Aku dan Nadia sudah sampai di kelas hanya tujuh menit sebelum bel masuk. Tolong jangan tanya kenapa! Karena aku tak kuat untuk bercerita.
Ini pun kami tidak masuk gerbang dan jalan ke kelas berbarengan, khawatir teman-teman akan curiga kalau kami berangkat bersama dan ada hubungan spesial. Padahal memang benar, sih. Untuk mencegah berkembangnya gosip, aku membiarkan Nadia masuk kelas lebih dulu, baru satu menit kemudian aku menyusul.
Saat melangkahkan kaki melewati pintu kelas, kudapati Nadia sedang mematung di depan lokernya. Aku mengintip sedikit, ternyata di dalam lokernya bertumpuk beberapa batang cokelat berbagai merk dan amplop-amplop kecil warna-warni.
"Run. Mau nggak?" tanya Nadia pada Seruni yang sedang beres-beres lokernya.
"Gue lagi diet, Nad. Sorry," jawab Seruni. "Rita kayaknya mau, tuh. Dia kan choco-addict."
"Apaan?" Rita menoleh ke Nadia.
"Cokelat, nih! Kalo pengen, ambil aja di loker gue. Bebas. Bahkan kalo mau ambil semuanya juga nggak apa-apa."
Rita langsung tersenyum lebar. "Aseek! Gue siap menampung, Nad. Makasih, lho."
"Enak banget ya punya body susah ndut. Gue mah meleng dikit aja badan langsung melar," keluh Seruni.
Aku mencoba terlihat cuek sambil berjalan menuju bangkuku sendiri, padahal sedang menguping.
Clara, yang duduk di bangku depanku, tiba-tiba berseru.
"Nad, gue mau satu dong!"
"Mau yang gede atau kecil?" tanya Nadia dari belakang kelas. "Ada varian almond, milk choco, fruit and nut, banyak sih. Lo mau yang mana? Atau mau pilih sendiri aja?"
"Almond boleh deh, Nad. Thanks, ya."
Nadia berjalan menuju bangku Clara, yang mana berdekatan dengan bangkuku. Saat Nadia mengulurkan sebatang cokelat, Clara berceletuk, "Ezra tawarin tuh, Nad!"
Aku sontak melirik Clara, lalu beralih melirik Nadia. "Nggak usah," jawabku.
Yang benar saja! Masa aku makan cokelat pemberian para fans lelaki pacarku sendiri?! Justru sekarang tanganku sangat gatal untuk melempar semua hadiah dari fans Nadia ke luar jendela, entah yang berupa cokelat, ataupun surat cinta itu.
"Nggak doyan cokelat, Ra?" tanya Clara.
Kugelengkan kepalaku kecil. "Tadi pagi gue udah dapet yang lebih manis."
"Ooh," respon Clara santai sambil membuka bungkus cokelat pemberian Nadia. Sementara Nadia yang berdiri di sampingku terlihat syok. Wajahnya juga nampak memerah.
"Eh! Lo udah denger kabar terbaru tentang mantan lo belum?" tanya Clara dengan mata yang masih fokus ke cokelat di tangannya.
"Lo nanya gue atau Nadia?"
"Nanya lo, Ezra." Dia menggigit cokelatnya sebelum lanjut bicara. "Kata anak-anak, sih, Aluna kena skors tiga hari."
"Serius?!" Aku dan Nadia berseru bersamaan, lalu menoleh ke satu sama lain dengan kaget.
"Lo belum denger? Kok bisa? Lo kan mantannya."
Aku mendengkus kesal. "Gue mantannya, bukan stalker-nya."
"Aluna kenapa bisa kena skors, Clara?" tanya Nadia. Dia terlihat lebih penasaran dariku.
Yang ditanya malah santai menjawab sambil mengunyah cokelatnya. "Menurut gosip sih, dia malsuin tanda tangan bokapnya di buku rapor gitu. Nggak ngerti juga detailnya gimana."
Ucapan Clara bagai bom yang meledak di depan wajahku dan Nadia.
Sepertinya, bom itu malah berefek lebih besar pada Nadia daripada aku. Karena, tanpa ragu sedikitpun, perempuan itu bergegas keluar kelas dengan raut jengkel bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
Ficção Geral(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...