84. Ezra - Sketch

40 4 0
                                    

Ini begitu indah.

Karya-karya Aluna yang ada dalam buku sketch ukuran A5 di genggamanku ini sangatlah indah.

Di 15 lembar pertama, ada semacam draft komik bergaya manga yang dibuat dengan pensil.

Sepertinya Aluna menemukan hobi baru, yaitu membuat komik. Padahal dia dulu hanya suka menggambar surealis ataupun naturalis. Tak kusangka dia punya pikiran untuk membuat komik. Lebih tepatnya, komik shoujo.

Sebenarnya bukan komik itulah yang paling membuatku takjub, melainkan gambar di lembaran-lembaran terakhir buku sketch itu.

Ada lima gambar sketsa seorang lelaki yang di lembaran-lembaran paling belakang.

Tiga di antaranya hanya digambar bagian wajah sampai bahu, sedangkan dua lainnya digambar seluruh badan dengan gaya berdiri dan duduk.

Aku tak menyangka bahwa Aluna sungguh pandai menggambar wajah secara realistis. Maksudku, gambar-gambar itu sungguh mirip dengan aslinya!

Bagaimana bisa skill menggambar Aluna bisa berkembang secepat ini? Padahal saat terakhir kali kulihat ia menggambar secara realistis, masih kutemukan ketidakseimbangan proporsi di gambarnya.

Namun, kali ini gambarnya hampir sempurna! Benar-benar mirip diriku!

Apa ini benar buatan tangan manusia? Bukan hasil cetakan foto yang difilter efek pensil, kan?

Di sebelah gambar-gambar sketsa diriku itu, Aluna menuliskan tanggal pengerjaannya. Setelah kuanalisa, ternyata semua gambar sketsa diriku itu tidak ada yang dibuat saat kami masih pacaran dulu. Semuanya baru. Hanya hitungan minggu yang lalu, dengan jeda sekitar 4-6 harian. Gambar terakhirnya bahkan dibuat hanya dua hari yang lalu.

Fakta itu membuatku merasa tidak enak hati.

Karena sepertinya aku telah menyakiti Aluna lebih besar dari dugaanku.

"Wow! Bagus banget!!"

Suara Mark membuatku terlonjak kaget. Ia hanya tersenyum cerah saat aku menoleh ke arahnya dengan raut kesal.

"Itu kamu yang gambar, Ra?" tanyanya, masih berdiri di belakang sofa yang kududuki.

"Bukan." Segera kututup buku sketch di tanganku.

"Eh kenapa ditutup? Buka lagi, dong! Masih pengen liat!"

Mark melompati punggung sofa, lalu duduk di sebelahku. Buku sketch tersebut akan diambilnya, tapi aku segera menjauhkan benda itu dari jangkauan Mark.

"Jangan! Ini punya orang. Privasinya orang."

"Privasi orang tapi kok kamu buka juga?"

"Yaaa... Gue penasaran, soalnya," jawabku sekenanya.

"Emang itu punya siapa?"

"Punya... Aluna," jawabku ragu.

"Dia ngasih itu ke kamu?"

"Nggak. Tadi siang gue nggak sengaja ngeliat Aluna di perpus, lagi sibuk sendiri gitu. Padahal yang lain pada ikut tanding atau nontonin PORAK. Dia nggak nyadar kalo gue lagi di perpus juga buat numpang ngadem. Terus akhirnya dia pulang, tapi buku ini ketinggalan. Gue berniat balikin, tapi ternyata isinya sangat menarik."

Mark tersenyum. "Maka dari itu kamu nggak balikin?"

"Mau gue balikin, kok. Mungkin besok kalo ketemu."

"Kalo nggak ketemu?"

"Ya buku ini nginep di gue dulu, sampe ketemu yang punyanya."

Aku yang lengah membuat Mark sigap menyerobot buku sketch itu. Langsung saja ia membuka lembar-lembar paling belakang.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang