39. Nadia - Ex

31 8 0
                                    

BUGH!

Sesampainya di sebuah kafe tempat aku dan Mark berjanji bertemu, aku langsung menggeplak belakang kepala lelaki itu dengan tas selempang kecilku.

Dia refleks mengaduh. "Apa sih, Nad! Ngagetin, tauk!" keluhnya sambil mengusap bagian yang kupukul.

"Biarin! Siapa suruh nyadap HP Ezra tanpa bilang-bilang dulu!" ujarku tajam, lalu duduk di kursi di hadapannya.

"Emangnya kenapa, sih?" ucapnya tanpa dosa, yang tentu saja membuatku makin naik darah.

"Ya minimal lo bilang gue dong, Markonah! Emangnya lo mau kalo lagi enak-enak pacaran ternyata ada yang diem-diem nguping?!"

Mark tertawa renyah. "KaLo KiTa mAngGiL miMi-PiPi aJa GimAna, yAnG?" ucap Mark dengan nada mengejek, berniat menirukan percakapanku dengan Ezra saat di kamar kosku dulu. "Ahaaayy! Geli bangettt!! Hahahahaha..."

Level kekesalanku naik. Tanpa pikir panjang, aku menurunkan tali tas selempangku dari bahu, lalu langsung melemparkan tasku ke wajahnya. Seranganku ternyata tidak kena sasaran karena Mark berhasil menangkap tasku sebelum benda itu menabrak wajahnya.

Dengan tawa yang belum surut, Mark berujar, "Kamu malu-maluin deh, Nad. Padahal aku denger doang, tapi merindingnya lima menitan lebih." Kemudian dia mengembalikan tasku.

Aku pun menerima tas yang dia ulurkan. "Gue bercanda doang itu, Mark. Biar bisa liat dia ketawa."

"Bercanda apa bercandaaa?"

"Bercanda beneran, astagaa!"

"Iya. Iya." Senyuman usil di wajahnya masih belum hilang. "Serius juga nggak apa-apa padahal. Kan lumayan biar aku ada bahan ceng-cengin kamu."

Aku memutar bola mata malas. "Lo ngapain ngajakin gue ketemuan? Malem Minggu begini harusnya gue ketemuannya sama Ezra, bukannya sama lo. Ganggu banget."

"Tapi kamu dateng, kan? Berarti kamu lebih prioritasin aku ketimbang pacar kamu."

"Terserah. Lo mau ngomongin apa cepetan!"

Dia malah tersenyum lebar. "Aku cuman mau minta izin. Kalo pacar kamu kubawa ke apartemen boleh nggak?"

"Maksud?!"

"Buat tinggal bareng gitu lho, Nad. Kanjeng Nyai kan nyuruhnya aku tinggal bareng Ezra. Tapi kayaknya aku nggak bakal kerasan tinggal di rumahnya Ezra, jadi mending Ezra-nya aja yang kubawa ke apartemen."

"Emang Ezra-nya mau?"

"Aku udah nyiapin alibi insomnia, kesepian, depresi akibat tekanan akademik, anxious, dan semacamnya. Kayaknya Ezra nggak akan tega nolak kalo aku berlagak tersiksa gitu. Dia pasti bersedia buat pindah ke apart aku."

Aku tersenyum. "Lo jahat banget sama cowok gue, sumpah."

"Kuanggap itu pujian."

"Ya udah, lo eksekusi aja! Gue dukung. Gue sebenernya khawatir Ezra tinggal sendirian. Takut rumah dia kemalingan malem-malem, atau Ezra sakit kan nggak ada yang tahu. Kalo dia punya housemate kan lumayan ada yang jagain dan ngurusin."

"Perhatian banget sih, Nad. Jadi pengen diperhatiin juga, deh."

"Kan dulu udah."

"Pengen lagi."

"Suruh siapa mutusin!"

"Hahahaaaa..."

"Ada lagi yang mau lo omongin nggak?"

"Well. Itu aja, sih."

Mataku langsung membulat lebar. "Lo nyuruh gue dateng jauh-jauh ke sini, bikin gue ngorbanin waktu kencan gue sama Ezra, cuman buat ngasih tahu hal ini doang?! Seriously?!"

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang