°52

223 22 0
                                    

Pagi harinya, Samuel dan Nanda berangkat ke sekolah bersama-sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, Samuel dan Nanda berangkat ke sekolah bersama-sama. Beberapa hari lagi mereka akan segera melaksanakan ujian kelulusan. Oleh karena itu Samuel pun memutuskan untuk belajar lebih giat lagi, agar nilai yang selama ini dia peroleh tidak menurun di penentuan kelulusannya nanti. Di tengah konsentrasinya membaca buku, Samuel teringat akan rencananya yang belum berjalan hingga detik ini. Yaitu mempertemukan dua sahabat yang sudah terpisah sekian lamanya.

"Nanti malem makan bareng di rumah gue ya, Nan. Ajak Mama sama Papa Lo juga," kata Samuel.

"Nanti banget ya?"

"Iya, sorry mendadak," jawab Samuel. "Coba tanya dulu mereka sibuk apa enggak," suruhnya kemudian. Nanda hanya mengangguk lalu segera menelepon kedua orangtuanya. Hingga akhirnya mendapat jawaban bahwa Puspita dan Andi ada waktu luang.

"Gue jemput pake mobil?"

"Gak usah lah. Kan gue udah tahu rumah Lo, biar gue sama bokap nyokap gue berangkat sendiri aja," tolak Nanda, kemudian mereka berdua kembali berkonsentrasi pada buku mereka masing-masing.

__°°__

Puspita dan Andi sudah menunggu Nanda sejak tadi di ruang tengah. Putri mereka itu belum keluar juga dari kamarnya, entah apa yang sedang gadis itu lakukan di sana.

"Wah cantik banget anak Mama," puji Puspita ketika melihat Nanda menuruni anak tangga.

"Nurun dari Mamanya," imbuh Andi sambil merangkul pinggang istrinya itu. "Udah siap kan? Ya udah ayo berangkat," ajaknya kemudian.

Mati-matian Nanda menahan diri agar tidak emosi. Pertama kalinya Nanda menggunakan gaun seperti ini. Untung saja ini adalah permintaan dari Mamanya, jika tidak mungkin Nanda akan menolak mentah-mentah permintaan itu. Nanda mulai mengatur napasnya perlahan, mencoba berdamai dengan dirinya sendiri. Setelah dirasanya cukup, gadis itu segera menghampiri Puspita dan Andi yang kini sudah menunggunya di mobil super mewah itu.

Mobil bermerk terkenal itu mulai melaju, membelah jalan di kota yang cukup ramai di jam-jam seperti ini. Rintik hujan ikut menghiasi jalan, membuat banyak pengendara motor dan pejalan kaki memilih untuk berteduh. Sedangkan Nanda dan kedua orangtuanya tetap melanjutkan perjalanan karena beruntungnya mereka menggunakan mobil yang bisa melindungi mereka dari rintik hujan yang semakin deras.

Puspita mengerutkan kening ketika melewati jalan yang tak asing untuknya. Hanya saja banyak perubahan di sekitar tempat itu, karena terakhir kali Puspita melewati jalan itu di saat kelulusan SMA-nya dulu. Sudah banyak gedung pencakar langit dan penerangan jalan tersebar dimana-mana.

Hal yang semakin membuat Puspita tak nyaman adalah ketika mobil itu mulai memasuki pekarangan rumah yang sangat ia kenali. Tempat itu tak banyak berubah, hanya warna cat tembok dan tambahan taman kecil di depan rumah itu. Puspita menggelengkan kepalanya pelan, dirinya tak boleh berpikiran buruk sebelum ia memastikan siapa pemilik rumah tersebut. Bisa jadi orang yang berbeda atau mungkin rumah itu sudah dijual oleh pemilik aslinya, ya pasti seperti itu.

"Mama ayo!" Nanda mengetuk pelan jendela mobil.

Nanda dan Andi sudah keluar dari mobil itu, namun Puspita masih saja ragu untuk keluar dari sana. Perasaannya kini bercampur aduk tak keruan. Dengan berat hati akhirnya wanita itu memutuskan untuk segera keluar dari persembunyiannya. Mengikuti kemana arah suami dan anaknya melangkah. Nanda memencet bel rumah dan tak lama kemudian terdengar suara pintu yang terbuka. Samuel si empunya rumah itu lantas mempersilahkan mereka untuk masuk ke rumah tersebut dengan senang hati.

Oga sudah tak sabar menunggu kedatangan sahabat lamanya itu. Oga sangat bersemangat kali ini sampai-sampai ketika dia melihat Puspita yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah, langsung berhambur untuk memeluk wanita itu. Oga sudah sangat merindukan sahabat lama yang sudah terpisah belasan tahun lamanya. Sedangkan Puspita membeku. Ada getaran aneh menjalar ke seluruh tubuhnya. Mati-matian Puspita menahan perasaan itu.

__°°__

Setelah makan malam, Samuel mengajak Nanda untuk duduk di teras depan. Sedangkan orang tua mereka sedang asik berbincang di ruang keluarga. Samuel tiba-tiba canggung untuk memulai percakapan karena sejak tadi dirinya gelagapan sendiri melihat perubahan penampilan kekasihnya itu. Nanda sangat cantik malam ini. Samuel menelan susah payah salivanya, memperlihatkan dengan jelas jakunnya naik turun tak keruan.

Nanda terkikih-kikih melihat tingkah Samuel. "Samsul Lo kenapa sih?"

"Hah g-gue gak kenapa-kenapa, kok," jawab laki-laki itu sambil mengusap keringat yang mulai mengaliri pelipisnya.

"Lo haus?"

Samuel menggeleng kecil. "Lo cantik banget, Nan."

"Dari dulu kali, Sul," balas gadis itu sambil terkekeh-kekeh. Samuel tak tahan hingga akhirnya dia mencubit gemas kedua pipi kekasihnya. Dan anehnya Nanda sama sekali tak memberontak, kini sentuhan dari Samuel menjadi candu bagi gadis itu.

Nanda melihat keringat yang membasahi kening Samuel, lantas gadis itu mencoba mengelap menggunakan tangannya. "Lo keringetan, Sul."

Samuel memegangi dadanya. Rasa-rasanya jantungnya akan keluar dari sana. "Duh Nan! Bisa-bisa pingsan gue, Nan," keluh Samuel saat Nanda menatap kedua manik legam milik cowok itu.

Tiba-tiba saja Nanda merengkuh tubuh Samuel dengan sangat erat. "Aku sayang sama kamu," ungkap gadis itu.

"A-aku? Aku?" ulang cowok itu tergagap-gagap. Nanda mengangguk pasti. Samuel mengembangkan senyumnya, malam ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi keduanya.

__••__

Haduh baper banget
Gak kuat bye!

Eh jangan lupa bintangnya 😱🤩

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang