"Selamat pagi anak-anak!"
"Loh Bu Retno?"
"Oke hari ini kita akan belajar tentang Stoikhiometri Larutan!"
"Bu ini bukan jam pelarajannya ibu," protes Kesya.
"Ah masa sih?" monolog Bu Retno sambil berbisik. "Ibu cuma ngetes kalian aja kok," alibinya.
"Huuuu!"
"Bu Retno tuh kadang-kadang deh!"
"Ibu sebenernya kesini cuma mau ngingetin kalo besok di jam pelajarannya ibu, tugas kelompoknya harus segera dikumpul!" Setelah mengucapkan hal itu, Bu Retno buru-buru keluar dari kelas itu. Menyadari jika dirinya sudah salah masuk ruangan kelas.
"Mampus kita, Ca!"
"Kenapa emangnya?" tanya Caca linglung.
"Tugas kelompok kita kan dibawa sama Laudry. Mana besok udah harus dikumpul lagi," jelas Renna kemudian.
"Duh gimana nih?" tanya Jono.
"Kita coba telepon Laudry aja deh," usul Caca.
"Tapi dia kan lagi di tempat rehabilitasi. Emangnya boleh bawa hp?"
"Ya gak tahu. Coba aja dulu," jawab Caca asal.
"Telepon Bisma aja," usul Tono angkat bicara.
"Nah iya bener tuh!"
Renna langsung saja mengambil ponsel dari sakunya, lalu mengetikkan sebuah nama untuk dihubungi.
"Halo!"
"Halo, Ren. Kenapa?"
"Lo tahu gak Laudry simpen tugas kelompok kita?"
"Halo, Ren."
Renna membelalakkan matanya tak percaya. Apa dia tidak salah dengar?
Atau mungkin dirinya sedang berhalusinasi. Renna segera menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba untuk kembali sadar dari lamunannya."Halo, Ren," sapa seseorang itu sekali lagi.
"Ini gue gak salah denger kan? Lo Laudry?" Renna menghidupkan loud speaker.
"Iya ini gue," jawab Laudry.
"Ya ampun gue kangen banget sama Lo! Kita video call aja deh," usul Renna kemudian. Tak lama kemudian Renna mengganti panggilan itu menjadi panggilan video.
"Hay!" Renna melambaikan tangan. Caca, Jono, dan Tono yang penasaran ikut mendekat ke arah layar ponsel.
"Halo Laudry!" sapa Caca dengan suara nyaring. Yang membuat beberapa sorot mata tertuju pada mereka berempat.
"Lo teleponan sama Laudry?" tanya Raya.
Renna menganggukkan kepalanya lalu kembali fokus pada ponselnya. "Gue kangen banget sumpah!"
Setelah mendapat jawaban dari Renna, langsung saja Raya berjalan mendekati mereka.
"Kok Lo bisa bareng si Bisma sih? Bukannya Lo lagi proses rehabilitasi?"
"Kemarin gue yang minta Bisma dateng ke sini buat bawain boneka kesayangan gue. Soalnya gue susah tidur kalo gak ada boneka cimoy gue ini," jelas Laudry sambil mengayunkan boneka yang ada di tangannya.
"Buset montok banget tuh boneka," gurau Tono lalu tertawa terbahak-bahak.
"Gimana kabar Lo disana? Pasti gak enak ya tinggal disana?" tanya Raya.
"Kalian gak usah khawatir. Kebutuhan gue disini terjamin kok." Laudry mencoba menenangkan Raya yang terlihat sangat khawatir dengan keadaannya. "Eh iya. Gue mau ngomong sama Nanda bentar dong," pinta Laudry yang berhasil membuat Samuel, Kesya, dan Nanda menoleh secara bersamaan.
Renna bangkit berdiri lalu menyerahkan ponselnya pada Nanda. "Nih Laudry mau ngomong."
"Hay Lau," sapa Nanda.
"Hey, Nan. Apa kabar?"
"Gue baik-baik aja. Gimana sama Lo? Sehat kan?"
"Gue sehat-sehat aja kok." Laudry meletakkan bonekanya di atas meja lalu bersiap untuk mengatakan sesuatu pada Nanda. "Nan. Gue mau minta tolong sama Lo boleh kan?" tanyanya.
"Minta tolong apa?"
"Gue minta tolong sama Lo, tolong jagain temen-temen gue, ya? Gue titip mereka sama Lo. Apa lagi si Renna tuh, pake baju seragam aja gak bener," cela Laudry.
Renna langsung melihat ke arah seragamnya. Dan benar saja, ia tidak mengancingkan kancing bajunya dengan benar. Kancing dengan posisi yang salah dan pin logo sekolah yang terbalik.
"Sialan si Laudry. Bisa-bisanya dia tahu!" cibir Renna yang mengundang tawa seisi kelas.
"Sini Lo Laudry!" Renna kembali merebut ponsel itu dari Nanda. "Lo kapan balik lagi kesini?" rengeknya.
"Gue gak tahu pasti. Sekarang gue lagi di fase sakau obat nih," jelas Laudry.
"Sepi banget gak ada Lo! Banyak banget tuh adik-adik kelas yang songong. Mau kita labrak tapi kalo gak ada Lo kan gak seru!"
"Laudry kan pakarnya," gurau Raya. Laudry terkekeh-kekeh sambil mengingat kembali masalalunya dengan sahabat-sahabatnya.
"Eh iya. Kita telepon tuh karena mau nanya tugas kelompok kita kemarin. Lo simpen dimana?"
"Oh itu. Biar nanti gue suruh Bisma anter ke rumah Lo aja."
"Siap nyonya," sindir Bisma membalasi. Laudry mengerucutkan bibirnya, kesal. "Eh enggak-enggak. Bercanda kok sayang," rayu Bisma kemudian.
__••__
Jangan lupa vote komennya ya guys ❤️
Next terus sampai part terakhir 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...