Samuel berlari sambil mengusap air matanya yang sedari tadi mengalir tanpa henti. Samuel sudah berusaha untuk menghentikan air matanya, namun semakin sering dirinya mengusap air mata semakin deras pula air mata itu turun membasahi pipinya.
"Bun. Minta tisu, Bun!" pinta Samuel pada Nina yang sedang fokus menonton film di televisi.
"Kamu kenapa nangis, Sam?"
"Mana Bun tisunya!"
Nina segera meraih kotak tisu yang berada di atas meja tepat di depannya itu. "Nih," katanya sambil menjulurkan tangan.
"Habis diputusin?" tanya Nina menginterogasi.
Samuel menggelengkan kepalanya. "Samuel lagi masak, Bun. Matanya Samuel perih kena bawang merah, makanya nangis," ungkap Samuel menjelaskan.
"Masak?! Hahaha!"
"Apa sih, Yah? Ganggu aja," cibir Samuel.
Oga menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Apakah dirinya sedang bermimpi? Samuel anaknya ini memasak? "Mana mungkin," ujarnya.
"Ada perubahan bagus bukannya bersyukur malah gak percaya sama kemampuan anaknya sendiri. Gini-gini Samuel kalo masak mah pasti gak enak!"
"Diri sendiri aja gak percaya apalagi orang lain," cela Oga kemudian membalasi ucapan anaknya.
Setelah perdebatan itu, tiba-tiba Nina menyuruh mereka semua untuk diam karena dirinya mencium aroma masakan yang gosong. Langsung saja Nina berlari menuju dapur untuk melihat keadaan masakan Samuel.
"Astaga Samuel!!!"
Samuel berjalan ke arah dapur. "Kenapa, Bun?" tanya Samuel dengan wajah tanpa dosanya.
"Kamu mau masak apa sih? Kenapa bawang merahnya banyak banget kaya gini?"
"Mau bikin bawang goreng, Bun," jelas anaknya itu.
Nina mengusap wajahnya, lelah. "Ya ampun, Samuel."
Lantas Nina mematikan kompor dengan wajan dan bawang yang sudah hangus. Samuel harus mengikuti les memasak, pikirnya sambil geleng-geleng kepala.
"Sayang. Kalau mau bikin bawang goreng itu minyaknya jangan sedikit kaya gini, ini mah mau numis."
"Oh gitu ya, Bun?"
"Kenapa gak minta tolong sama bunda aja sih kalo pengin makan bawang goreng?"
"Aku mau bikin buat calon pacar Samuel, Bun. Jadi harus bikinan tangan Samuel sendiri," jelasnya.
"Apa yang meledak, Bun?" tanya Oga yang tiba-tiba muncul.
"Ini loh, Yah. Si Samuel mau masak bawang goreng tapi gosong," jelas istrinya itu.
Oga tertawa geli melihat Samuel yang sedang menggaruk-garuk kepalanya. "Gak bisa aja sok-sokan," hinanya.
"Ya udah bunda bantuin ya?"
"Iya deh," jawab Samuel, akhirnya menyerah.
__°°__
"Lo jadi ikut gak sih nyet?"
"Jadi lah! Tapi gue mau mandi dulu," jawab Kesya.
"Ah gue duluan aja kalo gitu. Lo kalo mandi sampe matahari terbit dari barat pun gak selesai-selesai."
"Sialan Lo! Bilang aja udah gak sabar ketemu Nanda," umpat Kesya tak terima.
"Itu juga bener," balas Samuel lalu memutus telepon sepihak. Kesya diseberang sana mencak-mencak sambil mengumpat.
__°°__
Flashback
"Gue anter pulang, Nan?" tawar Samuel.
Nanda menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Itu bokap gue udah jemput," tunjuk Nanda. "Gue duluan ya." Nanda lantas beranjak dari tempat itu, menuju ke mobil papanya.
Jika bertanya tentang Raya. Kesya sudah mengantarkannya pulang terlebih dahulu. Sedangkan Samuel kini mengutuki dirinya sendiri karena tidak berhasil merayu Nanda untuk mengantarkannya pulang.
Namun di balik itu semua, Samuel merasa senang karena sepulang sekolah nanti dirinya akan datang ke rumah sang pujaan hati. Dan tentunya kalian sudah tahu jika Nanda sudah mengijinkan Samuel tentang hal itu, setelah kedua orangtuanya kembali dari Bekasi.
Tidak hanya Samuel seorang, melainkan ada Raya dan Kesya yang akan ikut juga berkumpul di rumah Nanda. Sekadar bermain untuk melepaskan penat selepas bergumul dengan pelajaran sekolah sehari penuh.
__••__
Next terus ya guys ❤️
Part berikutnya akan lebih seru dan semoga kalian suka ❤️
Tinggalkan vote dan komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...