Warning : hampir 3k words
-----
.
.
.
.
.Saat awal-awal aku masih menjadi murid baru sekolah ini, aku pernah menemukan sebuah kancing seragam di tangga menuju atap sekolah.
Kancing seragam yang awalnya kupikir milik Ezra, tapi ternyata Ezra tidak kehilangan kancing di seragamnya. Dan yang kehilangan kancing justru Arion.
(note : flashback bab 4)
Aku hampir lupa akan eksistensi kancing itu. Untungnya, berkat pindah kos-kosan, aku berhasil menemukan kancing itu saat tengah mengepak barang-barangku.
Hari ini kancing itu kukembalikan pada pemiliknya.
Iya. Aku tahu aku salah karena tidak segera mengembalikan barang yang kutemukan pada pemiliknya. Namun, bukankah setidaknya aku dapat ucapan 'terima kasih' alih-alih gerutuan seperti ini?
"Jahat banget nggak langsung dibalikin. Seragam gue kan jadi nggak perfect selama enam bulanan. Malu, dong! Masa mantan Ketos kancing seragamnya ilang satu? Nggak teladan amat. Gue berubah dari siswa teladan jadi non-teladan gara-gara lo, Nad."
Aku memutar bola mata malas. "Ouh, here we go again..."
Kubalik badanku dan bersiap pergi dari hadapan Arion, tapi lelaki itu segera menarik tanganku agar aku menghadapnya lagi.
"Tanggung jawab dong, Naaaad!"
"Ya kan gue udah balikin. Mau tanggung jawab apa lagi?!" balasku agak geregetan.
"Jahitin!"
"Minta jahitin ke ART lo aja! ART lo kan banyak, pasti ada satu yang jago jahit. Lagian jahit satu kancing doang, lo juga pasti bisa, lah!"
"Gue pengennya lo yang jahitin," jawabnya tak mau kalah.
"Males, ah!"
"Ayo, Nad! Tanggung jawab!" Tanpa tedeng aling-aling, ia merangkul bahuku dan menyeretku ikut berjalan bersamanya di lorong kelas ini.
Sontak aku misuh-misuh. Pasalnya, skinship di sekolah, walaupun hanya rangkulan, itu sangat tidak etis dilihat. Aku tidak mau namaku jadi buruk karena dianggap pacaran tidak tahu tempat.
"Jangan pegang-pegang!" ucapku sambil menyingkirkan lengannya dari bahuku.
"Sorry. Latah. Lo ikut gue terus. Jangan kabur!"
"Iya. Iya. Ribet!"
Arion hanya terkekeh. Langkahnya terus melaju ke suatu arah, dan aku pun mengekor di belakangnya.
Tempat yang kami tuju ternyata adalah ruang ekskul tata busana.
Berkat kunci yang ia temukan di jendela atas pintu, Arion berhasil masuk ke ruangan tersebut, lalu mengambil jarum dan benang jahit dari salah satu laci kabinet. Kemudian, ia mengajakku duduk bangku panjang di area selasar depan pintu ruangan.
"Jahitin yang rapi!" perintahnya sembari menyodorkan jas seragam yang baru saja dilepaskannya.
"Tck! Tukang ngatur!"
Ia hanya tersenyum usil saja, padahal aku sedang kesal.
Karena aku sudah restock kesabaran sebesar gunung semenjak pacaran dengannya, aku pun mengalah untuk melakukan apa yang ia mau. Lagipula, ini hanya menjahit kancing. Tidak masalah. Kalau nanti dia menyuruhku yang aneh-aneh, akan kujahit mulutnya sekalian!
Ngomong-ngomong, yang kujahit ini bukan bagian kancing yang berguna, melainkan kancing hiasan saja. Seragam sekolah kami memang berhiaskan dua kancing warna keemasan di masing-masing ujung lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
General Fiction(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...