"Ezra, gabung sini!"
"Kudu kerja gue."
"Apa sih? Kan mumpung sepi. Pengunjungnya kita doang. Cus lah!"
"Gue mau bantuin Bang Arya beres-beres di gudang."
"Gabung aja, Ra, sama temen-temenmu," ujar Mark. "Pembeli adalah raja. Turutin lah apa kata raja. Biar aku aja yang bantuin Bang Arya."
"Nggak enak gue, Mark," ucapku. Serius, aku benar-benar merasa tidak enak hati. Masa aku bersantai dengan teman-temanku yang tengah berkunjung itu, sedangkan yang lainnya bekerja? Padahal aku kan karyawan juga.
"Nggak apa-apa. Bang Arya juga nggak akan keberatan."
Tanpa aba-aba, Reno langsung merangkul pundakku sambil eyesmile pada Mark yang sedang menghitung uang di kasir. "Makasih, Bang. Dipinjem dulu Ezra-nya sebentar." Kemudian, Reno menyeretku untuk duduk bersama Adnan dan Carlo di meja tengah.
"Kalian nggak bilang-bilang mau main ke sini," kataku pada mereka bertiga setelah sudah duduk di kursi.
Adnan hanya tercengir. "Surprise, dong. Mumpung yang lain gabut juga."
"Eh gokil sih! Estetik banget dekorasi di sini. Jadi pengen posting," komentar Reno sambil melihat sekeliling.
"Posting lah, Ren!" balas Carlo. "Followers lo kan banyak, tuh. Itung-itung endorse gratis, biar kafe baru ini jadi rame."
"Sip, lah! Lo juga tuh! Adnan juga sekalian." Kemudian, Reno menoleh ke Adnan yang menikmati kopinya dengan khidmat. "Lo kan semi-selebgram, Nan."
"Bisa diatur, Bos," jawab Adnan
Teman-temanku ini memang the best. Baru tadi siang aku berkata pada mereka kalau aku sudah mulai kerja part-time lagi, ternyata malamnya langsung didatangi.
Biarpun kadang bertingkah menyebalkan, tapi mereka benar-benar orang-orang yang berharga untukku. Entah bagaimana jadinya aku tanpa mereka semua.
Aku kadang bingung kenapa bisa bersahabat dengan mereka bertiga. Adnan-Reno adalah pangeran sekolah, sementara Carlo si anak sultan. Mereka bertiga ibarat serbuk berlian, sementara aku adalah plat Jakarta alias B aja.
Saat sedang makan roti, Reno menengok ponselnya di atas meja yang sempat bergetar, lalu dia mendengus kesal.
"Napa, Ren?" tanya Adnan.
"Biasa. Ayamnya Airlangga berkotek," jawab Reno cuek sambil terus makan.
"Ooh..." respon Carlo, lalu terkekeh sendiri. "Kasih gue sini!"
Reno tersenyum miring. "Buat nambah koleksi ya, Lo?"
"Why not? Lagian orangnya cakep. Kirimin nama IG nya aja ke gue!"
"Sip!"
Sepertinya hanya aku saja sendiri yang tidak nyambung. "Kalian lagi ngomong apa? Cerita dong!" pintaku.
"Itu. Pas ada tanding basket lawan SMA Airlangga di sekolah, kan banyak penonton dari sana yang dateng tuh. Nah! ada murid cewek sana yang kecantol sama Reno," jelas Adnan. Lalu ia menoleh ke Reno. "Beneran males, Ren? Napa nggak dicoba dulu?"
"Males. Ribet. Lo kalo doyan, pepet aja! Saingan tuh sama Carlo," jawab Reno agak cuek.
"Mau saingan, Nan?" tawar Carlo.
"Liat fotonya, dong!"
"Bentar. Gue kepoin IG-nya dulu."
Setelah memainkan ponselnya sebentar, Carlo memperlihatkan layar ponselnya padaku dan Adnan. "Nih! Ayamnya Airlangga yang nguber-nguber Reno. Lumayan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
Ficción General(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...