21. Nadia - Counterattack

60 12 6
                                    

I can't stand this anymore.

Aku sudah muak dengan Arion. Sudah cukup sampai di sini saja aku berurusan dengan lelaki itu. Lagipula, perangkat mata-mataku masih terpasang di ponselnya, jadi aku akan tetap bisa cari tahu informasi terselubung tentangnya. Lalu untuk apa lagi aku masih mempertahankan hubungan kami?

Peduli set*n pada perintah Tante Tania. Aku hanya harus mencari alibi agar beliau bisa memahami posisiku. Lagipula, informasi yang kuberikan pada beliau sudah cukup banyak.

Hari ini aku akan benar-benar mengakhiri hubunganku dengan Arion. Apa yang dia lakukan terhadap Ezra membuatku naik darah. Sudah cukup! Orang itu harus dihentikan secepatnya!

Di jam pelajaran setelah istirahat pertama, aku sibuk berbalas chat dengan Aluna tanpa sepengetahuan guru yang sedang duduk di depan kelas. Aku memberitahu Aluna apa-apa saja yang harus ia lakukan dalam rencanaku.

Jangan tanya dari mana aku tahu nomor Aluna! Aku bahkan berhasil mengetahui info latar belakang keluarganya, jadi untuk tahu nomornya saja tentu tidak sesusah itu.

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya bel istirahat kedua berbunyi. Aku langsung bergegas keluar kelas untuk menuju ke tempat yang sudah aku dan Aluna sepakati untuk bertemu lagi.

Ada kekhawatiran dalam dadaku kalau Aluna bisa saja berkhianat. Huh! Kalau benar, aku sungguh tidak akan melepaskan dia begitu saja. Aku akan mengejarnya sampai dia tak punya tempat persembunyian lagi.

Aku menunggunya di area kosong di balik tembok ruang kelas yang tak terpakai. Sekitar 20 menit aku menunggu Aluna sendirian di sini.

Sampai akhirnya, orang yang kutunggu datang juga.

Aluna datang, lalu langsung memperlihatkan apa yang kumau.

Dari ponsel miliknya sendiri, Aluna memutar sebuah file rekaman percakapan dirinya dan Arion beberapa saat lalu.

.
"Maaf, Arion. Kayaknya Ezra berhasil lolos dari razia. Pak Arman nggak nemuin apa-apa di loker Ezra. Padahal gue beneran udah naruh rokok di sana, seperti yang lo suruh. Nggak tahu kenapa bisa ilang."

"Lo kenapa sih, kalo disuruh nggak pernah becus? Dulu kopi gue ditumpahin di jalan, sekarang gagal juga."

"Gue beneran udah ngelakuin apa yang lo bilang, Ri. Gue beneran udah naruh rokok di sana sesuai perintah lo. Percaya sama gue!"

"Ck! Itu karena lo-nya ceroboh! Lo asal taruh aja, kan? Ya dia bisa liat, lah! Keburu dibuang duluan! Udah sana lo pergi! Bikin kesel aja."
.

Aku tersenyum lebar, sudah merasa menang.

Ternyata Aluna menjalankan tugasnya dengan sempurna. Hmmm. Sepertinya dia sangat putus asa dan muak menjadi babunya Arion yang disuruh ini-itu selama ini.

"Bener kan, Nad?" tanya Aluna dengan pandangan cemas.

Aku mengangguk. "Siniin HP lo!" suruhku pada Aluna yang berdiri di hadapanku.

Dia memberikan ponselnya padaku, membiarkanku mengirim file rekaman suara itu ke ponselku sendiri.

Tak cukup sampai di situ, aku juga menghapus file rekaman itu dari ponsel Aluna, sehingga satu-satunya yang mempunyai file itu hanyalah aku saja.

Aluna tidak boleh punya file itu juga, karena aku tidak mau dia memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Aku juga mengecek folder rekaman Aluna, memastikan dia tidak menggandakan file itu. Aku juga mengecek google drive-nya. Siapa tahu dia sudah memindahkannya di sana.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang