°9

354 50 0
                                    

"Jadi kita mau kerjain tugas kelompoknya di rumah siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kita mau kerjain tugas kelompoknya di rumah siapa?"

"Di rumah Nanda aja!" usul Raya.

"Loh kok di rumah gue sih?"

"Oke gue setuju!" seru Samuel. "Tapi gue kan gak tahu rumahnya Nanda."

"Tenang aja. Ntar gue kirim alamatnya lewat DM."

"Lo tahu dari mana rumahnya Nanda?" tanya Kesya penasaran.

"Ya gue pasti tahu lah! Ya gak, Nan?"

Nanda membalas dengan senyuman. Samuel mengangguk seolah-olah dia mengerti sesuatu, padahal sama sekali tidak.

"Jamber nih kita ngumpulnya?"

"Jam tiga aja kali, ya?" usul Raya lagi.

Samuel mengangguk setuju. Dirinya sudah tak sabar lagi, dia berharap agar waktu cepat berlalu.

"Lo bawa motor apa mobil, Sam?"

"Mobil."

"Oke kalo gitu Lo jemput gue dulu, biar sekalian."

"Halah gue bawa motor pun Lo tetep minta jemput kan?"

"Haha iya makasih banyak gue emang ganteng, Sul."

"Gak nyambung tolol!" Samuel mendorong kasar bahu Kesya.

Ada-ada saja tingkah ajaib mereka berdua ini, Nanda sampai mengelus dada dibuatnya.

"Nan gue minta nomor lo dong," rayu Samuel.

"Gue gak punya hp."

"Dih bo'ong banget Lo, Nan!" protes Raya.

"Lo kaya udah kenal lama aja sama si Nanda, Ray?" Sepertinya Samuel terkena sindrom kepo, rasa penasarannya sangat berlebihan.

"Ho'oh. Kenal sampe dalemannya."

Raya dan Nanda mendelik. "Sembarangan kalo ngomong!" bentak mereka berdua.

"Eh.... Bukan gitu maksud gue," bela Kesya.

"Serah deh."

__°°__

"Makasih Om, Tante. Maaf ngerepotin," ucap Raya.

"Gak ngerepotin kok, sayang."

Raya tersenyum, setelah itu menutup pintu mobil. "Gue ganti baju dulu ya, Nan," pamitnya ketika jendela mobil dibuka oleh Nanda. Nanda mengangguk, setelah itu Andi melajukan mobilnya kembali.

"Mau kemana sayang? Mau jalan-jalan ya?"

"Enggak, Ma. Nanti mau kerja kelompok di rumah," jawab Nanda. "Boleh kan?"

Andi tersenyum bahagia. "Oh ya boleh banget dong. Kenapa gak boleh?"

"Iya nanti sekalian Mama masak yang banyak buat makan bareng-bareng sama temen kamu. Gimana Pa?"

"Boleh!" jawab Andi penuh semangat. "Yang kaya gini harus dirayain, ya kan Ma?"

"Apaan sih, Pa. Kaya ketiban meteor aja, pake slametan segala," cibir Nanda.

Puspita dan Andi tertawa terbahak-bahak. Mereka berdua sangat bahagia, karena ini adalah kali pertama Nanda membawa teman-temannya ke rumah.

__°°__

Belum ada satu menit Nanda selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi. Nanda menduga jika itu adalah Raya. Nanda buru-buru keluar dari kamar untuk membukakan pintu, namun ternyata Raya kini sudah duduk di ruang tamu bersama dengan Puspita.

"Kamu udah makan belum, Ray?" tanya Puspita.

"Udah, Tan." balas Raya.

"Beneran?"

"Iya udah tadi, Tan."

Nanda berjalan mendekati mereka. "Lo kok gak excited sih duduk sebelahan sama Mama gue?"

"Ini aja gue tahan napas, Nan!"

Nanda dan Puspita tertawa kecil, Andi yang sedang membaca koran pun ikut tertawa.

"Bisa aja Lo, Ray." Nanda yang hendak duduk tiba-tiba mengurungkan niatnya. "Ya udah kita tunggu Samuel sama Kesya di kamar gue aja," ajak Nanda.

"Emang boleh, Tan?" tanya Raya malu-malu.

"Loh kenapa gak boleh? Pokoknya anggap rumah sendiri aja. Enjoy-in aja," kata Puspita sungguh-sungguh.

Raya tersenyum senang. Dirinya bahagia bisa mengenal Nanda dan keluarganya yang begitu baik.

Nanda menarik tangan Raya. "Yuk!"

Nanda dan Raya menaiki anak tangga, menuju ke kamar Nanda. Raya memandangi sekelilingnya dengan tatapan kagum. Bahkan rumahnya tidak semewah ini. Semua furniture yang ada di dalam rumah Nanda tampak sangat mahal.

Nanda memutar gagang pintu kamarnya dan akhirnya mereka berdua pun masuk ke sana. Raya kembali dibuat terkagum-kagum, kamar Nanda terlihat sangat aesthetic. Rasa-rasanya Raya sedang masuk ke alam mimpinya selama ini. Kapan dirinya bisa memiliki kamar seindah ini.

Raya berjalan ke arah meja belajar Nanda. "Instagramable banget!" pujinya.

Nanda tersenyum. "Boleh kok kalo mau foto-foto," ujarnya.

"Pasti dong! Gila sih kalo ga manfaatin kesempatan," kekeh Raya.

Tiba-tiba Raya menjadi salah fokus ketika melihat sebuah foto yang terpajang di meja belajar Nanda. Dirinya penasaran.

"Buset Nan! Ini cowok Lo?" mulut Raya menganga. "Ganteng banget anjir!"

"Oh itu, Denan namanya."

__••__

Wah siapa tuh kira-kira cowok yang dimaksud sama Raya?
Penasaran kan? Yuk next terus kalo gitu

Jangan lupa vote komennya ya ❤️

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang