Aku gak mau lagi!" lanjutnya.
"Duh duh duh." Puspita menggelengkan kepala, sabar. "Sini-sini cerita sama Mama, ada masalah apa sih tadi di sekolah?"
Nanda memutar bola matanya malas dan tak lama kemudian dia menghela napas berat. Kini memorinya kembali mengingat kejadian buruk yang menimpanya tadi pagi di sekolah barunya.
__°°__
Flash Back
"Eh tuh si anak baru. Cakep juga dia, badannya juga oke. Kita ajak ke grup dance kita aja, pasti bakal tambah famous kita nanti."
"Oke juga ide, Lo!" jawab Caca.
"Hmm." Laudry bergumam sambil berpikir keras. "Ya udah, ayo buruan ajak dia gabung," putusnya.
Keempat cewek cantik yang berpostur tubuh bak gitar spanyol itu serentak berdiri. Mereka berencana untuk mengajak Nanda agar mau bergabung dalam grup dance mereka. Satu persatu dari mereka melangkah ke arah tempat dimana Nanda duduk. Raya yang pertama menyapanya.
"Hai."
Nanda menjawab dengan malu-malu. "Eee... Hai," katanya.
"Nama Lo Nanda kan?" tanya Renna.
Nanda membalas dengan anggukan sambil tertunduk malu.
"Oke langsung to the point aja kali ya. Lo mau gak gabung ke grup dance kita-kita?"
"Iya, biar Lo juga famous di sekolah ini," tambah Renna.
Bukannya Nanda gengsi untuk menerima, namun dia memang tidak berminat dengan hal tersebut. Apalagi berkaitan dengan ketenaran. Akhirnya Nanda menggelengkan kepalanya pelan.
"Yakin Lo gak mau?" tanya Laudry memastikan.
"Iya," singkatnya.
"Gila sih. Lo bakal nyesel nolak ini," celetuk Renna, si cewek ceplas-ceplos itu. "Mana ada sih jaman sekarang nolak ketenaran?"
"Ada, Ren. Nanda ini contohnya," tunjuk Raya.
"Dasar anak culun!" kata Laudry sambil mendorong bahu Nanda.
"Ya udah yuk balik! Buang-buang waktu aja," cibir Renna.
Karena tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, akhirnya keempat komplotan itu kembali ke tempat mereka sambil menggerutu.
Sedangkan Nanda sedang menahan rasa dongkol dalam hatinya. Hari pertama sekolah dengan kesan yang cukup buruk. Ini sangat menyebalkan.
__••__
Penasaran gak nih sama kelanjutan ceritanya?
Harus penasaran dong masa enggak, hhe.Dukung aku ya teman-teman, dengan vote dan komen kalian ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...