Hari Senin, hari yang sangat menyebalkan bagi Nanda. Karena dia harus kembali bersekolah dan bertemu dengan Samsul si pembuat keonaran itu.
"Perasaan baru kemarin hari Senin, eh udah hari Senin lagi," batinnya.
Namun lain halnya dengan Samuel, dirinya kini sedang bersiap-siap hendak ke sekolah. Justru dia sudah tak sabar lagi untuk segera sampai di sekolah.
Samuel berlari ke arah meja makan, mengambil satu roti tawar dan setelah itu menengguk segelas susu yang sudah disiapkan oleh bundanya.
"Eh... Eh... Pelan-pelan dong!" protes Nina.
Samuel terkekeh-kekeh sambil mengunyah roti tawarnya. "Buru-buru, Bun."
"Tumben banget kamu jam segini udah siap?" tanya Oga, ayah Samuel.
"Mau ngapel tuh, Yah." Yosua mengadu. "Hahaha!" dirinya tertawa ketika melihat Samuel kakaknya itu mencibir.
"Emangnya ada yang mau sama kamu?" ledek ayahnya, sambil cengar-cengir.
"Gak ada, Yah. Gak ada yang aku terima maksudnya. Hahaha!"
"Sombong banget tu, Yah! Padahal gantengan aku," gurau Yosua.
Samuel berjalan ke arah Yosua yang hendak mandi. Lalu merangkulnya. "Iya Lo ganteng banget! Nurun dari gue," katanya sambil menyembunyikan wajah Yosua di lipatan ketiaknya.
"Dih! Bau banget. Belum mandi ya?" cela Yosua setelah mendorong kasar tubuh Samuel.
"Jujur lebih kejam dari pada pembunuhan!"
"Yah! Tuh si Kaka belum mandi." Yosua kembali mengadu.
Seluruhnya tertawa. Suasana keluarga ini begitu hangat, Samuel tersenyum sambil memandangi wajah keluarganya satu persatu. Dirinya sangat bersyukur. Semoga hal seperti ini selalu terjadi di setiap harinya.
__°°__
"Eh Lo ngapain disini?
"Jemput Lo lah!"
"Gue dianterin sama bokap," tolak Nanda cepat. "Jadi Lo duluan aja."
"Gampang," balasnya. Setelah itu berjalan ke arah pintu mobil Andi. "Om, biar Nanda bareng saya aja. Nanti siang Om gak usah jemput, ya," pinta Samuel.
"Oke Om titip Nanda, ya," kata Andi dengan senang hati. "Berhubung Om sama Tante juga mau ke Bekasi, ada job disana," jelasnya kemudian.
"Sip, Om! Tenang aja ada Samuel," kata Samuel setelah menyalami tangan Andi. Lalu berjalan ke arah pintu. "Tante Dian--"
"Ayo buruan!"
"Cie udah gak sabar nih," goda Andi.
"Apaan sih, Pa!"
"Bentar, Nan. Pamit dulu sama calon mertua," tutur Samuel sambil tertawa kecil. Diikuti tawa Andi. Sedangkan Nanda, tersulut emosi.
"Ada apa ini?" tanya Puspita penasaran karena mendengar kericuhan.
"Ini, Tan. Mau pamit ke sekolah," ungkap Samuel, lalu menyalami tangan Puspita. "Anaknya buat saya boleh, Tan?" gurau Samuel.
"Ya gak boleh dong. Nanti Tante sama siapa?"
"Tante buat lagi aja," usul Samuel ngawur.
"Gak boleh!" pekik Nanda "Awas aja ya, Ma!" Nanda memberi peringatan.
Andi dan Puspita terpingkal-pingkal, gemas melihat ekspresi anaknya.
"Aku gak mau kehilangan Mama. Aku sayang sama Mama," lirihnya kemudian.
"Mama juga sayang sama kamu kok, Nan. Iya kan, Tan?" balas Samuel yang mendengar ucapan Nanda.
Puspita mengangguk pasti lalu tersenyum ke arah mereka berdua. "Hati-hati di jalan ya," katanya.
"Iya, Tan. Saya gak akan kebut-kebutan," jawab Samuel meyakinkan Puspita.
"Nanda berangkat ya, Pa, Ma. Salim lagi deh," kata Nanda lalu menyalami tangan kedua orangtuanya.
Samuel lantas membawa tangan Nanda dalam genggaman di depan Andi dan Puspita. Nyali besar sekali Samuel ini.
Nanda yang merasa tak nyaman refleks menarik tangannya. Namun Samuel malah membiarkan hal itu dan mendahului Nanda berjalan ke arah motor besarnya. Lalu menunggu sang pujaan hati sampai benar-benar siap untuk mulai melajukan kendaraannya.
__••__
Part uwu nih guys!
Lanjut terus ya, bakal ada part-part yang lebih seru lagi
Jangan lupa vote komennya ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACDP2 (Antara Cinta dan Persahabatan 2) - END
Teen Fictionfollow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ketik. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian yaaaa jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan...