°48

177 27 0
                                    

Denan yang melihat kembarannya sudah bangun dan memakai seragam itu sedang turun dari lantai atas menuju meja makan pun langsung berlari menghampiri Nanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Denan yang melihat kembarannya sudah bangun dan memakai seragam itu sedang turun dari lantai atas menuju meja makan pun langsung berlari menghampiri Nanda. "Nih!" seru Denan sambil menyodorkan sepiring bawang goreng.

Wajah Nanda berseri lalu segera menerima piring itu. "Buset banyak bener." Tak lama kemudian Nanda mengerutkan keningnya, merasa ada yang janggal. "Jangan-jangan," lirihnya.

"Apa?"

"Lo udah mau balik ke Jerman ya?"

"Hmm."

Jawaban itu seketika membuat tubuh Nanda merosot. Bagaimana tidak, gadis itu belum puas menghabiskan waktu bersama Denan. Rasa rindunya belum terobati sepenuhnya.

"Ya udah kalo gitu gue hari ini ijin aja, biar habisin waktu sama Lo."

"Apaan sih, Nan," protes Denan sambil mengelus puncak kepala Nanda. "Cepetan itu habisin, terus nanti gue yang anter Lo ke sekolah."

Nanda lantas bergelendotan di lengan Denan. "Gak mau," rengek gadis itu masih tetap pada pendiriannya.

CUP!

CUP!

CUP!

Denan mencium wajah Nanda berulangkali, membuat Nanda gelagapan. Denan dengan sigap menahan tangan Nanda yang mulai memberontak. Nanda paling kesal ketika Denan sudah menggunakan jurus andalannya itu.

"Iya deh gue ke sekolah," kata Nanda akhirnya mengalah.

Denan tertawa penuh kemenangan. "Nah gitu dong!" Lantas menarik tubuh mungil Nanda ke dalam pelukannya. Sebenarnya Denan juga belum siap jika harus berpisah dengan kembarannya itu, namun cowok itu tak bisa berbuat apapun lagi selain menerima kenyataannya. Ini demi kebaikan Nanda dan juga bagi dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, mereka berdua sama-sama beranjak untuk mencari kedua orang tua mereka yang sedang bersantai di taman depan rumah. Kedua pasutri itu sedang bernostalgia, mengingat masa-masa muda mereka dulu. Kedatangan Denan dan Nanda berhasil membuyarkan lamunan mereka.

"Denan antar Nanda ke sekolah dulu, Ma." Denan mengecup lembut kening Mamanya itu.

Denan sangat menyayangi Puspita, bahkan Denan mengambil jurusan kedokteran spesialis jantung demi menyembuhkan wanita yang berharga bagi dirinya itu. Lantas Denan dan Nanda segera beranjak dari tempat itu menuju ke SMA Sinar Mulia.

__°°__

Seperti biasanya, di jam istirahat seperti ini Nanda lebih memilih untuk bermeditasi di kelas atau di kamar mandi. Namun berkat permintaan dari Samuel, gadis itu berhasil tertahan di ruangan kelas bersama laki-laki itu. Sesaat berlalu, terdengar dering telepon milik Nanda berbunyi. Dengan gerakan cepat Samuel menyembulkan kepalanya ke arah ponsel Nanda yang terletak di atas meja. Tertera di sana ada nama Denan.

"Halo," jawab Nanda pada suara di seberang sana. Samuel mendekatkan telinganya ke arah ponsel Nanda, ikut mendengarkan percakapan mereka.

Terdengar suara helaan napas panjang dari Denan. "Gue pamit ya," kata laki-laki itu kemudian.

"Gak bisa nungguin gue balik dulu?" kata Nanda dengan lemah.

Samuel yang melihat kegusaran dari wajah gadis itu lantas mengeluarkan suara. "Kita berdua bolos aja, gue anterin Lo ke bandara."

