"Nan. Yuk ke kantin!"
"Gak deh, Ray. Gue di kelas aja," tolak Nanda.
"Sul. Kantin?"
"Gak bro, kalian berdua aja. Gue mau nemenin Nanda di kelas," tolak Samuel juga.
"Udah sana ngantin," suruh Nanda. "Lagian gue udah biasa sendiri, kok. Gak perlu ditemenin," lanjutnya.
"Gue pengin ngobrol sama Lo, Nan."
Nanda mengernyitkan keningnya. "Ya udah deh, terserah lo aja." Nanda kemudian menyerah.
Setelah menerima penolakan dari Samuel dan Nanda, akhirnya dua sejoli itu pergi meninggalkan kelas dengan tangan yang saling bertautan. Samuel memandangi pasangan itu dengan tatapan iri. Tega-teganya mereka berdua melakukan hal itu di depan para jomlo ini. (Termasuk yang baca)
Nanda bangkit dari duduknya. "Gue ke toilet dulu ya," pamit Nanda.
"Eitss! Gak bisa dong," seru Samuel tergesa-gesa menahan tangan Nanda. "Hari ini libur dulu ke toiletnya, ya. Kan gue tadi mau nemenin Lo disini, masa gue malah ditinggal sendiri sih? Tega Lo sama gue?" pinta Samuel dengan wajah memelasnya.
Nanda menghela napas berat. "Hmm. Ya udah deh, gue disini," kata Nanda lalu mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi.
"Kayanya terpaksa banget ya?" tanya Samuel merasa tak enak hati.
"Enggak, kok. Gue ikhlas banget," jawab Nanda sambil memasang senyuman lebar. Meskipun di dalam hatinya terasa sangat berat.
"Duh cantik banget!" teriak Samuel dalam hati. "Nah gitu dong, kan cantik." Samuel mencubit pelan pipi Nanda karena gemas.
Mereka berdua sempat terdiam beberapa detik, namun beruntung Samuel cepat mencari topik pembicaraan.
"Oh iya, Nan. Katanya Lo hiatus ngonten di YouTube ya?"
"Tahu dari mana nih anak?" tanya Nanda dalam hati.
"Kata siapa?"
"Semalem gue teleponan sama bokap Lo," jawab Samuel.
"Sebenernya Samuel ni suka sama gue apa sama bokap gue sih?" batin Nanda.
"Sama nyokap Lo juga," lanjut Samuel lagi.
"Parah Lo Sam!"
Samuel mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Nanda.
"Jangan Lo lahap semuanya dong! Gue gak siap jadi anak yatim piatu," gerutu Nanda.
"Gak gitu juga konsepnya Jubaedah!" balas Samuel geram. "Ya kali kedondong makan kedondong?"
"Hahaha!" Nanda tertavwa terbahak-bahak. "Jaman sekarang banyak kali yang belok," ucap Nanda.
"Ah ngomong apaan sih? Gue masih waras, Nan!"
"Hahaha! Iya deh iya," tutur Nanda, menyerah.
Samuel menyunggingkan senyuman. Sungguh bahagia bisa melihat Nanda tertawa, apalagi jika dirinya adalah salah satu alasan Nanda bisa tertawa. Rasanya ingin setiap hari Samuel melihat rentetan gigi yang rapi dan bersih itu. Hal itu membuat Nanda semakin menggemaskan.
"Napas dulu, Nan! Kasihan gue sampe bengek gitu. Hahaha!"
Nanda mendorong kasar bahu Samuel. "Sialan Lo!"
Samuel nyengir merasa tak berdosa.
"Ngomong-ngomong. Kok Lo bisa sih punya nomor hp bokap gue? Gue ngerasa aneh aja gitu, temen deketnya aja belum tentu dikasih tuh nomer bokap."
"Berarti gue spesial dong!" Samuel tersenyum bangga. "Tapi seriusan bokap Lo yang kasih, kok. Bahkan dia ngasih nomer Lo juga. Tapi gak gue simpen sih," lanjutnya.
"Kenapa gitu? Kan kesempatan emas buat Lo padahal," tanya Nanda.
"Iya bener banget. Tapi gue pengen simpen nomer Lo, asalkan Lo sendiri yang kasih ke gue. Karena buat gue hal kaya gitu itu sama aja mengambil sesuatu yang bukan hak gue."
"Oooh," balas Nanda tak peduli.
"Dan gue gak bakal maksa kalo Lo emang gak mau ngasih. Jadi gue bakal tungguin sampe Lo ngasih sendiri ke gue," jawab Samuel jujur.
"Semangat nunggunya!"
"Makasih. Makin menggebu gue jadinya," kekeh Samuel.
Nanda menyipitkan matanya kesal. "Serah!"
__••__
Wah, makin lengket aja tuh berdua
Kira-kira kelanjutannya bakal kaya gimana ya?
Pengen tahu kan?
Ya udah yuk next terus!Jangan lupa vote, komen, dan share ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...