°14

321 49 2
                                    

Di hari libur seperti ini, kegiatan Nanda hanyalah rebahan di dalam kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari libur seperti ini, kegiatan Nanda hanyalah rebahan di dalam kamarnya. Bukan Nanda namanya jika tidak menghabiskan waktu liburan dengan berdiam diri di dalam kamar. Dia akan sangat menyatu dengan gadget dan kasurnya. Hanya dengan begitu saja Nanda sudah merasa senang. Namun bukan berarti Nanda tidak menginginkan hidup seperti orang-orang di luaran sana. Dia iri dengan orang-orang yang mudah berinteraksi di lingkungan yang baru, memiliki banyak teman dan bisa bergaul dengan siapa saja.

Nanda selalu merasa kurang mahir dalah hal itu. Sebenarnya Nanda ingin merubah hidupnya menjadi seperti orang-orang di luaran sana, namun sayang sekali Nanda belum bisa.
Kedua orangtuanya pun sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun semuanya itu memang butuh proses, tidak ada hal yang benar-benar instan di dunia ini.

"Nanda."

"Iya, Pa?"

"Papa sama Mama boleh masuk gak?"

Nanda langsung bangkit dari tidurnya. "Mau ngapain?"

"Boleh gak?"

"Boleh. Masuk aja, Pa."

Andi memutar gagang pintu kamar itu. Andi tersenyum melihat kasur Nanda yang masih berantakan. Penuh dengan buku-buku yang berserakan, dan laptop yang sedang terbuka.

"Ngapain kamu, Sayang?" tanya Puspita setelah mendudukkan tubuhnya di kasur.

Nanda memperbaiki piyamanya. "Gak ngapa-ngapain, Ma. Cuma scroll Instagram doang," jawabnya jujur.

"Akhir-akhir ini kamu jarang buat konten lagi ya?" tanya Andi.

"Males, Pa."

"Kenapa males? Oh studionya kurang luas ya?"

"Atau kurang nyaman? Nanti kita dekorasi ulang aja studionya," imbuh Puspita.

"Bukan gitu, Ma, Pa. Belum ada niat aja, Nanda mau ngumpulin dulu," alibinya.

"Karena gak ada temen ngonten ya?" tebak Andi kemudian.

Andi langsung bangkit berdiri, mengambil gitarnya. Ya, karena dia tahu apa yang dibutuhkan oleh putrinya.

Di waktu sebelumnya selalu ada seseorang yang menemani Nanda. Bahkan seseorang itu tidak bisa meninggalkan Nanda sendirian, namun kini Andi dan Puspita memisahkan mereka berdua. Meski begitu, seseorang itu selalu menanyakan kabar Nanda melalui Puspita dan Andi.

Puspita dan Andi berfikir jika itulah yang terbaik untuk putrinya, dan semoga saja memang seperti itu kenyataannya. Sesungguhnya mereka berdua tidak tega untuk melakukan hal ini, namun mereka terpaksa harus melakukan itu semua agar Nanda lebih percaya diri dan tidak mengandalkan orang lain terus menerus.

Nanda mengerutkan kening, tak mengerti dengan hal yang dilakukan oleh papanya. "Mau ngapain, Pa?" tanyanya penasaran.

"Papa sama Mama mau nemenin kamu ngonten," ungkap Puspita.

"Atau kamu mau belajar main gitar sama Papa? Papa lebih jago loh dari kesayangan kamu itu, dia aja belajar dari Papa," kata Andi mencoba meyakinkan anaknya.

"Lain kali aja ya, Pa, Ma. Nanda lagi mager banget," ucap Nanda memohon.

"Mama sama Papa gak usah muncul di kamera juga gak papa kok. Mama jadi backing vokal terus Papa yang ngiringin kalian."

"Nanda capek, Ma," rengek Nanda tak berminat.

"Ayolah sa--"

Tiba-tiba ponsel Nanda berdering memotong pembicaraan mereka. Tertera nomor baru mengirim pesan text.

+6282364734***

- Nan gw ke rumah Lo ya

"Eh siapa ini?" tanya Nanda.

"Kenapa sayang?"

Nanda mengulurkan ponselnya. "Ini, Ma," tunjuknya.

"Ini kayanya Samuel, Pa," tebak Puspita seraya berbisik pada Andi. Andi mengangguk-angguk mengerti.

"Kenapa bisik-bisik, Ma?"

Kini memori Puspita berputar kembali pada kejadian hari itu. Puspita sengaja memberikan nomor Nanda pada Samuel, karena Samuel sering terciduk oleh Puspita sedang memperhatikan Nanda. Puspita menebak jika Samuel menyukai putrinya dan akhirnya dia memberikan nomor itu dengan senang hati pada Samuel.

Ting! Tong!

Bel rumah berbunyi. Secepat itukah?

__••__

Next lagi gak?
Harus next dong 🥺

Dukung author dengan vote dan komen ❤️

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang