Agak susah menjalankan tugasku untuk mengawasi Ezra setelah statusku berubah menjadi kekasih Arion, karena hubunganku dengan Ezra jadi makin renggang.
Aku hanya bisa mengamati Ezra dari jauh; mengintip detail aktivitasnya, menerka suasana hatinya, mempelajari karakternya lebih dalam, sambil terus memainkan peran sebaik mungkin sebagai kekasih Arion.
Keputusan Ezra untuk menjaga jarak denganku sangatlah masuk akal. Aku bisa memakluminya. Menurut gosip yang beredar, Ezra dan Arion sudah bermusuhan sejak SMP. Dari situ bisa kutebak kalau konflik di antara mereka tidaklah remeh.
Serius, aku penasaran sekali. Kira-kira mereka kenapa, ya? Aku tidak bisa memaksa Arion memberitahuku perihal masalahnya dengan Ezra walaupun aku pacarnya. Lagipula, kami baru pacaran beberapa hari. Bertanya pada Ezra juga sedang tidak memungkinkan. Tidak ada juga yang bisa kuajak berbagi untuk menyusun teori cocoklogi masa lalu Ezra-Arion.
"Nad."
"Hah? Iya?" Aku langsung menoleh ke arah lelaki di sampingku.
"Lagi ngelamunin apa?" tanya Arion. Ia menoleh padaku sebentar lalu fokus ke jalanan depan lagi. Tangannya masih setia memegang kemudi mobil.
"Nggak, kok," jawabku sambil tersenyum. "Cuman agak capek aja."
Arion balas tersenyum padaku. "Makasih, ya, udah mau aku bawa keliling kota seharian."
Seharian ini memang aku terus bersamanya. Berhubung hari ini tanggal merah, jadi kami bisa mengunjungi berbagai macam tempat kencan terbaik di kota ini dalam sehari.
Jika ditanya apa aku menikmati jalan-jalan seharian bersama Arion, maka aku juga tidak yakin. Aku selalu berupaya untuk terlihat gembira. Banyak hal yang kami berdua tertawakan bersama. Banyak pula makanan enak yang kami santap bersama.
Rasanya memang menyenangkan, tapi tak lebih menyenangkan dari jalan-jalan di mall dengan Ezra dulu.
Huft! Aku sangat jahat, ya? Bisa-bisanya aku memikirkan lelaki lain saat sedang bersama pacarku sendiri.
"Iya. Aku juga makasih udah diajak jalan," ujarku. "Aku jadi tahu banyak tempat-tempat bagus di Jakarta berkat kamu."
"Belum semua tempat bagus di sini udah kita datengin, Nad. Masih banyak yang harus kita kunjungin bareng."
"Kemana aja?"
"Dufan. Aku pengen banget ke Dufan bareng kamu."
"Hmm... Boleh juga, tuh."
"Kamu sendiri gimana? Ada tempat yang pengen kamu kunjungin nggak?"
Aku melirik ke atas sembari berpikir. "Ummm... Apa, ya? Aku selalu pengen nonton pertandingan badminton yang level internasional gitu lho, Ri. Kayaknya seru kita tepuk-tepuk balon sambil teriak-teriak Indonesia gitu."
Arion malah terkekeh, padahal aku serius dengan jawabanku. "Dalam waktu dekat ini sih nggak ada event internasional, Nad. Nanti kita tunggu aja. Kalo ada, aku bakal ngajak kamu, kok."
"Beneran?"
"Iya. Apa sih yang nggak buat kamu," ucapnya sambil tersenyum lebih lebar.
This!
Ini, nih! Apa sih yang nggak buat kamu adalah ucapan yang paling kusuka.
Bentuk perhatian dan perlakuan istimewa seperti ini yang biasanya dengan mudah kudapatkan, tapi sangat sulit jika ingin kudapat dari Ezra.
Astaga, Nadia! Kenapa harus terpikirkan Ezra lagi, sih?!
He doesn't like you at all! Wake up, girl! Wake up!
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
Ficción General(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...