"Bukan gue," kata Arion.
Aku tetap diam sambil menyedekapkan tangan di depan dada. Kutatap wajahnya lekat-lekat untuk mencari ekspresi tersembunyinya.
"Gue ngomong jujur. Seriusan bukan gue yang ngasih tau Kepsek atau bokap Aluna tentang masalah buku rapor itu."
"Lalu siapa, dong? Yang tahu kan gue, Ezra, dan lo doang. Gue dan Ezra jelas nggak mungkin. Satu-satunya suspect adalah lo."
Dia mendecih. "Lo percaya banget sama Ezra? Nggak menutup kemungkinan kalo dialah orangnya."
"Jangan mengada-ada!"
"Dia pernah disakitin Aluna."
"Dia nggak pendendam kayak lo."
Arion tertawa hambar. "Look who's talking!"
Aku menurunkan tangan yang sedari tadi bersedekap. "Gue males ngomong sama lo lama-lama. Entah lo atau bukan, gue akan cari tahu sendiri. Kalo lo ketahuan bohong ke gue hari ini, gue nggak akan segan-segan."
"Lo akan nyebarin rekaman suara itu dan ngelapor ke BK?"
"Lo nggak takut?"
Tanpa kuduga, dia tersenyum miring. "Go on! Gue nggak akan segan-segan juga."
Alisku mengernyit. "Apa maksud lo?"
"Whooaaa! Nadia," seru Arion dengan raut takjub yang dibuat-buat. "You never fail to amaze me. Gue paham kalo lo luar biasa licik, tapi bagaimana bisa lo selicik ini? Bener-bener bikin merinding, tau nggak?"
Aku mendengkus kesal. "Jangan muter-muter! Cepetan ngomong intinya!"
Dengan lugas, Arion berkata sesuatu yang membuatku diam tertegun. "Gue tahu siapa lo sebenernya. Dan gue juga tahu tujuan lo pindah ke sekolah ini."
Apa katanya?!
Tidak! Tidak mungkin Arion tahu tentangku sebanyak itu. Tidak mungkin!
Lagipula, tidak ada celah dia bisa tahu siapa aku sebenarnya, kecuali dia menyadap ponselku ataupun menguntitku. Namun, itu juga tidak mungkin mengingat aku selalu memeriksa keamanan ponselku setiap hari. Kegiatan hariannya juga sering kupantau, dan bisa kupastikan bahwa ia tak menaruh curiga sedikitpun padaku selama ini.
Jika dia tiba-tiba tahu sesuatu, itu pasti karena ada yang memberitahunya. Kemungkinan itu pun sebenarnya mustahil juga.
"Sumpah! Gue merinding banget begitu tahu siapa lo sebenernya. Tapi akhirnya gue bisa ngerti, sih, kalo cewek selicik lo nggak mungkin cewek biasa aja. Pasti punya tujuan tertentu." Arion menggelengkan kepalanya tak percaya. "Apa nyokapnya Ezra ngasih bayaran setimpal dengan tugas lo di sini?"
Aku langsung memejamkan mata dan menahan napas. Kurapatkan bibir serapat mungkin, bahkan kugigit sedikit bibirku dari dalam untuk mencegah berbagai umpatan keluar dari mulutku.
Sial!! Bagaimana dia bisa tahu?!
"Gila, sih! Gila banget!" sambung Arion, masih sambil memandangku takjub yang kuyakin hanya olok-olok, "Ini hal tergila yang pernah terjadi selama gue sekolah di sini. Ada yang nyusupin mata-mata ke sekolah ini untuk nyelidikin gue dan Ezra. Gila, sih! Gue hands down banget sama kehebatan lo nipu gue."
Terang-terangan kuberi ia tatapan nyalang. "Lo tau dari mana?"
"Penting ya nanyain itu? Nggak penting sama sekali, Nad."
"Oke. Jadi mau lo apa sekarang?"
"Mau gue? Mau gue adalah, jangan ngasih tau nyokapnya Ezra kalo lo udah ketahuan sama gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
Fiksi Umum(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...