TPU Bogor, 08.00 a.m
Beberapa banyak orang kini tengah berkerumun mengelilingi gundukan tanah yang masih basah dengan dihiasi beberapa tangkai bunga mawar di atasnya. Langit yang mengelabu seakan mendukung kepedihan hati mereka semua yang ada di sana.
Pihak awak media dan segenap artis ikut memenuhi tempat pemakaman umum itu. Begitu pula dengan sejumlah penggemar yang ikut berbelasungkawa atas kepergian idola mereka.
Di depan gerbang TPU, Denan melihat beberapa karangan bunga yang berjejer rapi di sana. Denan sempat mengelap air matanya yang mulai mengalir sebelum laki-laki itu berlari ke arah di mana Mamanya dimakamkan, diikuti Roy dan Tantri yang baru saja keluar dari mobil mereka. Tantri, sahabat Puspita sejak SMA yang juga menyandang sebagai iparnya itu pun tak kuasa menahan air mata.
Denan melihat Andi dan Nanda yang sedang berpelukan. Hatinya semakin hancur rasanya saat melihat makam Puspita yang sudah penuh dengan bunga di atasnya. Nanda yang sadar akan kehadiran Denan langsung bangkit berdiri dan memeluk kembarannya itu erat-erat untuk menyalurkan kekuatan.
"Mama," rintih Denan diiringi dengan isakan tangis yang mulai lolos dari mulutnya. Tubuh Denan meluruh. Laki-laki itu jatuh terduduk di depan makam Puspita. "Mama!" rintih Denan lagi. Kini laki-laki itu sudah memeluk nisan yang bertuliskan nama 'Diandra Puspita' itu.
Andi berusaha menguatkan Denan dengan mengusap lembut puncak kepala anaknya itu. Pasti sangat berat bagi Denan untuk melewati semua ini, terlebih lagi belum lama putranya itu kembali ke Jerman namun Denan sudah harus menanggung kesedihan karena kepergian Puspita.
Denan bangkit berdiri lantas mencengkeram erat bahu kanan milik Andi. "Pa, Mama udah langgar perjanjian!" Laki-laki itu mengadu. Andi tak bisa berkata apapun lagi, ia hanya bisa memeluk Denan untuk menguatkan anaknya itu.
Dengan gerakan cepat Denan membuka tas ransel yang sedari tadi tak lepas dari tangannya. Laki-laki itu mengambil beberapa lembar kertas lalu meremasnya erat-erat.
"Mama lihat ini!" Denan melemparkan sertifikat dan beberapa penghargaan yang belum sempat ia tunjukkan pada Puspita itu ke atas makam dengan kasar. "Perjuangan Denan selama ini sia-sia, Ma! Kenapa Mama gak mau nungguin Denan? Semua ini Denan lakuin demi Mama, tapi kenapa Mama langgar janji? Mama kenapa tega ninggalin Denan?!" pekik laki-laki itu.
Seluruh orang yang berada di sana mulai terisak mendengar penuturan yang penuh kepedihan itu dari mulut Denan. Beberapa sahabat Puspita mulai mendekat ke arah Denan, mencoba menenangkan laki-laki itu.
"Nando, Mama juga gak mau ninggalin kamu, sayang. Tapi ini semua udah takdir. Mama kamu juga gak mampu menentang hukum alam," Nando sahabat Puspita saat masih kuliah itu mencoba menenangkan juniornya.
Farhan, Reza, Dilan, dan Rehan berjalan ke arah Andi untuk menguatkan sahabat mereka itu. Mereka membawa serta anak dan istri mereka ke pemakaman.
"Kamu harus ikhlas, Nando," ucap Maura istri Rehan ikut menenangkan Denan.
Denan dan Nanda sama-sama terpukul karena kepergian Puspita. Kini Nanda menangis di dekapan Samuel kekasihnya. Selama ini usahanya untuk membanggakan Puspita terasa sia-sia saja. Siang malam gadis itu memforsir dirinya untuk belajar agar bisa menunjukkan yang terbaik pada Puspita juga pada Andi. Namun sebelum pengumuman kelulusan, justru Mamanya sudah pergi meninggalkannya terlebih dahulu.
Sedangkan kini Oga justru menyalahkan dirinya sendiri karena ia hanya bisa bertemu dengan Puspita kembali di saat-saat terakhir masa hidup wanita itu. Bahkan pertemuan mereka malah membuat kesehatan Puspita memburuk. Namun Nina terus menguatkan suaminya dan mengatakan bahwa ini semua bukan kesalahannya.
Raya juga ikut terpukul mendengar kabar buruk itu. Gadis itu baru saja kehilangan orang yang menyayanginya dengan sangat tulus. Bahkan Puspita lah yang berhasil membuat Raya bisa merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga. Gadis itu lantas memeluk kedua orang tua kandungnya.
Kesya yang berada di sebelah Raya mengangkat kepala setelah merasakan tetesan hujan yang mengenai tangannya. "Kita harus pulang sekarang," ajak laki-laki itu kemudian. Hujan akhirnya turun semakin deras setelah Kesya mengatakan hal itu.
Pelayat pun mulai bubar satu persatu meninggalkan area pemakaman, menyisakan keluarga Puspita dan sahabat dekat Puspita yang masih setia di tempat itu. Meskipun alam seakan mengusir mereka untuk segera pergi dari sana, mereka tetap teguh meskipun harus berperang dengan rasa dingin.
Setelah merasa puas memberikan salam terakhir untuk Puspita, mereka segera meninggalkan area pemakaman. Nando, Farhan, Rehan, Dilan, dan Reza pun langsung berpamitan dengan Andi, lalu kembali ke mobil mereka masing-masing. Anak istri mereka sudah menunggu di sana.
__••__
Sengaja dibanyakin narasinya guys 🙏🏻🥰
Vote komennya jangan lupa ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...