"Lo jangan ngajarin Nanda yang aneh-aneh!" damprat Denan sedikit kesal. Hal itu membuat Samuel menggaruk pelan tengkuknya yang tak gatal sambil menunjukkan rentetan gigi putih yang pastinya tak bisa dilihat oleh Denan. "Ya udah gue tutup teleponnya. Gue titip mama ya, Nan."

"Iya," jawab Nanda pasrah.

"Gue titip Nanda, Sam."

Samuel lantas tercengang mendengar permintaan itu. "Tenang aja, Nanda aman selagi sama gue," balas lelaki tampan itu dengan wajah berseri. "Dia kan punya gue sekarang." Nanda sontak menoyor kepala Samuel, hal itu membuat Samuel mengaduh pelan.

"Lo jangan kesenengan dulu! Mungkin sekarang emang Nanda lagi sama Lo, tapi yakin deh sama omongan gue; Lo gak akan bisa ambil Nanda seutuhnya dari gue," tegas Denan penuh penekanan. Samuel mengernyitkan dahinya tak mengerti.

__°°__

Pulang sekolah di depan rumah Nanda, Samuel tengah memarkirkan motornya di dekat pagar rumah. Entah kenapa namun laki-laki itu tak ingin pulang cepat-cepat.

"Gue sayang banget sama Lo, Nan." Samuel tersenyum penuh arti ke arah Nanda yang hendak membuka pintu rumahnya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Samuel yang tak kunjung pergi dari tempat itu.

"Balik sana Lo!"

Samuel mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil, kesal. Belum puas Samuel memandangi gadis kesayangannya itu. "Nan ayo lah jadi pacar gue!"

Dengan langkah cepat Nanda menghampiri Samuel lantas mencubit pelan pinggang laki-laki itu. "Kalo bokap nyokap gue denger gimana?!"

"Gue takut Lo direbut sama cowok lain, Nan," ungkap Samuel melanjutkan ucapannya.

Nanda menghembuskan napas kasar. "Siapa juga yang mau ngerebut gue. Gak ada yang suka sama gue selain Lo, Sam. Aneh deh Lo!"

"Sekarang pasti banyak, Nan. Apalagi sekarang mereka udah tau kalo Lo anaknya artis."

"Tapi gue gak peduli. Udah ah sana balik!" usir gadis itu kemudian.

"Please jadi pacar gue, Nan. Gue capek berjuang tapi gak pernah dapetin Lo seutuhnya," kata Samuel memohon. Ekspresinya sangat memelas saat itu. "Kalaupun Lo pengin fokus belajar, ok. Kan kita bisa belajar bareng-bareng, Nan."

"Ya udah iya," balas Nanda pelan.

Hal itu berhasil membuat tubuh Samuel limbung hampir tak sadarkan diri. "Gue gak mimpi kan Nan?" tanya Samuel sambil menggoyang-goyangkan bahu Nanda yang sebelumnya menangkap Samuel saat hampir terjatuh.

"Hm." Jawaban Nanda itu membuat Samuel reflek mencium singkat pipi Nanda. Lantas cowok itu memegang mulutnya tak menyangka bahwa ia melakukan hal itu. Sedangkan kini Nanda sedang memalingkan wajahnya ke arah lain. Menahan diri agar tidak salah tingkah di depan Samuel.

Entah kenapa, namun Nanda yang tak suka jika ada ciuman mendarat di pipinya itu tiba-tiba saja tersenyum tipis. Ada desiran kecil di aliran darahnya, jantungnya pun berdetak hebat. Pipi Nanda memanas, bahkan kini merah merona. Nanda tak ingin Samuel melihat hal itu dan langsung berlari ke dalam rumahnya.

Sedangkan Samuel melompat senang lantas kemudian berjalan ke arah motornya dan langsung menancap gas menuju rumah Kesya.

__••__

Wah udah jadian nih mereka
Yuk next biar tahu lanjutan ceritanya 👆🏻❤️

Jangan lupa vote komennya ya guys

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang