35. Nadia - Wish

37 8 0
                                    

Warning : 💏

-----
.
.
.
.
.

Kemarin Ezra memang mengajakku berangkat sekolah bersama untuk memenuhi janjinya saat sebelum pacaran dulu. Namun, tak kusangka dia akan datang sepagi ini. Aku terkejut saat Ezra meneleponku dan berkata dia sudah ada di depan indekosku.

Cepat-cepat, aku keluar dari kamarku yang berada di lantai dua, lalu langsung menemui Ezra di bawah.

"Pagi banget datengnya, Ra."

Dia hanya mengangkat bahu sambil tersenyum. "Biar disuruh masuk dulu sama kamu."

Aku terkekeh mendengar alasannya. "Yuk!"

Ezra membuntutiku berjalan ke dalam bangunan indekosku.

Aku ingin memintanya menunggu di ruang tamu, tapi sofa di tempat itu sedang dipakai anak dari ibu kos untuk tidur.

Kubawa Ezra ke dapur sehingga kita bisa sarapan bersama di meja makan di sana. Namun, tempat itu juga sedang dipakai penghuni kos-kosan lain yang sedang sarapan.

"Aku nunggu di pelataran aja kayaknya," kata Ezra, sudah berniat berbalik badan, tapi aku lebih dulu mencegah lengannya.

"Gimana kalo ke kamar aja?"

Dia menatapku sangsi. "Bukannya nggak etis, ya, kalo cowok masuk ke kamar cewek?"

"Di sini nggak seketat itu aturannya. Tetangga-tetanggaku juga nggak suka julid."

"Tetep aja. Kayaknya nggak etis. Bahaya juga, kan?"

"Aku sih percaya sama kamu. Kamu percaya aku nggak? Soalnya aku nggak terlalu percaya sama diriku sendiri."

Ezra terkekeh sedikit. "Beneran nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa. Yuk!"

Aku dan Ezra pun berjalan menaiki tangga menuju kamarku.

Yang kukatakan memang benar, di indekos eksklusif ini tidak ada larangan membawa teman ke kamar, termasuk teman lawan jenis. Biarpun begitu, tempat ini bukan tempat para kupu-kupu malam menjalankan pekerjaannya. Orang yang menyewa kamar di sini harus punya kegiatan atau profesi yang jelas, karena ibu kos tidak mau ambil risiko tempatnya kena grebek petugas.

Kubuka pintu kamarku, dan mempertunjukkan isi ruanganku pada Ezra. Untung saja kamarku selalu rapi, sehingga aku tidak kehilangan muka di depan kekasihku sendiri.

Ukuran kamarku tidaklah sempit. Selain ada kasur, kamarku masih terdapat lemari pakaian, nakas, AC, meja belajar, sekaligus satu set meja dan kursi kecil di dekat jendela untukku menikmati teh di pagi hari. Biarpun berbagai perabotan itu bisa masuk, tetap menyisakan area lengang yang cukup di kamar ini.

"Selain aku, jangan biarin cowok masuk ke kamer kamu ya, Nad!" pinta Ezra, yang kujawab dengan senyuman saja.

Maaf ya, Ezra. Saat Mark datang untuk mengajakku jalan-jalan, dia sempat menyelonong masuk ke kamarku dan duduk di kursi depan meja belajar sambil membaca-baca bukuku.

Padahal aku sudah menyuruh Mark menunggu di luar, tapi dia malah masuk tanpa izin. Ini di luar kendaliku, tapi kujamin tidak terjadi apapun saat itu. Sungguh!

"Duduk di situ, ya!" ucapku pada Ezra untuk mempersilakannya duduk di kursi dekat jendela.

Hanya ada satu kursi di sana, jadi aku menggeser kursi belajarku untuk kutaruh di dekat meja, tepat di hadapan Ezra.

"Pagi-pagi begini, kamu pasti belum sarapan. Kita makan bareng, ya? Aku biasanya sarapan roti selai. Kamu doyan, nggak?" tawarku.

Ezra menatapku lembut sambil tersenyum. "Iya. Aku doyan, kok."

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang