°39

178 25 0
                                    

"Mama sama Papa sibuk gak hari ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama sama Papa sibuk gak hari ini?"

"Kenapa emangnya sayang?" tanya Andi.

"Aku mau ngenalin Papa sama Mama ke seseorang," ungkap Nanda.

"Kebetulan hari ini jadwal Papa sama Mama lagi free, sayang. Emangnya kamu mau ngenalin Papa sama Mama ke siapa sih? Mama jadi penasaran."

"Ya udah kalo gitu Mama sama Papa buruan siap-siap deh," pinta Nanda kemudian.

__°°__

Nanda mengajak kedua orang tuanya ke sebuah rumah sakit yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Beberapa jam yang lalu sebelum datang ke rumah sakit itu, Nanda sempat membuat janji dengan seorang psikiater. 

"Ayo Ma, Pa," ajak Nanda sambil menarik tangan Puspita yang mematung di tempat.

Tok! Tok! Tok!

Hellen, seorang psikiater muda itu lantas mempersilahkan Nanda masuk setelah mendengar suara ketukan pintu. "Silahkan masuk," tuturnya sopan.

"Selamat sore Dokter Hellen," sapa Nanda.

"Selamat sore juga, Nanda." Hellen tersenyum ramah ke arah Nanda dan kedua orang tuanya. "Oh jadi ini ya Mama sama Papanya Nanda?"

"Puspita," kata Puspita sambil mengulurkan tangan. "Ini suami saya, Andi."

"Hellen," balas Hellen seraya membalas uluran tangan Puspita lalu beralih menyalami Andi. "Mari duduk." Hellen mengajak Nanda dan kedua orang tuanya untuk duduk di sofa yang sudah tersedia di ruangan itu.

"Jadi selama ini Dokter Hellen yang bantu aku untuk terapi dan konseling." Nanda menjelaskan pada kedua orangtuanya.

"Baik, Bu, Pak. Saya minta izin untuk menjelaskan tentang masalah kepribadian anak bapak dan ibu." Hellen memperbaiki posisi duduknya. "Setelah melakukan beberapa tahap konseling dengan anak bapak dan ibu, saya tidak menemukan permasalahan yang begitu serius. Nanda hanya mengalami sedikit tekanan mental, yang membuat dirinya menjadi trauma untuk bersosialisasi dengan dunia luar. Namun saya sudah menganjurkan Nanda untuk mengikuti beberapa terapi yang bisa mengurangi traumanya dan mungkin bisa membantu Nanda untuk berani mengekspresikan dirinya kembali." Puspita dan Andi menyimak seluruh penjelasan dari Hellen.

"Nanda ini memiliki kepribadian introvert yang membuat dia jadi lebih suka menyendiri dan menarik diri dari keramaian. Orang yang memiliki kepribadian introvert ini sering disalah artikan sebagai orang yang pemalu, padahal tidak seperti itu pada kenyataanya. Mereka cenderung menutup diri dari dunia luar, namun tidak selamanya mereka akan terus menyendiri, mereka juga tetap membutuhkan orang lain. Introvert ini hanya memiliki beberapa orang terdekat dengan hubungan yang sangat berkualitas dari pada berinteraksi dengan banyak orang yang dalam waktu dekat akan pergi begitu saja. Dan hal itu masih termasuk hal yang wajar, karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang seutuhnya introvert maupun ekstrovert. Dan melalui beberapa tahap terapi, Nanda akan mampu untuk meningkatkan kepercayaan dirinya di depan banyak orang. Meskipun hal itu bisa dikatakan hal yang tidaklah mudah. Karena kepribadian ini sudah melekat secara lahiriah pada setiap orang."

"Jadi anak saya tidak memiliki gangguan mental kan, Dok?"

"Tidak, Pak," jawab Hellen. "Dan hal ini juga bukan termasuk suatu penyakit yang harus disembuhkan. Tugas kita sekarang hanya tinggal menerima apa adanya kepribadian yang Nanda miliki ini," lanjutnya sambil mengusap lembut puncak kepala Nanda. "Untuk lebih jelasnya nanti saya akan memberikan satu buku tentang kepribadian introvert dan ekstrovert agar bapak dan ibu bisa mempelajari lebih dalam lagi tentang hal ini. Karena kalau saya jelaskan semua akan memakan waktu yang cukup lama." Andi dan Puspita sama-sama mengangguk, menyetujui perkataan Hellen.

"Terimakasih banyak, Dok, atas bantuannya selama ini."

"Sama-sama, Pak. Karena ini memang sudah menjadi tugas saya untuk membantu semua orang yang memiliki masalah mental ataupun hanya sekedar berkonsultasi. Suatu saat jika bapak dan ibu memerlukan bantuan saya, saya siap membantu selagi saya sanggup. Kebetulan ini ada kartu nama saya, jika ada sesuatu hal yang perlu dibicarakan, bapak dan ibu bisa menghubungi di nomor ini," kata Hellen seraya memberikan kartu namanya pada Puspita.

"Baik, Dok. Kalau begitu kami pamit pulang," pamit Puspita. "Terimakasih banyak untuk bukunya." Puspita mengambil buku yang diberikan oleh Dokter Hellen yang berada di atas meja tepat di depannya.

"Sama-sama, Bu," jawab Hellen sambil merapikan buku-buku yang ada di depannya.

__••__

Jangan lupa vomennya 🥰

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang