"Raya tolong bukain pintunya!"
Tak ada sahutan maupun pergerakan sedikitpun. Mungkin mereka tak mendengar suara Denan, pikirnya. Denan mencoba sekali lagi untuk memanggil Raya. Namun tetap tak ada satupun yang membukakan pintu itu untuknya. Setelah kehabisan kesabaran, Denan lantas menendang pintu itu dengan cukup keras. Membuat Raya, Renna, dan Caca tersentak. Begitu pula dengan Nanda, dirinya sampai terbangun dari tidur.
"Eh sorry gue bangunin Lo ya?" sesal Denan.
"Ada apa ini?" tanya Caca kebingungan.
"Telat Ca," sungut Denan lalu menurunkan Nanda.
"Gak apa-apa, Ca." Nanda merangkul Caca lalu mengajaknya masuk ke dalam kamar. Lantas menghempaskan diri di atas kasur, hendak melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Melihat hal itu Denan hanya geleng kepala.
"Udahan dulu deh latihannya. Gue mau mandi," pamit Renna.
Raya hanya mengangguk pasrah lalu berjalan ke arah dapur untuk mencari makanan. Namun siapa sangka, dirinya malah melihat Kesya yang sedang sibuk memasak. Raya baru sadar, jika dirinya sempat melupakan kekasihnya itu. Bagaimana tidak, sesampainya mereka di villa itu Kesya tiba-tiba saja menghilang entah kemana tanpa sepengetahuan dari mereka semua.
"Ternyata dari tadi disini?" tanya Raya.
"Iya, sayang. Ini aku lagi nyiapin makanan buat makan malam nanti," jelas Kesya.
Benar juga, hari sudah mulai sore dan mereka belum memasak untuk makan malam. Namun untung saja Kesya ingat akan hal itu.
"Kamu jago masak ya ternyata?"
"Baru tau ya? Coba deh sini coba hasil masakan aku," suruh Kesya.
"Kebetulan aku juga lagi laper," ungkap gadis itu jujur, lalu mendekat ke arah Kesya.
Kesya menyuapi Raya sesendok makanan yang ia masak tadi. "Gimana enak gak?"
Raya membulatkan matanya tak percaya. "Hmm enak banget sayang!"
Kesya tersenyum senang lalu merangkul pundak gadis itu. "Pacar siapa dulu dong?"
Hal itu seketika membuat pipi Raya menjadi merah merona karena malu. Lalu kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya.
__°°__
Setelah selesai makan malam, kini mereka sedang berkumpul di depan villa dengan bintang yang menjadi pemandangan utama. Dengan api unggun yang mampu menghangatkan tubuh mereka. Kesya, Tono, Raya, dan Renna kini tengah sibuk membakar jagung, sedangkan Jono dan Caca sedang sibuk berpacaran.
Lain halnya dengan Denan dan Nanda, kini mereka berdua sedang duduk beralaskan tikar di dekat api unggun. Nanda menyanyikan sebuah lagu dan Denan mengiringinya dengan sebuah gitar, membuat suasana malam itu semakin seru.
Namun yang paling mengenaskan adalah Samuel, kini dirinya sedang meratapi nasib. Duduk menyendiri di sebuah gazebo kecil, memisahkan diri dari teman-temannya yang masing-masing memiliki pasangan.
Denan bangkit berdiri, hendak mengambil jagung bakar untuk Nanda kemudian memberikan jagung itu pada Nanda.
"Masih panas, Denan!" protes Nanda.
"Ya udah sini," pinta Denan lalu merebut kembali jagung itu dari Nanda. Setelah itu Denan meniup jagung itu, agar cepat dingin.
"Lo bikin gue iri aja, Nan," keluh Raya.
"Kamu kan punya aku sayang," protes Kesya tak terima.
"Beda server sayang!" balas Raya lalu memasang wajah cemberut, hal itu sontak membuat Kesya gemas lalu mengacak-acak rambut Raya.
"Eh yok kita main game!" seru Renna yang membuat semua perhatian kini beralih ke arahnya. "Cara mainnya gini, yang gak punya pasangan dia yang kalah!"
