Mulut Samuel menganga ketika melihat Nanda keluar dari rumahnya.
"Ternyata Nanda fashionable juga," pikirnya.
Hal ini membuat perasaannya semakin berkobar saja. Dilihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan kini, di mata Samuel Nanda terlihat sangat sempurna. Tak ada cela sedikitpun.
Rambut yang panjang dan terurai, dengan hiasan penjepit pita kecil yang senada dengan warna rambutnya. Alis hitam yang lumayan tebal dan matanya yang sangat indah. Hidungnya yang bangir dan pipinya yang cukup chubby itu membuatnya semakin terlihat menggemaskan. Bibir yang mungil disertai dengan perona berwarna pink alami.
Ia mengenakan cardigan crop berwarna hijau matcha, dilengkapi dengan t-shirt berwarna putih. Ditambah lagi celana kulot berwarna hitam pekat. Tidak ketinggalan juga sepatu sneaker dan tas selempang kecil berwarna coklat tua yang membuatnya tampak lebih memesona.
"Lo keliatan cantik banget pake outfit kaya gini, Nan."
"Muji apa nyindir?"
"Ya ampun, Nan." Samuel mengusap wajahnya, tak menyangka dengan tanggapan Nanda. "Seriusan gue gak bohong."
"Makasih," jawab Nanda lirih yang dibalas senyuman hangat dari Samuel.
"Ya udah, kalo gitu sekarang ke rumah gue dulu buat ganti baju, ya?"
Nanda mengangguk untuk menjawab pertanyaan Samuel, meskipun Nanda masih sedikit ragu untuk pergi dengannya. Namun Nanda mencoba untuk memantapkan hati dan mulai beranjak dari tempatnya berdiri, mengikuti Samuel yang sudah menunggunya di atas motor.
"Udah siap?" tanya Samuel memastikan?
"Iya."
__°°__
"Eh...eh! Kenapa buru-buru sih Samuel?"
"Ada deh, Bun!" teriak Samuel yang sudah menapaki anak tangga.
Tak lama kemudian Samuel kembali lagi dengan penampilan yang berbeda. Kemeja flanel kotak-kotak yang didominasi warna hitam, dipadukan dengan kaos berwarna putih. Lalu celana panjang berwarna hitam dan sepatu sneaker yang hampir sama dengan sepatu yang Nanda kenakan.
"Mau kemana udah rapi aja?" tanya Nina.
"Jalan-jalan sama pujaan hati, Bun," goda Yosua yang berjalan di belakang Samuel.
"Eh gak makan dulu?"
"Enggak, Bun. Kasian temen aku udah nungguin dari tadi di luar."
"Kenapa gak diajak masuk ke rumah aja? Kasihan dong kepanasan dianya," kata Nina. "Kan bunda bisa sekalian kenalan sama calon menantu," goda Nina kemudian.
"Lain kali aja ya, Bun. Samuel berangkat dulu," pamit Samuel sambil menyalami tangan bundanya. "Muah." Samuel mencium pipi kanan bunda tercintanya.
"Bye, bocil!"
"Awas gue tikung Lo!"
"Diem Lo bocil!"
Samuel langsung berlari ke arah luar. Tak tega membiarkan Nanda kepanasan di depan gerbang rumahnya. Namun tiba-tiba perutnya keroncongan.
"Pasti Nanda juga kelaperan," pikirnya.
"Nan. Lo laper gak?"
"Laper. Gue belum makan," jawabnya jujur.
"Makan dulu di rumah gue yuk. Bunda gue udah masak," ajaknya.
"Gak deh, makasih."
"Hmm kok gitu? Katanya laper." Samuel menutup matanya lelah. "Oke deh kalo gitu kita beli makanan sama minuman aja. Nanti kita makan di sana," putus Samuel kemudian.
"Oke. Tapi bayar sendiri-sendiri, ya."
"Kok gitu sih?"
"Gue gak mau ngerasa punya hutang budi sama Lo," jawabnya. "Ngerti kan?"
Samuel menghela napas panjang, mencoba bersabar menghadapi sifat Nanda yang keras kepala itu. Namun dirinya mempunyai segudang ide dalam otaknya, untuk meluluhkan hati Nanda.
"Kan tadi gue yang ajak Lo jalan, Nan. Jadi gue yang harus tanggung semuanya. Kalo Lo pengennya bayar sendiri-sendiri, lain kali aja, ya? Kalo untuk hari ini biar gue yang traktir. Oke?"
Tak ada jawaban dari Nanda. Akhirnya Samuel memutuskan untuk melihat ke arah spionnya, terlihat disana ekspresi Nanda seperti sedang menimang-nimang perkataan Samuel.
"Oke deh."
"Yes!!" teriak Samuel dalam hati.
__°°__
Samuel berjalan keluar dari minimarket terdekat dari rumahnya. Dirinya berbelanja sendiri di dalam sana. Membiarkan Nanda menunggu di dekat motor miliknya, karena tak ingin pujaan hatinya itu kelelahan. Sungguh romantis sekali Samsul ini.
"Beli kain juga ya. Biar kaya ala-ala piknik gitu," usul Samuel saat sudah mendekati Nanda.
"Kain gue di rumah banyak, Sam. Tahu gitu tadi bawa aja dari rumah."
"Kan mendadak tadi, gak terencana."
Nanda menghela napas panjang. "Beli yang murah aja," suruh Nanda kemudian.
"Tenang aja, Nan. Kan pake uang gue," balas Samuel.
"Lo udah keluar berapa coba? Nih makanan ringan sama roti sekantong, tambah lagi itu minumannya berapa?"
Samuel mengambil dompetnya dari saku, lalu melihat isinya. "Masih ada kok duit gue, Nan."
"Gini... Kainnya biar gue aja yang beli. Titik gak ada penolakan!" paksa Nanda. "Nanti kainnya gue bawa pulang," lanjutnya kemudian.
"Oke deh." Samuel menyerah.
__••__
Gimana nih, udah gak sabar buat tahu kelanjutannya?
Makanya yuk next terus!Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...