Sesampainya Samuel di rumah Nanda, laki-laki itu langsung berlari menghampiri kedua orang tua Nanda lalu menyalami mereka secara bergantian. Serasa sudah cukup untuk menyapa calon mertuanya itu, Samuel lantas beranjak untuk menghampiri Nanda yang tengah sibuk dengan bukunya. Melemparkan sembarang tas yang berisi seragam sekolah dan buku-buku pelajaran ke atas sofa. Laki-laki itu langsung saja mengambrukkan dirinya tepat di sebelah Nanda, dengan kepala yang berada di pangkuan gadis itu.
Nanda menggoyang-goyangkan tubuh Samuel. "Ah Samuel!" protes gadis itu namun tak dihiraukan sama sekali oleh kekasihnya.
"Kangen banget!" Rengekan itu berhasil membuat Andi dan Puspita terkikik geli.
"Perasaan tadi di sekolah seharian sama gue, sekarang udah kangen aja."
"Kalo udah sayang biasanya kaya gitu, Nan. Kaya Papa kamu tuh, suka kangen-kangenan gak jelas," ungkap Puspita.
Belum ada lima menit Samuel tidur di pangkuan Nanda, laki-laki itu ternyata sudah tertidur pulas. "Lah Samsul! Udah molor aja Lo?!"
Sudah tidak ada balasan dari Samuel, Nanda lebih memilih untuk kembali dengan bukunya. Dan tiba-tiba saja Andi dan Puspita bangkit berdiri setelah mematikan televisi, lantas berpamitan pada anaknya.
"Nanti kalo udah selesai belajarnya, ajakin Samuel pindah ke kamar aja kasian kalo tidur di situ," pesan Puspita.
"Ajakin ke kamar kamu. Soalnya kamar tamu belum dibersihin," imbuh Andi yang berhasil membuat Nanda melotot keheranan.
"Maksudnya? Tidur bareng Nanda gitu?"
"Iya mau gimana lagi masa suruh tidur di sini?"
"Padahal kamar banyak loh, Ma. Kalo mau tidur ya biar dia beresin dulu," tampik Nanda tak menyetujui. "Atau biar dia tidur di kamar Denan aja."
"Emangnya di sini ada kamarnya Denan? Kemarin Denan kan tidur sama kamu," ucap Andi yang kemudian dibalas anggukan lemah dari Nanda.
"Nanti kalo Nanda diapa-apain sama Samuel gimana?"
"Gak akan sayang. Percaya deh sama Mama, Samuel gak akan aneh-aneh sama kamu."
"Nanti kalo dia khilaf gimana?"
"Ya tinggal dinikahin atuh," balas Andi sambil terkekeh-kekeh. Andi lantas menarik tangan Puspita untuk segera beranjak pergi dari tempat itu, meninggalkan Samuel dan Nanda berduaan di sana.
"Ih Papa!"
"Sebenernya Mama udah gak sabar punya cucu," ungkap Puspita sambil berteriak karena jarak mereka sudah terlanjur jauh.
"Nanda masih mau sekolah!" protes Nanda, yang membuat Samuel menggeliat kecil lalu merubah posisinya sehingga kepalanya tepat berada di perut Nanda. Gadis itu kegelian. "Hufft." Nanda menghela napas panjang, lelah dengan kelakuan kedua orang tuanya. Bagaimana bisa mereka berdua membahayakan keselamatan dirinya, ya ini sangat berbahaya untuk Nanda.
Tak lama kemudian Nanda merasa kepalanya sedikit pening, mungkin karena gadis itu terlalu memforsir dirinya untuk belajar terus menerus. Akhirnya Nanda meletakkan buku di lantai, memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Nanda ingin membangunkan Samuel namun dirinya merasa tak tega setelah melihat Samuel yang sudah sangat pulas itu. Ujungnya gadis itu memutuskan untuk menyenderkan kepalanya di sofa yang berada tepat di belakangnya. Tak lama kemudian gadis itu ikut tertidur.
__°°__
Samuel yang baru saja bangun dari tidurnya segera mengambil ponsel Nanda yang terletak di atas meja, melihat di layar ponsel itu jika waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam. Laki-laki itu memutuskan untuk membopong tubuh Nanda hendak membawanya ke arah kamar. Samuel tak tega jika harus membiarkan gadis itu tiduran dengan hanya beralaskan tikar yang tidak begitu tebal itu. Nanda yang merasakan ada tangan yang hendak mengangkatnya itu tiba-tiba terbangun.
"Eh Nan, sorry Lo malah kebangun," kata Samuel. "Kamar Lo dimana?" tanyanya kemudian setelah berhasil mengangkat sempurna tubuh kekasihnya itu.
Nanda lantas mengalungkan tangannya di leher Samuel. Dengan setengah sadar gadis itu menunjuk ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Samuel mengangguk pelan lalu segera membawa Nanda menuju kamar gadis itu.
Setelah berhasil sampai di depan kamar itu, Samuel segera membuka pintu dan langsung membawa gadis itu ke dalam sana. Laki-laki itu sedang berusaha meletakkan tubuh gadis itu dengan sangat berhati-hati ke atas kasur.
"Good night," ucap Samuel sambil menyelimuti tubuh gadis itu dengan apik. Lantas Samuel mencium singkat kening kekasihnya itu dan segera keluar dari kamar itu.
"Samsul!" panggil Nanda. "Lo mau tidur dimana?"
"Di depan aja," jawabnya.
"Gak apa-apa Lo tidur di sana?" tanya Nanda sekali lagi.
"Iya, sayang," jawab Samuel lembut. Hal itu berhasil membuat Nanda terbawa suasana, gadis itu merasakan pipinya yang memanas.
"Nih selimutnya." Nanda hendak berdiri untuk memberikan selimutnya pada Samuel, namun ternyata Samuel sudah melenggang pergi dari tempat itu.
Akhirnya Nanda berjalan ke arah lemarinya, mencari selimut yang lain untuk Samuel. Setelah mendapatkan barang yang dia cari, Nanda segera membawa selimut itu ke ruang keluarga. Namun Nanda terkejut bukan main ketika melihat Samuel yang sudah kembali pulas di atas sofa panjang itu. Memang pantas Samuel diberi julukan pelor olehnya, alias 'nempel langsung molor'. Tak mau membuang waktu lagi, Nanda segera menyelimuti kekasihnya itu lantas berbalik untuk segera kembali ke kamarnya.
"Loh kalian belum tidur?" tanya Nanda ketika melihat kedua orangtuanya yang sedang berdiri di anak tangga.
"Hehehe," kekeh Andi lalu mereka berdua melenggang pergi meninggalkan Nanda yang geleng-geleng melihat tingkah laku orangtuanya.
Benar kata Puspita, Samuel tidak akan macam-macam dengan gadis kesayangannya. Entah kenapa, tiba-tiba saja Puspita teringat pada Oga sahabat lamanya yang sudah belasan tahun tak bertemu itu.
__••__
Next terus guys 🧡
Jangan lupa vote komennya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...