02. Ezra - Stranger

131 15 3
                                    

Kepalaku seakan berputar. Tanah berlapis rerumputan di depanku seperti bergoyang sendiri. Kurasakan pandanganku semakin mengabur, yang kuartikan sebagai tanda aku harus berhenti berlari jika tidak ingin pingsan di pinggir lapangan bola ini.

Akhirnya, kuputuskan untuk berhenti berlari. Langsung saja kududukkan badanku. Kakiku seperti mati rasa saking lelahnya. Napasku tersengal naik-turun, juga degup jantungku yang cepat bisa kurasakan tanpa harus menyentuh dadaku.

Kubaringkan tubuhku di atas rerumputan untuk mengistirahatkan badan. Beruntung langit sedang tidak terlalu terik sehingga mataku bisa leluasa memandang awan di atas sana.

Wah! Langit nampak begitu luas. Awan yang bergerombol terlihat sangat empuk. Alangkah hebat jika aku bisa tiduran santai di sana. Bisa terlepas dari ingar-bingar dunia, dan hanya tersenyum saja menontoni drama di permukaan bumi sambil tengkurap di atas awan.

Lalu, saat tengah asyik menonton drama kehidupan dari atas awan, Aluna menghampiriku sambil membawa minuman terbaik di dunia langit. Dia menanyaiku apa yang sedang kulakukan, lalu akan kujawab bahwa aku sedang menonton pertunjukan yang menarik tentang seorang anak manusia yang dipermainkan takdir.

Anak manusia itu tidak punya anggota keluarga yang menyayanginya. Orang tuanya mengecewakannya. Paman dan Bibinya mengeluh dan menyesal telah menampungnya. Kekasihnya memutuskan hubungan, dan malah berpacaran dengan orang yang setengah mati benci padanya. Ck ck ck, Sungguh malang nasib anak itu.

Kemudian, Aluna akan terkekeh bersamaku, ikut menertawai takdir anak manusia malang itu. Lalu kami akan mulai bersenda gurau sambil terbang kesana-kemari mengitari luasnya awan putih yang hanya dihuni kami berdua. Tak ada kemalangan, tak ada air mata, pun tak ada Arion. Hanya ada aku, Aluna, dan kebahagiaan.

"Lo pingsan apa mati?"

Tck! Orang itu lagi. Kenapa aku harus bertemu orang itu di tempat ini?! Padahal aku sedang tidak berminat meladeninya.

Kuhembuskan napas pasrah, lalu kududukkan badanku. "Lo mau apa lagi?" tanyaku datar sambil melihat ke arahnya.

Dia mengangkat bahu sambil tersenyum dengan cara yang amat menyebalkan. "Gue cuman mau pamer. In case you don't know, gue udah punya pacar. Namanya Aluna Putri Istari. Kelas 12-IPS-1. Lo pasti kenal. Gimana cewek gue? Cantik, kan?"

Sial*n! Belum cukup hanya menggores luka, dia malah menabur garam di atasnya.

"Gue sebenernya nggak nyangka ternyata gampang banget ngedapetin dia. Entah guenya yang terlalu keren, atau dianya aja yang gampangan."

B*r**gs*k! Berani-beraninya dia menyebut Aluna gampangan!

"Apa lo melototin gue begitu?! Berani?!"

"Jangan pernah sebut Aluna cewek gampangan!" desisku tajam.

"Kalau gue nggak mau, lo mau apa? P*c**d*ng kayak lo bisa apa, sih?"

"B*r**gs*k!" Tanpa sadar, kata itu keluar dari mulutku, padahal aku hanya ingin mengucapkannya dalam hati.

"Lo bilang apa?!"

Tiba-tiba, dadaku ditendang keras sehingga tubuhku terlentang di atas rumput lagi. Belum cukup sampai di situ, ia juga menendangi tubuhku dan sesekali menginjaknya.

"Lo bilang apa, sial*n?! Berani-beraninya lo ngatain gue! Lo sadar nggak kalo lo tuh lebih b*r**gs*k, hah?! Lo lupa segimana hancurnya hidup gue gara-gara lo, b**gs*t!!"

Tubuhku langsung dicecar linu di beberapa bagian. Aku sangat ingin melawannya, tapi pikiranku berkata tidak usah. Biarkan saja Arion melakukan apa yang ia mau. Toh apa yang dikatakannya memang benar. Aku memang telah menghancurkan hidupnya. Itulah yang ada dalam kepalaku, sehingga aku hanya diam saja menerima tendangan bertubi-tubi darinya sambil menahan sakit.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang