Jam di dinding kelas masih menunjukkan pukul enam pagi, tapi Arion sudah menghampiriku di kelas.
"Pagi, Nad," sapanya sambil tersenyum manis.
"Pagi juga," balasku seadanya.
Arion duduk di bangku di depanku yang sedang kosong dengan posisi terbalik agar bisa berhadapan denganku. "Semalem mimpi indah?"
"Um... Kayaknya gue nggak mimpi apa-apa semalem. Lo sendiri?" tanyaku untuk berbalik basa-basi.
"Gue mimpi ketemu lo."
"Eh? Serius?"
Lelaki itu mengangguk pelan. Senyuman di wajahnya pun belum pudar. "Gue mimpi lo naik mobil gue. Lo duduk di samping gue yang lagi nyetir. Kita jalan-jalan berdua aja."
"Terus?"
"Terus...."
"Terus apa?"
Dia tersenyum jahil. "Terus..."
"Apa ish?!" Aku menatapnya kesal, sementara dia malah terkekeh karena telah berhasil mengusiliku. "Jangan-jangan lo nabrak pohon, ya?"
"Hahahaa... Iya. Terus kita masuk rumah sakit terus amnesia."
"Abis nonton sinetron apa, Ri?"
Dia terkekeh sebentar, kemudian kedua tangannya terangkat dan menghadapkan telapak tangannya ke arahku. "Siniin deh tangan lo!"
Aku mengernyitkan alis. Sebenarnya apa yang dia inginkan?
Walaupun bingung, aku menurut untuk menyatukan kedua telapak tangan kami. Setelah sudah bersentuhan, Arion pun menepuk-nepukkan kedua telapak tangan kami pada satu sama lain dengan lembut dan cepat.
"How do you feel?"
"How do I feel? I feel like you're acting weird today," jawabku jujur.
"Hahahaaa. No." Arion masih menepukkan kedua telapak tangan kami. Aku juga balas melakukan hal yang sama. "I mean, how do you feel about me?"
"I feel... happy around you. Itukah jawaban yang pengen lo denger?"
Napasnya terhembus lelah. "Kayaknya gue salah nanya."
"Lo mau nanya apa sebenernya?"
Badannya dicondongkan lebih dekat padaku, dan itu membuatku refleks ingin menghindar tapi berusaha kutahan. Dengan mata yang menatapku lekat, dan telapak tangan kami yang masih saling bertabrakan pelan, dia bertanya, "Menurut lo, gue cowok yang kayak gimana?"
Hmm. Sepertinya aku mulai paham arah pembicaraan ini.
"Lo baik."
Raut wajah lelaki itu terlihat kecewa. "Baik doang?" keluhnya, seakan memintaku menjawab lebih lengkap dan detail.
"Lo nyenengin. Asik. Dan ... perhatian."
Senyumannya kembali mengembang. "Apa lagi?"
"Lo... ummm... Apa, ya? Admirable mungkin? Karena jabatan lo kalik ya?"
"Apa lagi?"
"Lo lagi kenapa? Pengen denger pujian, kah?"
"Gue cuman pengen tahu apa yang lo pikirin tentang gue, Nad." Tepukan-tepukan kecilnya di tanganku berhenti, digantikan dengan tangkupan jemarinya di setiap ruas jemariku. "Biar gue jadi makin yakin."
"Yakin apa?"
"Yakin untuk menjadikan lo cewek gue."
Aku terpaku selama beberapa detik sambil menatapnya lurus. Arion pun juga begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
General Fiction(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...