°21

279 34 0
                                    

Samuel dan Nanda sudah sampai di sebuah taman yang cukup luas, yang dipenuhi dengan pepohonan nan rindang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samuel dan Nanda sudah sampai di sebuah taman yang cukup luas, yang dipenuhi dengan pepohonan nan rindang. Dengan sebuah danau yang menjadi pemandangan utama mereka.

Kurang lebih seperti ini

Kini Samuel dan Nanda tengah duduk di atas sebuah kain yang membentang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Samuel dan Nanda tengah duduk di atas sebuah kain yang membentang.
Mereka berdua sedang memakan roti isi selai kacang sambil menatap indahnya danau yang ada di depan mereka. Berhubung mereka berdua sama-sama kelaparan, akhirnya setelah sampai di tempat itupun mereka langsung membongkar barang bawaan mereka untuk segera disantap.

"Gwue nyakbin lok--"

"Makan dulu baru ngomong!" tegur Nanda.

Selepas Nanda mengatakan hal itu, Samuel langsung tersedak. "Tuh kan apa gue bilang," kata Nanda. "Nih minum dulu." Nanda menyodorkan sebotol air mineral untuk Samuel.

Langsung saja Samuel meneguk air itu sedikit demi sedikit. "Makasih," ucapnya.

Nanda mengedarkan pandangannya ke arah pepohonan sambil menghirup udara segar. Tanpa sadar dirinya menyunggingkan sebuah senyuman.

"Lo suka kan?" tanya Samuel yang memperhatikan Nanda sedari tadi. "Ini tempat yang cocok buat orang-orang kaya Lo yang suka sekali menyendiri," lanjutnya.

"Jangan sok tahu."

"Gue emang tahu, kok. Dan gue akan selalu berusaha untuk cari tahu tentang Lo."

"Serah deh. Gue lagi males ribut," kata Nanda.

"Iya. Lebih baik Lo nikmatin aja suasana ini, jarang-jarang loh kita kaya gini."

Nanda mengangguk setuju, kemudian dirinya menyingkirkan beberapa barang bawaannya lalu berbaring di atas kain itu. Diikuti oleh Samuel.

"Nan," panggil Samuel.

Nanda menengok ke arah Samuel. "Hmm?" jawabnya.

"Meskipun semua orang menekan Lo untuk jadi seseorang yang mereka mau, gue akan tetep terima Lo apa adanya dan lebih bahagia kalo Lo jadi diri Lo sendiri."

"Eumm... Gitu?"

Samuel mengangguk pasti. "Iya," jawabnya. "Gue gak akan ninggalin Lo, Nan. Apapun kekurangan Lo bakal gue terima, dan kalo Lo punya keinginan untuk merubah diri jadi yang lebih baik gue siap dampingi Lo, gue bakal bantu Lo sebisa gue."

"Gue gak pernah ditekan kok sama siapapun. Karena sekarang gue sadar kalo ucapan mereka itu ada benernya juga." Nanda bangkit dari tidurnya, lalu duduk menghadap ke danau. "Gue juga pengen bisa kaya orang lain, punya kepercayaan diri yang tinggi, gak minderan, gak gugupan, gak pemalu."

"Pengen hal kaya gitu itu bukan perkara yang gampang, Nan. Lo harus latih diri Lo." Samuel ikut mendudukkan dirinya.

"Gue udah pernah nyoba. Tapi ujung-ujungnya malah bikin gue trauma, Sam."

"Gak apa-apa. Pelan-pelan aja, ini cuma soal waktu doang, kok. Gue yakin banget Lo pasti bisa," kata Samuel mencoba meyakinkan.

"Iya, gue juga yakin."

Setelah obrolan itu, mereka berdua terdiam sekitar lima belas menit. Samuel membuka sisa makanan ringan yang mereka bawa, lalu perlahan dilenyapkan oleh mereka berdua.

"Orang tua gue selama ini udah salah paham sama gue." Tiba-tiba Nanda membuka obrolan.

"Maksudnya?"

"Mereka pikir, gue kaya gini karena gue terlalu mengandalkan Denan. Makanya, gue jadi gak mau nunjukin kemampuan gue sendiri. Padahal kan gak gitu aslinya. Gue sama Denan tuh dari kecil kemana-mana selalu barengan, pisah pun paling lama cuma dua hari doang. Dan sekarang gue sama Denan dipisahin biar gue bisa berubah, tapi nyatanya gue tetep kaya gini, kan."

Samuel membulatkan matanya tak percaya. Ini adalah kali pertama Nanda berbicara secara panjang lebar seperti ini. Menurutnya ini adalah kejadian yang sangat langka.

"Samuel! Lo dengerin gue gak sih?"

"Eh!" Samuel terkejut. "Denger kok, denger."

"Terus?"

"Eumm, anu. Denan siapa sih? Sahabat masa kecil Lo?"

"Bisa dibilang gitu sih. Tapi buat gue dia itu lebih dari seorang sahabat."

Samuel menganggukkan kepalanya, mengerti. Namun kini Samuel harus lebih berwaspada, karena bisa jadi Denan ini akan menjadi saingan terberatnya.

__••__

Wah gimana nih ada yang bakal mempersulit jalan Samuel untuk dapetin hatinya Nanda

Biar tahu kelanjutannya, next terus yaaa!

Jangan lupa vote dan komennya ❤️
Dan bantu share ke temen-temen kalian yang suka baca novel tentang fiksi remaja ya 🥺

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang