17. Nadia - Kiss

74 12 3
                                    

Bagi yg nggak nyaman baca adegan kiss, boleh di skip kalo udah menjelang akhir. Kalo udah tanda-tanda, langsung next aja. Nggak bakal ngubah alur, kok.

-----
.
.
.
.
.

"Kepada saudara Ezra 12-MIPA-2 dan saudara Arion 12-IPS-4, diminta untuk langsung menemui Pak Arman di ruang BK setelah selesai KBM. Kami ulangi. Kepada saudara Ezra 12-MIPA-2 dan saudara Arion 12-IPS-4, diminta untuk langsung menemui Pak Arman di ruang BK setelah selesai KBM. Terima kasih."

Suara yang bersumber dari speaker kelas itu membuat beberapa pasang mata menoleh ke arah Ezra, termasuk guru yang sedang menulis deretan rumus di papan tulis.

Lelaki itu hanya duduk agak bungkuk dan lesu di bangkunya, lalu mengembuskan napas pasrah.

Pasti ada yang mengadukan kejadian sewaktu jam istirahat tadi. Orang iseng mana yang mengadukan keributan kecil di lorong tadi ke BK?? Huh!! Berani-beraninya!

Memang saat Ezra dan Arion ribut, cukup banyak siswa lain yang menonton. Beberapa di antaranya bahkan merekam video. Aku paham, kok. Drama Sang Ketos memang sedap untuk digoreng, tapi aku tidak terima jika Ezra juga terbawa-bawa!

Harusnya Ezra tidak salah. Yang lebih dulu main fisik adalah Arion. Kalau ada yang harus dihukum, maka Arion lah orangnya. Huft! Biarpun sudah berpikiran demikian, tetap saja aku khawatir pada Ezra.

Di sisa waktu itu, aku tidak bisa fokus ke pelajaran sama sekali. Untungnya bel pulang berbunyi tak lama kemudian.

"Ra!" Aku cepat-cepat menghampiri Ezra sebelum dia keluar dari kelas. "Lo harus bisa membela diri. Jangan ngalah aja! Lo nggak salah."

Lelaki itu tersenyum remeh. "Bukannya lo sendiri yang tadi nyalah-nyalahin gue?"

"Yang salah tuh lo yang eksekusi tanpa strategi. Sisanya, lo nggak salah sama sekali."

"Belain Ezra, Nad?" Adnan menyambung ke obrolan kami.

"Gue orangnya objektif, kok," jawabku singkat pada Adnan, yang dibalas hanya dengan sebuah senyuman saja. Aku pun menoleh ke Ezra lagi lalu menatapnya serius. "Lo dapet dukungan gue."

---
---

Sudah sekitar sepuluh menit Arion dan Ezra ada di dalam ruangan sana. Pintu kacanya hanya tembus pandang ke satu arah, jadi aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana. Ingin mengintip, tentunya tidak mungkin, yang ada aku juga akan dapat masalah.

Untungnya, aku masih bisa mendengar percakapan di dalam ruangan itu berkat berhasil menyadap ponsel Arion.

Aku berdiri sambil menyandar di tembok yang berjarak beberapa meter dari ruang BK, di suatu spot yang tidak tersorot CCTV sekolah, sambil mendengarkan suara hasil sadapanku melalui earphone yang terhubung dengan ponselku.

"Hmmm... Jadi itu alasan Ezra dan Arion nggak akur selama ini? Tapi kok Pak Arman bisa tahu, ya?" gumamku pada diri sendiri.

Beberapa saat kemudian, kulihat Arion keluar dari ruang BK. Tak butuh waktu lama sampai mata itu melihat ke arahku. Ia langsung berjalan mendekat dengan tergesa, sementara aku segera menyimpan earphone-ku ke dalam tas.

Begitu sudah berada di hadapanku, ia menatapku lamat-lamat dalam diam.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang