85. Arion - Remember (END)

47 5 0
                                    

Warning 1 : 💏

Warning 2 : 3k words

----
.
.
.
.
.

Nadia langsung terlonjak kaget begitu membuka pintu malah mendapati diriku ada di depan pintu kamarnya.

"Lo?! Kok... bisa ada di sini?" tanyanya dengan mata melebar. Lengkap dengan jari telunjuknya yang gemetar menunjukku.

"Bisa lah. Kan pake mobil," jawabku cuek.

"Ini kos cewek! Lo kenapa bisa diizinin masuk sama ibu kos?!"

"Tinggal bilang gue A'a lo dari Bandung, langsung diizinin. Apalagi gue ngomongnya pake logat sunda," jelasku, lalu menyelonong masuk ke kamarnya.

"Heh! Nggak boleh masuk! Ini kamar cewek!"

"Kayak sama orang asing aja. Gue pernah beberapa kali masuk kamer kos lo yang lama, Nad. Masa lupa, sih?"

"Sekarang beda! Gue nggak mau ngizinin cowok manapun masuk ke kamar gue yang baru!"

Aku duduk di tepian kasurnya. "Kecuali gue."

"Bego! Keluar sekarang!" serunya bersungut-sungut.

"Nggak, ah! Males." Kubaringkan diriku di kasurnya, bahkan memeluk guling miliknya.

"Astaga nagaaaa! Dosa apa gue sampe bisa ketemu sama lo di kehidupan ini?!"

Nadia yang berdiri di dekat pintu pun memijit keningnya sendiri. Aku hanya terkekeh saja, lalu memejamkan mata dengan damai, masih sambil memeluk guling.

Terima kasih yang sangat banyak kuucapkan untuk Papa. Berkat perangkat aneh milik Papa yang entah apa namanya, aku berhasil melacak kediaman Nadia hanya berdasarkan nomor telepon gadis itu.

"Lo tahu gue tinggal di sini dari mana? Dari Mark, ya?" tanya Nadia.

Kubuka mataku, dan mendapatinya sudah duduk di kursi depan meja belajarnya.

"Kenapa malah ngasih tahu Mark duluan, sih? Bukannya bilang ke gue dulu kalo lo pindah?" Aku berbalik bertanya.

"Harus?"

"Iya, lah! Gue kan nyariin. Tega banget pindah nggak bilang-bilang."

"Gue nggak nyaman tinggal di kos-kosan itu. Pengen buka lembaran baru."

"Yuk!"

"Yuk apa?"

"Buka lembaran baru bareng A'a."

Ia menarik napas panjang sembari memicingkan matanya sinis. "Lo mending keluar!"

"Yuk! Gue ke sini emang pengen ngajakin lo keluar."

"Lo keluar sendirian. Ganggu, tauk! Gue pengen istirahat."

"Hari ini hari Minggu, Nad. Hari pertama liburan semester. Serius mau ngabisin hari pertama liburan di kos-kosan doang? Mendingan jalan sama gue."

Ia melihat jam weker di atas meja belajarnya. "Baru jam delapan. Rajin amat ngajakin jalan-jalan sepagi ini. Tempat-tempat bagus belum pada buka."

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang