°54

222 25 0
                                    

Sudah seminggu lamanya Puspita terbaring di ruangan yang bernuansa putih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seminggu lamanya Puspita terbaring di ruangan yang bernuansa putih itu. Puspita belum juga sadarkan diri. Banyak awak media yang ingin meliput tentang perkembangan kesehatan Puspita namun Andi menyembunyikannya. Itu adalah permintaan Puspita sejak dulu, Puspita ingin menyembunyikan penyakitnya dari semua orang.

Andi juga menyembunyikan hal ini dari Denan, tak ingin membuat Denan khawatir dengan Puspita dan mengganggu konsentrasi belajarnya.

Beberapa hari ini Nanda telah melaksanakan ujian kelulusannya, maka dari itu Andi tidak mengijinkan gadis itu untuk ikut menjaga Puspita. Setiap malam Nanda akan pulang kembali ke rumahnya. Dan dengan setia Samuel akan berada di sisi Nanda dalam keadaan apapun. Oga dan Nina pun tak jarang menjenguk Puspita, sahabat mereka itu.

Hari ini adalah hari terakhir Samuel dan Nanda melaksanakan ujian kelulusan mereka. Dan beberapa jam yang lalu Samuel sudah melaksanakan ujiannya sedangkan kini Nanda tengah bergumul dengan soal-soal itu di dalam sana, karena mereka berdua berbeda sesi.

Samuel masih setia menunggu Nanda di depan ruangan itu hingga tiba-tiba ponsel milik Nanda berdering. Samuel lantas melihat ponsel yang sebelumnya Nanda titipkan padanya itu, tertera nama 'Papa Denanda' di sana. Laki-laki itu segera mengangkat panggilan dari calon mertuanya itu.

"Halo, Om."

"Eh Samuel?"

"Iya, Om. Nanda masih di ruang ujian," jelas Samuel.

"Oh gitu? Kira-kira masih lama gak ya?" tanya Andi.

"Gak tau deh, Om. Soalnya mereka juga baru masuk ruangan," ungkap pemuda itu. "Emangnya ada apa, Om?"

"Mamanya Nanda kritis," ungkap Andi yang membuat Samuel membulatkan matanya sempurna. Laki-laki itu sontak bangkit berdiri karena terkejut.

Terdengar sambungan telepon yang terputus dan hal itu berhasil membuat Samuel panik. Samuel mondar-mandir di depan ruangan yang tertutup itu, sesekali melihat Nanda dari jendela. Yah gadis itu masih sibuk mengerjakan soalnya. Samuel bingung apa yang harus ia perbuat sekarang, mana mungkin dirinya masuk dan memberitahukan hal itu pada Nanda. Bisa-bisa justru hal itu akan membuat Nanda panik dan kehilangan konsentrasinya.

Selang beberapa menit kemudian ponsel itu kembali berdering. Tak menunggu lama Samuel segera mengangkat telepon itu.

"Halo Samuel," panggil Andi dengan napas yang semakin memburu. "Puspita sudah sadar jadi gak usah buru-buru pulang," lanjutnya.

Samuel langsung menghela napas lega setelah mendengar kabar itu. "Oke, Om!" jawabnya kemudian.

__°°__

Sepulang dari sekolah Nanda langsung meminta Samuel untuk mengantarkannya ke rumah sakit setelah mendengar kabar itu. Memang sejak pagi tadi perasaannya sudah tidak enak dan sebenarnya gadis itu hampir saja memutuskan untuk tidak mengikuti ujian kelulusannya, namun mana mungkin dia melakukan hal itu.

Puspita tersenyum ke arah Nanda saat melihat kedatangannya dan secepatnya gadis itu memeluk Puspita dengan begitu erat. Nanda menitikkan air matanya.

"Husss, gak boleh nangis," larang Puspita.

"Mama cepet sembuh, ya," gumam Nanda di tengah tangisnya. Namun Puspita hanya tersenyum menanggapi ucapan tersebut.

"Mama pengen telepon sama Nando," pinta Puspita.

Gadis itu langsung mengambil kembali ponselnya yang belum sempat ia minta dari Samuel. Lantas segera menelepon Denando, kembarannya. Karena perbedaan waktu antara Jerman dan Jakarta, telepon itu berdering cukup lama karena mungkin Denan masih lelap dalam tidurnya. Hingga akhirnya terdengar suara serak khas bangun tidur dari seberang sana.

"Halo, Nanda. Ini masih pagi banget loh," omel laki-laki itu.

"Mama mau ngomong sama Lo," kata Nanda tak ingin berbasa-basi lagi. Lantas gadis itu segera menyerahkan ponselnya pada Puspita.

"Nando sayang," panggil Puspita lirih.

"Iya Mamaku yang cantik."

"M-mama mau ngom... mong sesuatu sama kamu." Puspita mencoba mengatur napasnya yang mulai tidak teratur. "Sayang... Semangat kejar mimpinya, ya. Apapun yang terjadi nanti Mama mohon sama kamu untuk tetap lanjutin apa yang udah kamu perjuangkan selama ini. Mama juga mau titip anak cantik Mama ini ya, Nando." Puspita mengusap lembut puncak kepala Nanda yang sedang memeluk erat dirinya yang terbaring lemah di atas ranjang.

"Iya, Mama. Nando gak akan nyerah, Ma. Ini semua Nando lakuin demi, Mama. Nando sayang banget sama Mama, jadi Mama jangan pergi kemana-mana ya," pinta Denan kemudian.

Puspita melepaskan ponsel Nanda dari tangannya lalu meletakan benda itu di samping bantal tanpa mematikan sambungan telepon. "Papa," panggil wanita itu kemudian. Nanda yang semula memeluk mamanya itu langsung bangkit berdiri untuk memberikan jalan pada Andi.

Puspita mengecup singkat bibir Andi, lantas menangkupkan tangannya di kedua pipi suaminya itu. "Aku titip anak-anak," kata Puspita. Lalu tak lama kemudian suara napas yang awalnya memburu itu perlahan-lahan menghilang. Andi tak menyangka jika itu adalah ciuman terakhir dari Puspita.

__••__

Ngetik sambil nangis👆🏻😭
Aduh baper sendiri 😭

Next terus yawww
Jangan lupa bintangnya
Love you all ❤️

ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang