BUGH!
BUGH!
BUGH! BUGH!
Suara tabrakan sarung tangan tinju pada permukaan samsak menggema di ruangan.
Sudah hampir satu jam aku melakukan kegiatan ini, tapi rasanya belum puas juga. Keringat sudah membanjiri seluruh tubuh. Napasku sudah memburu tak beraturan. Namun, entah kenapa amarahku belum mereda juga.
Saat sedang fokus meninju, sebuah ingatan berkelebat di pikiranku, yaitu ingatan tadi pagi saat Nadia dan Ezra bercanda berdua sambil tertawa di tengah lapangan.
"Ah, b**gs*t! Sial*n!!"
BUGH!
Aku melayangkan tinjuan terakhir dengan keras sebelum badanku melorot ke lantai. Kurebahkan diri sambil meluruskan tangan dan kaki, membiarkan mataku menatap lurus ke langit-langit yang nampak hambar. Napasku naik turun, tapi amarahku tetap tak turun juga.
Perempuan g*la itu. Tck! Beraninya dia mempermainkanku! Dia pikir dia siapa?! Dia bukan siapa-siapa, tapi berani sekali macam-macam padaku. Sial*n memang jal*** itu!
Padahal aku yakin tak ada yang kurang dariku. Aku punya segalanya yang para gadis cari dari seorang lelaki. Aku adalah ideal boyfriend prototype di kepala para perempuan.
Namun, bisa-bisanya dia mengkhianatiku demi si Ezra b*j****n itu. Ah, tidak! Dia tidak mengkhianati, tapi sudah berniat membodohiku sedari awal.
Bisa-bisanya aku tidak sadar sama sekali sudah dibodohi. Tidak ada tanda-tanda sama sekali.
Sial! Picik juga ternyata.
Aku tidak sudi kalah semudah itu. Aku takkan tinggal diam sementara Nadia tertawa di depanku dengan bebas. Dia harus kutaklukkan hingga dia tak punya pilihan lain selain menuruti ucapanku.
Hidupnya harus ada di tanganku. Pikirannya harus dipenuhi denganku. Hatinya hanya aku yang boleh kuasai. Raganya hanya aku yang bisa sentuh. Sungguh, akan kudominasi dia dalam segala hal.
"Lo ngapain tiduran di situ, Ri?"
Suara Kak Johan membuyarkan lamunanku. Langsung saja kududukkan badan lalu menoleh ke sumber suara.
"Mau kumpul sama Andromeda, Kak? Ikut, ya?" pintaku setelah melihat pakaian Kak Johan yang serba hitam, lengkap dengan jaket kulit favoritnya.
"Cus lah! Tapi kalo capek, nggak usah dipaksain balapan! Liat aja di pinggir."
"Hm. Rion siap-siap dulu." Aku berdiri dan mulai berjalan menuju kamar setelah melepaskan sarung tinju di tanganku.
---
---Badanku lumayan lelah, tapi aku memaksakan diri untuk balapan. Peduli setan pada larangan Kak Johan, aku tetap ingin melaju kencang di atas aspal, beradu cepat dengan orang lain, lalu memenangkan pertandingan.
Malam ini aku benar-benar berambisi untuk menang. I believe I'm not a loser, and tonight I will prove it to myself, bahwa aku masihlah diriku yang utuh. Tidak ada yang berubah. I'm still 'that' Arion. The amazing Arion.
Namun, sial sekali! Garis finish sudah dekat, tapi motorku malah tersalip lawan.
Aku langsung kalap dan tarik gas kuat-kuat. Suara deru motor makin keras seiring dengan ambisi kemenanganku yang juga makin kuat.
Motorku dan motor lawan saling menyalip sengit. Tidak ada dari kami yang berniat mengalah. Aku mengeratkan cengkeraman gas karena getaran di tanganku semakin cepat. Di balik kaca helm yang gelap, aku melirik lawanku sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
Ficción General(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...