"Ya pasti gue lah yang kalah. Game apaan kaya gitu! Gak seru Lo!" cibir Samuel dari kejauhan.
"Tahan Samuel, temen-temen Lo ini emang minim akhlak," batin Samuel mencoba menahan diri.
"Makanya sini dong ngumpul bareng kita-kita, bukannya malah menyendiri gitu. Nanti Lo kesambet baru tau!"
"Males gue, Ray. Lo semua ada pasangannya lah gue jadi nyamuk," keluh Samuel.
"Sini, Sul." Nanda menepuk tikar yang kosong agar Samuel mau duduk di tempat itu.
Dengan terpaksa akhirnya Samuel mengikuti suruhan Nanda. Meskipun dirinya tahu jika itu adalah cara membunuh diri secara perlahan. Lebih tepatnya menyakiti perasaannya sendiri.
Samuel mengusap wajahnya kasar, karena dirinya harus melihat Nanda si pujaan hatinya itu bermesraan dengan Denan tepat di depan matanya. Benar-benar cara yang sangat tidak disarankan.
__°°__
Tepat jam duabelas malam, Nanda belum bisa tidur. Sedangkan semua teman-temannya sudah terlelap sejak jam sepuluh. Nanda sudah mencoba untuk tidur namun sampai sekarang dirinya masih tetap terjaga juga. Akhirnya dirinya bangkit berdiri, lalu keluar dari kamar itu.
Dirinya mendapati Samuel, Kesya, dan Jono yang masih belum juga tidur. Mereka masih menonton televisi, sedangkan Tono sudah terlelap di sofa panjang dekat mereka.
"Samsul!" panggil Nanda.
Samuel berbalik menatap ke sumber suara "Kenapa, Nan?"
"Denan dimana?"
"Gak tau kayanya di kamar," jawabnya malas.
Lantas setelah mendengar jawaban dari Samuel, Nanda langsung berjalan ke arah kamar yang berada di sebelah kamar mereka. Nanda mencoba untuk membuka pintu kamar itu dan beruntung tidak terkunci. Langsung saja ia masuk ke kamar itu yang dalam keadaan gelap, lantas mencari keberadaan Denan namun tidak ada. Nanda mencoba memanggil-manggil Denan namun tak ada sahutan sama sekali.
Tiba-tiba saja muncul sosok putih dari balik pintu, sontak membuat Nanda terkejut dan berteriak.
"Hahaha!" Denan tertawa terbahak-bahak lalu melepas selimut yang ia pakai untuk menutupi tubuhnya. "Ini gue," katanya.
"Emang Lo sama Papa sama aja! Jail," gerutu Nanda yang masih ketakutan.
"Ngapain Lo kesini? Ini kamar cowok, Lo dilarang kesini!"
"Gue gak bisa tidur," ungkap Nanda.
"Ya udah nih bawa selimut gue," suruh Denan lantas melempar selimut itu ke arah Nanda. "Lo tunggu di luar," suruhnya lagi. Tanpa banyak bertanya Nanda langsung keluar dari kamar itu seperti yang diperintahkan oleh Denan.
Denan keluar dari kamar membawa tikar dan bantal, lantas membentangkan tikar kecil itu di lantai. "Lo tidur sama gue disini," tuturnya.
Samuel dan Kesya yang mendengar suara itu lantas berbalik ke arah mereka. Samuel tercengang, bisa-bisanya Denan mengajak Nanda untuk tidur bersamanya. Yang membuat Samuel tambah heran adalah Nanda sama sekali tidak memberikan penolakan sedikitpun, bahkan kini dirinya sudah berbaring dengan Denan di tempat itu. Samuel sudah tak tahan lagi, dirinya memilih pergi dari tempat itu lalu berjalan ke arah kamar untuk tidur. Dari pada dirinya semakin tersulut api cemburu.
__••__
Wah kasian banget Samuel
Kalian lebih suka Denan sama Nanda atau sama Samuel?Next terus ya guys, love you ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...