Sebenarnya aku agak merasa bersalah sudah membuat Ezra diberhentikan dari pekerjaannya.
Namun, aku tidak menyesali apapun yang kulakukan kemarin, karena aku tidak mau hasil kerjaku selama semingguan ini jadi sia-sia.
Setelah Tante Tania kuberitahu bahwa Ezra sempat mencari pekerjaan lepas di sebuah usaha laundry (yang tentu saja kuketahui dari hasil menguntit), beliau langsung saja terpikirkan sebuah ide ekstrem yang membuatku tak habis pikir.
Beliau ingin mendirikan sebuah tempat usaha kecil di Jakarta, HANYA agar Ezra bisa bekerja part time di sana.
Whoaaa! Kelakuan orang berkelebihan uang memang sering membuat geleng-geleng kepala.
Apalagi jika mereka terlalu sayang pada anaknya sendiri, maka mereka akan melakukan apapun demi sang anak, bahkan jika harus melakukan hal-hal berlebihan seperti ini.
Atas permintaan Tante Tania, selama semingguan ini aku disibukkan hal lain sehingga tidak sempat mengawasi Ezra, sampai-sampai aku tidak tahu Ezra sudah dapat kerja.
Semingguan ini aku sibuk survey lokasi, survey pasar untuk menentukan jenis usaha apa yang sebaiknya didirikan, juga bekerjasama dengan Pak Arya (orang suruhan Tante Tania) untuk mengurus segala persiapan untuk membuka sebuah mini-cafe yang akan segera menjadi tempat kerja Ezra.
Hasil kerjaku dan pengorbanan Tante Tania akan sia-sia jika Ezra tetap kerja di tempat cuci mobil itu. Karena itulah, kemarin aku menguntit Ezra sehingga aku tahu di mana lelaki itu bekerja.
Untungnya, sang empunya usaha cuci mobil itu masih ada di tempat, sehingga aku dapat bertemu dengannya tanpa sepengetahuan Ezra untuk menawarkan beberapa kesepakatan.
Dengan menggelontorkan beberapa lembar uang, kesepakatan berakhir seperti yang kuinginkan, yaitu Ezra akan berhenti bekerja di sana dan hari kemarin adalah hari terakhirnya. Alibinya sederhana saja. Beliau sudah merekrut karyawan kontrak baru, sehingga pekerja lepas sudah tidak diperlukan lagi.
Maafkan aku ya, Ezra. Ini demi kebaikanmu, kok. Aku tidak tega melihatmu pulang terlalu malam. Tenang saja! Kau akan dapat pekerjaan sampingan yang jauh lebih baik. Percaya padaku!
"Yang anehnya nih, pas tadi siang gue basa-basi chatting sama temen gue yang kerja di sana dan nyinggung tentang karyawan baru, dia malah bingung sendiri. Nggak ada karyawan baru, katanya. Di situ pikiran gue udah nethink duluan. Jangan-jangan kerja gue nggak bagus, jadi gue didepak pake alibi alus kayak gitu," ujar Ezra dengan raut kecewa.
Aku hanya mendengarkan secara seksama keluhannya itu sambil sesekali memasukkan kentang goreng ke dalam mulutku. "Siapa tahu atasan lo cuman belum ngasih tahu temen lo aja, Ra. Jangan nethink dulu!"
"Gue juga pengennya nggak nethink, Nad," ujarnya sedih sambil memutar-mutar wadah McFlurry-nya. "Tapi tadi pas kita lagi nungguin pintu bioskop kebuka, gue sempet chatting-an lagi sama temen gue itu. Dia sempet sok basa-basi nanya sama Pak Bos, ternyata Pak Bos bilang nggak ada karyawan baru, dan nggak ada niatan nambah personil tetap. Berarti Pak Bos bohong sama gue, dong? Sedih nggak sih, Nad?"
Kamu kok nyari tahu segala sih, Ezra? The more you know, the more you hurt. Akan lebih baik kalo kamu nggak tahu apa-apa.
"Padahal gue nggak apa-apa kalo Pak Bos bilang udah nggak butuhin tenaga part-time lagi. Atau terang-terangan bilang kerjaan gue nggak bagus dan harus berhenti kerja. I mean, jujur aja gitu! Ngapain bohong segala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
General Fiction(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...