33. Nadia - Angel

57 10 7
                                    

Warning : 💏

-------
.
.
.
.

Huaaaaaa... Minggu UTS akhirnya selesai juga. Mulai hari ini, kegiatan KBM akan dilanjutkan seperti biasa.

Pada jam pelajaran ini, Pak Guru tidak bisa masuk kelas karena ada rapat para guru. Sebagai gantinya, beliau hanya menyuruh murid-murid membaca materi baru dari buku cetak dan mengerjakan soal latihan saja.

Apa aku akan menghabiskan jam kosong ini untuk belajar? Tentu saja tidak.

Berhubung aku sudah punya pacar, dan pacarku itu sekelas denganku, akan lebih menyenangkan jika kuhabiskan waktu luang ini untuk mengganggunya. Kalau dia kesal karena terganggu olehku pun tak apa. Toh, semakin kesal, dia semakin terlihat imut.

Aku beranjak dari bangkuku dan berjalan ke depan kelas. Bangku milik Clara sedang kosong, jadi aku duduk di sana saja, di depan Ezra yang sedang fokus mengerjakan tugas.

Ia melirikku, lalu fokus ke bukunya lagi. "Udah selesai?"

"Udah," jawabku. Kutopang daguku dengan tangan sambil terus memandangi lelaki di hadapanku ini.

"Kok cepet?"

"Asal-asalan."

"Heih! Kerjain lagi sana! Yang bener."

"Kenapa, sih? Kamu juga pernah tuh ngerjain soal asal-asalan demi bisa nyamperin bangku aku. Masa aku nggak boleh?" Aku memberengut sebal.

"Ya udah. Kamu kerjain di sini aja! Biar tetep deket aku."

"Percuma, Ra. Nggak bakal fokus. Mood aku lagi nggak pengen ngerjain soal, tapi pengennya ngebucinin kamu."

Kekehannya meluncur tanpa suara. "Ya udah. Sesenengnya kamu aja."

Setelah itu, kami hanya saling diam. Dia sibuk dengan buku dan pulpennya, sedangkan aku sibuk memandangi dirinya.

Suara guyuran hujan perlahan terdengar. Rinai derasnya membasahi sekolahku dengan cepat. Suaranya yang nyaring membuat suara-suara random dalam kelas teredam, menjadi pengganti backsound di telingaku ketika aku mengagumi keindahan manusia di hadapanku ini.

"Hujan, Ra," ucapku.

"Iya."

"Hati-hati."

"Hati-hati apa?"

"Sayapmu basah."

Lagi-lagi ia terkekeh tanpa suara. Aku pun ikut terkekeh bersamanya.

"Jago banget."

Padahal aku berharap dia berbalik menggombaliku, tapi dia malah fokus ke bukunya lagi. Agak menyebalkan sebenarnya, tapi apa mau dikata?

Hari ini ia terlihat lebih manis dari biasanya, dan itu membuatku tidak mampu kesal padanya.

Ezra menggoreskan tanda silang cukup besar di tengah rentetan rumus di kertas corat-coretnya, lalu mengulang hitungan dari awal lagi.

Tak lama kemudian, ia mencoret asal lagi rentetan rumus barunya, kemudian pindah menulis ke kertas sebaliknya. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu diembuskan dengan cepat sebelum ia menulis deretan angka-angka lagi demi menemukan jawaban sebuah soal Matematika.

"Fokus, Ra!"

"Susah."

Aku tersenyum. "Baru digombalin dikit aja langsung nggak fokus."

Lagi-lagi coretan silang itu diciptakannya besar-besar di atas tulisan rumusnya. Kali ini ia menyerah. Pulpen yang sedari tadi digenggamnya ditaruh di meja.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang